Cahaya senja sudah mulai meredup artinya kegelapan akan mulai menyebar. Malam yang tenang waktu yang cocok untuk tertidur dengan nyenyak setelah seharian bekerja.
Namun, berbeda dengan seorang perempuan yang justru baru bangun dari tidurnya.
"Eungh," lenguh kecil Senja seraya mengerjapkan matanya bertepatan dengan Varent masuk membawa makan makan di tangannya dengan nampan.
"Kamu udah bangun. Gimana perutnya masih sakit?"
"Udah mendingan kok, Bang," jawab Senja dengan mata sayu.
"Nah, sekarang kamu makan biar bisa minum obat."
"Loh ... kok minum obat, perut Senja kan udah nggak sakit," protes Senja.
"Kata siapa udah sembuh?" bukan Varent yang menjawab, justru Hayden yang baru saja masuk ke kamar Senja.
"Tapi, kan udah nggak sakit!" bantah Senja.
"Mungkin udah nggak sakit, tapi kamu masih lemas kan?"
Senja hanya diam karena apa yang Hayden katakan itu benar adanya.
"Sini Rent, biar Abang yang nyuapin Senja!"
Dengan terpaksa Varent menyerahkan mangkuk makanan Senja pada Hayden. "Nah, sekarang aaa!"
Senja membuka mulutnya dan menerima suapan dari Hayden. "Tewripma kawsih, Kak," ucap Senja tak jelas.
"Kalau mau ngomong telan dulu, nanti tersedak!" peringat Varent.
Anggukkan kecil itu sebagai jawaban dari Varent. "Kak!"
"Kenapa?" Hayden menatap Senja penasaran.
"A-ku ... akumaubesoksamaKakHayden!" ucap Senja dengan gugup.
Padahal sebelumnya ia tak pernah merasa segugup ini. Ada apa pada dirinya?
"Kamu ngomong apa, Kakak nggak ngerti."
"Abang juga, kamu ngomongnya pelan-pelan, sayang," sahut Varent ikut menimbrung.
"Aku besok mau sama Kak Hayden," ucap lirih Senja yang hanya bisa di dengar oleh Hayden.
"Boleh, lagi pula besok Kakak nggak ada jadwal operasi," jawab Hayden dengan senyum yang memabukkan.
"Kenapa Bang?" ucap Varent penasaran.
"Kepo," jawab Hayden tak sesuai harapan Varent.
"Ngeselin," gumam kesal Varent.
"Kakak, bakal turutin kalo besok kamu udah sembuh, ya?" Senja hanya bisa mengangguk pasrah.
"Ini yang terakhir, ayo aaa ...."
Hayden menaruh mangkuk itu di nakas dan memberikan Senja air minum dan juga obatnya.
"Abang, malam ini bakal tidur di sini. Takut kamu kenapa-napa," celetuk Varent.
"Iya, Kakak juga setuju. Tapi, Kakak nggak bisa ikut jagain kamu, karena ada hal yang harus diperiksa," sahut Hayden setuju.
"Iya, nggak papa kok, Kak. Semangat ya kerjanya," ucap Senja dengan senyum manisnya.
Membuat Varent dan Hayden terpaku dengan pemandangan indah di depan mereka. Bahkan keindahan laut dan gunung tidak akan menandingi senyum manis bercampur polos milik Senja.
"Iya, besok Kakak bakal pergi ke rumah sakit dulu dan jam sembilan udah pulang ke rumah, baru setelah itu kita pergi, ya?"
Senja mengangguk semangat. Entah kenapa ia sangat ingin menghabiskan waktu dengan Hayden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja " Di Siang Hari "
Teen Fiction(FOLLOW AUTHORNYA DULU OKEY!!) Senja seorang gadis berusia 16 tahun, dia adalah gadis yang ceria dan ramah. Ia memiliki orang tua yang lengkap, namun ada yang yang janggal. Ayahnya tak pernah menginap di rumah selama 16 tahun Senja hidup. Memang set...