32-Menurun

1.5K 108 6
                                    

Setelah mendapat telpon Aezar bergegas menuju rumah sakit. Apalagi mendengar nada panik dari Abi.

Sesampainya di rumah sakit ia melihat Abi yang tengah gusar. "Dad, bagaimana?"

"Masih diperiksa."

"Kenapa bisa  drop, Dad? bukannya kita masih memiliki waktu 2 hari lagi. Hasil dari pendonor yang saya bawa akan keluar malam ini," ucap Aezar.

"Tidak, tadi Dokter sudah mengatakan bahwa pendonor yang kamu bawa tidak cocok. Saat ini mereka sedang berusaha, kamu sebaiknya duduk dan bantu Daddy menghubungi Senja," sahut Abi dan menarik tangan Aezar pelan agar duduk di samping.

"Memangnya Senja ke mana?"

"Tadi, Daddy meminta dia untuk makan. Sepertinya keluar ke rumah sakit untuk mencari makanan. Namun, ini sudah 2 jam setelah dia keluar," jawab Abi, tapi terlihat jelas bahwa ia sedang khawatir.

"Saya akan telpon Varent untuk membantu mencarinya," ucap Aezar sembari mencari nomor Varent.

"Tunggu, bukannya Varent sedang menemani Leta dan Dena?" gerakan tangan Aezar pun berhenti seketika.

"Lalu bagaimana, saya tidak mungkin meninggalkan Daddy sendiri di sini," sahut Aezar bingung.

"Apa kita bisa minta tolong Athaya?"

"Sahabat Varent? memangnya dia ...."

"Sepertinya sudah, apalagi dia adalah sahabatnya dan Varent adalah tipe anam yang terbuka pada sahabat terdekatnya."

"Benar juga, saya akan mencoba menelponnya kebetulan saya punya nomornya," celetuk Aezar yang masih sibuk pada layar ponselnya.

"Keluarga Ibu Inez?"

Abi segera mendekat. "Saya Dok, bagaimana  keadaanya?"

"Mohon maaf Pak, dengan berat hati saya mengatakan Ibu Inez dalam kondisi kritis. Kita harus cepat mencari pendonor ginjal, malam ini juga." Tubuh Abi dan Aezar menegang seketika.

Bagaimana mereka mencarinya?

Harus bagaimana lagi mencarinya?

Mereka hanya punya sedikit waktu saat ini. Keduanya terus bergelut dalam pikiran mereka. "Saya akan tunggu kabarnya dalam 2 jam, saya permisi."

****

Senja menatap bingung ke luar rumah sakit. Dia harus makan ke mana ya? ia saja tidak terlalu tahu daerah sini.

Sementara beberapa hari ini Abi yang selalu membelikannya. Entah kenapa hari ini Senja ingin membelinya sendiri. Senja terus berjalan keluar gerbang dan melihat kanan-kiri.

Tiba-tiba saja sebuah motor berhenti di depannya. "Lo mau ke mana?" Senja pun mendongak untuk melihatnya.

"Kak Atha? kok bisa ada di sini?"

"Iya, kebetulan lewat aja," jawab Athaya sembarik menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Jadi, lo mau ke mana?" tanya Athaya sekali lagi.

"Mau cari makan, tapi bingung mau di mana," ucap Senja mengungkapkan niatnya.

"Mau gue anterin? gue tahu tempat makan yang enak," tawar Athaya yang entah kenapa seperti mengandung maksud lain.

"Kalau nggak ngerepotin sih."

"Jelas nggak," jawab Athaya dengan cepat membuat Senja tersentak kaget.

"Sorry, sekarang lo naik." Perlahan Senja menaiki motor Athaya dan memegang pundaknya.

"Siap ya!"

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang