18-Kosong

2.2K 135 5
                                    

Senja sekarang berada di ruangan yang gelap gulita. Setitik cahaya pun tak ada. "SIAPAPUN TOLONG!!"

Perlahan cahaya mulai menyinari tempat itu. Senja berada di sebuah padang yang sangat luas. Mata Senja menelisik padang itu. Ia mencari cara untuk kembali.

Merasa bahw jalan keluar tak ada, mata Senja memerah. Air matanya sudah berada di pelupuk matanya siap untuk turun.

"Hiks ... s-siapa-papun hiks ... tolong ...."

Mata Senja tak sengaja menatap sebuah bayangan manusia bertubuh laki-laki. Senja lari menuju arahnya, tapi tak kunjung sampai hingga Senja kelelahan.

Saat Senja akan bertanya pria tadi mengatakan satu kata yang membuat Senja mengeryit bingung. "Ini-"

"Maaf." Itulah perkataanya sebelum menghilang. Tempat Senja berdiri pun berubah silau hingga Senja tak mampu membuka matanya.

"Senja!!"

"SENJA!!"

Mata Senja perlahan membuka matanya dan perlahan melihat sekeliling. "Senja!!" seru Inez yang duduk di kursi rodanya.

Senja akhirnya sepenuhnya sadar. Dia masih berada di kamarnya, hanya saja ada infus menggantung yang ujungnya menancap di tangan kirinya.

"Senja, ada yang sakit?" Senja hanya diam tanpa menjawab. Mata Senja seakan tak ada cahaya lagi. Kosong itulah gambaran diri Senja saat ini.

Mata Inez memanas ketika melihat keadaan putri satu-satunya itu. Sungguh hati Inez sangat hancur ketika melihat Senja hanya terdiam seperti ini.

Namun, ini bukan waktunya bersedih. Dirinya harus menjadi penguat bagi Senja yang sedang berada di titik terendahnya. Ya, dia harus semangat, dia tidak boleh keliatan lemah.

Ada satu hal yang terus dipikirkan oleh Inez. Umurnya sudah tak panjang, apa yang akan terjadi nanti pada Senja jika dia sudah tidak ada.

Inez tahu permintaanya pada Abi saat itu sungguh beresiko. Apalagi anggota keluarga Abi yang lain ada yang tidak mau menerima Senja. Mereka jelas tahu bahwa keluarga Abi masih sulit menerima Senja.

Maka dari itu Inez saat itu memberikan pilihan kedua. Walau pilihan pertama beresiko juga, karena Senja akan mengetahui bahwa di antara Inez dan Abi tak pernah ada hubungan.

Mungkin saat ini Senja akan mengira bahwa Abi selingkuh dari Inez. Namun, Inez akan menjelaskannya setelah keadaan Senja membaik.

"Senja, ibu tahu kamu masih terkejut dengan apa yang terjadi. Tapi, belum tentu apa yang kamu ketahui adalah kebenaran yang sebenarnya."

"Jadi, ada lagi? aku nggak tahu apa yang Ibu dan Ayah sembunyiin dari aku. Tapi, aku bersyukur kalian menyembunyikannya. Aku pasti nggak akan sanggup ketika mendengar kebenarannya, mungkin seperti ini akan lebih baik," ucap Senja pelan.

"Tapi, kamu harus tahu apa yang sebenarnya terjadi!!"

"Nggak perlu, bu. Apa ibu bisa keluar? aku mau sendiri." Dengan berat hati Inez keluar dan menggerakkan kursi rodanya.

Tangis Senja pecah ketika Inez menutup pintu kamarnya. Namun, ia tidak sadar bahwa Ibu masih nerada di depan kamarnya, mendengar tangisan pilunya.

"Hiks ... ke-kenapa kalian hiks ... t-tega hiks ...."

"Maafin Ibu, sayang," lirih Inez sebelum meninggalkan tempat.

Siangnya Inez menelpon Varent. Ia meminta pada Varent untuk membujuk Senja makan. Mungkin Senja akan makan setelah Varent membujuknya.

Saat ini Varent hanya mampu menatap nanar pintu kamar Senja. Tadi ia sudah membujuk Senja, tapi hasilnya nihil. Senja sama sekali tidak menoleh padanya. Sungguh hati Varent sangat hancur seakan ada yang menghantamnya keras.

"Maaf tante," ucap sesal Varent.

"Nggak papa, harus tante yang minta maaf ngerepotin kamu."

"Nggak kok, tan. Aku pamit dulu ya tan, soalnya ...."

"Tante paham kok, makasih ya nak Varent," ucap Inez tak enak.

****

Varent bergegas kembali untuk menemui Daddynya. Ia akan menceritakan tentang kondisi Senja yang sekarang. Varent jelas tahu keadaan antara Mommy dan Daddynya sedang tidak baik-baik saja.

Namun, Senja juga anak Daddynya. Senja berhak atas Daddynya. Tak ada yang dapat menentang hal itu bahkan Mommynya sendiri.

Sampai di rumah Varent mencari Abi, ternyata Ayahnya itu sedang berada di taman. "Dad!!"

"Kenapa Rent?" Varent pun duduk di depan Abi. Mereka sekarang sedang duduk di gazebo taman.

"Aku tadi ke rumah Senja. Varent tahu mungkin sekarang bukan waktu yang tepat, tapi keadaan Senja sekarang juga buat Varent tahu bahwa Senja butuh Daddy." Abi menatap Varent dengan pandangan bingung sekaligus penasaran.

Ada apa dengan putrinya?

"Kata tante Inez, kemaren Senja bermain dengan benda tajam. Dia menggoreskannya di lengannya. Hingga dirinya membutuhkan donor darah," ucap Varent membuat Abi menegang.

Abi jelas tahu bahwa golongan darahnya dan Senja itu sama. "Syukurnya ada stok darah yang sama dan itu hanya tersisa satu. Lalu, sedari sadar hingga kini Senja tak mau berbicara dengan siapapun. Pandangan matanya kosong seakan tak ada kehidupan lagi." Perkataan Varent membuat sesuatu dalam diri Abi retak.

"Daddy mau ke sana!!"

"NGGAK!!" Varent dan Abi menoleh pada sumber suara. Mata mereka membolak ketika melihat seorang wanita dan pria berbeda usia itu.

























Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.

Order Novel Arissa yuk, judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?"  tertarik😉? bisa pesan dengan :

Form pemesanan

•> Nama lengkap :
•> Alamat lengkap:
• Jalan :
• Rt/Rw :
• Kelurahan :
• Kecamatan :
• Kota/kabupaten :
• Provinsi :
•> Judul buku :
•> Nama paket :
•> No hp :
•> Ekspedisi :

Kirim ke no +62 857-3351-8064

Yuk buruan diorder!!😇

ORDER Novel Arissa YUK!!🎉🎉

Judul : JENDELA KAMAR

Tertarik? pesan dengan

Yang mau ikutan bisa isi form di bawah!!👇

Format pemesanan:

Nama :
Alamat lengkap :
No. Hp :
Judul Buku :
Jumlah Pemesanan :
Ekspedisi :

Kirim form di atas ke nomor +62 857-0724-8868

Yuk buruan order😇😇

👇👇👇👇👇👇👇👇

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang