54-Sebelum itu ....

1.9K 148 19
                                    

Abi menatap tubuh lemah Senja yang digendong oleh Hayden. Rasanya Abi tidak ingin hari ini pernah terjadi. Pikiran dan hatinya kacau balau melihat Putrinya tergolek tak berdaya dan yang membuat dirinya semakin hancur adalah Istrinya sendiri yang melakukannya.

"Leta, kita perlu bicara!" ucap datar Abi. Leta tersentak saat Abi memanggilnya namanya.

Karena sudah sekian lama Abi memanggil namanya secara langsung seperti ini. Biasanya Abi akan selalu memanggilnya dengan sayang.

Sial, ini semua gara-gara anak ha**m itu dan Dena! umpat Leta dalam hati.

Abi menarik Leta menuju kamar mereka. Tak lupa ia menutup pintunya agar tidak ada yang mendengar. Apalagi kamar di mansion ini akan kedap suara ketika pintunya tertutup.

"Apa maksud kamu melakukan ini? apa segitu bencinya kamu terhadap Senja, sampai melakukan hal sekeji ini?"

"Senja juga anak aku, sampai kapan pun AKAN TERUS SEPERTI ITU! aku pikir kamu sudah bisa berpikir dewasa, tapi sepertinya tidak!"

"Tapi, ini juga bukaan sepenuhnya salah aku!" ucap Leta membela diri.

Beginilah Abi ketika sudah marah, semua perkataan menyentuh hati akan terus dilontarkan hingga si pendengar sadar. Kecuali kalau memang ia benar-benar sudah berada di puncak kemarahannya.

"ASTAGA! Kamu tahu, kalau Senja hanya punya aku, HANYA AKU LETA! tidak ada lagi keluarga yang dia punya! padahal kamu sendiri tahu bagaimana rasanya itu!"

Kalimat terakhir dari Abi membuat tubuh Leta tersentak. "Aku tahu, maaf. TAPI INI BUKAN SEPENUHNYA SALAH AKU!" seru Leta yang mulai terbawa emosi dan tetap kekeh dengan pendapatnya.

Beginilah jadinya jika memiliki istri yang keras kepala!

"Bukan salah kamu? bagaimana bisa kamu berpikir seperti itu?" Abi menatap nanar wajah istrinya.

Apa ia sudah salah membimbing istrinya selama ini?

Apa ia terlalu memanjakkan istrinya?

"Maaf Mas, tapi sebe-"

Sekilas Abi melihat tubuh istrinya tersentak dengan mata terkejut sebelum disembunyikan oleh Leta.

Abi menengok ke arah pintu, memastikan apakah ada orang yang mengintip. "Ada apa? apa ada orang yang melihat?"

"A-apa tidak ada."

"Dan apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Abi penasaran.

"Apa? tidak ada kok," elak Leta membuat Abi menatap curiga.

Jelas sekali tadi Keta ingin mengungkapkan sesuatu. Tapi, berhenti ketika Leta menatap pintu kamar. Sebenarnya siapa yang tadi mengintip?

Apa aku perlu melihat cctv? tanya Abi pada dirinya sendiri.

"Jadi, apa maksud tindakan kamu tadi?" tanya Abi kembali pada topik.

Leta kira Abi sudah lupa karena pikirannya sempat teralih. Sejenak ia merasa aman, tapi ternyata apa yang ia harapkan tidak terjadi.

"A-aku hanya ingin membuat dia tidak malas," jawab Leta dengan percaya diri.

"Apa kamu bilang, tidak malas? APA KAMU TIDAK TAHU BAHWA SENJA SAKIT!" bentak Abi semakin terlusut emosi.

Badan Leta mulai bergetar pelan. Sekuat tenaga ia menahannya. Walau begitu, ia tetap pada keputusan yang menurut benar saja.

"Loh, meemangnya kenapa? aku juga pernah begitu, lagi pula seorang perempuan harus rajin," sahut Leta berusaha menjawab dengan tenang.

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang