40-Pria tak dikenal

1.3K 97 10
                                    

Senja menatap intens pria tak dikenal ini. Siapa dia hingga kenal dengan Ibunya? apa iya teman Ibunya? tapi, jika dilihat umur pria ini hanya beberapa tahun di atasnya.

Siapa pria ini? batin Senja bertanya-tanya.

Dia memberanikan diri untuk bertanya pada pria di depannya. "Ada apa anda mencari Ibu saya?" tanya Senja bertepatan dengan Varent tiba di rumah.

"Senja kamu bicara sama siapa?" tanya Varent melihat punggung seorang pria.

Ia merasa tidak asing dengan punggung itu. Varent mendekat dan perlahan wajah pria itu terlihat olehnya. Matanya membulat saat mengetahui siapa yang sedang mengobrol dengan adiknya.

"Senja kamu masuk!! biar Abang yang urus ya!" titah Varent yang membuat Senja tak mampu menolak perintah Kakaknya.

Senja mengangguk dan perlahan masuk ke dalam rumah. Walau sebenarnya masih banyak pertanyaan yang hingga di kepalanya. Namun, ia tahan dan menyimpannya untuk nanti.

Saat masuk ke dalam ternyata Abi ada di dalam rumah. "Loh, Ayah urusannya sudah selesai?"

"Sudah sayang, kamu kok baru pulang?" tanya Abi dan berjalan mendekat ke arah putrinya.

"Sebenarnya aku sudah sampai dari tadi, tapi ada orang nanya di depan. Tapi, sekarang Bang Varent yang nemuin," jawab Senja membuat Abi mengangguk paham tanpa banyak bertanya.

Karena ia akan langsung menanyakannya pada keponakannya itu. Entah kenapa ia mempunyai perasaan bahwa orang di depan bukan hanya sekedar bertanya saja, tapi memang memiliki kepentingan lain.

"Ya sudah, sekarang kamu ganti baju gih!"

"Aku ke kamar dulu, Yah!" Senja perlahan menuju kamarnya sendiri.

Pertama Senja menaruh tas, melepas dasi dan sepatunya, sebelum pergi ke kamar mandi. Setelah beberapa menit Senja keluar dengan wajah segar dan pakaian santai.

Senja mengambil ponselnya sebelum berjalan ke luar kamar menuju ruang makan. Perlahan ia berjalan menuju tangga yang memang tak jauh dari kamarnya.

Saat di tangga ia melihat Varent yang baru saja masuk ke dalam rumah. "Bang, orang tad-"

"Salah alamat, namanya aja sama. Tapi, orangnya beda." Tanpa banyak bertanya lagi Senja mengangguk paham. Ia tahu bahwa ada orang yang memiliki nama yang sama, tapi sama persis? entahlah.

"Abang, udah makan?" tanya Senja.

"Udah tadi di sekolah, kamu belum?"

"Udah, tapi laper lagi," ucap cengir Senja.

"Pantes gendut." Setelah mengatakannya Varent segera berlari ke kamarnya dan mengunci pintu dengan suara tawa yang menggelegar.

Senja yang goda Varent pun hanya dapat cemberut, tak lupa dengan teriakan memekakan. "ABANG!"

Abi yang berada di bawah terkejut dan segera menghampiri Senja, takut terjadi sesuatu pada Putrinya. "Kenapa, Sayang?" tanya Abi khawatir.

"Bang Varent, ngatain aku gendut, Ayah!"

"Loh ... bukannya bener?" ucap Abi  yang justru ikut menggoda putrinya.

Walau bukan sepenuhnya salah. Hanya saja memang berat badan Senja naik setelah turun beberapa kg karena duka kehilangan Inez.

Bibir Senja mengerucut mendengar suara Ayahnya. Bukannya membelanya, justru ikut-ikutan seperti Kakaknya. "Ayah ... mah!!"

Rengekan itu membuat tawa Abi menggelegar di rumah minimalis itu. Suaranya bahkan terdengar hingga dapur, membuat pembantu yang mendengar ikut tersenyum bahagia.

Mereka senang karena suasana di rumah ini sudah kembali seperti sebelumnya. Walau mereka pun masih merasa kehilangan sosok majikan yang sangat baik pada mereka. Menemukan majikan seperti itu memang sulit pada zaman ini.

"Ayah!!" rengek Senja dengan bibir melengkung ke bawah. Abi yang sadar pun memnerhentikan tawanya berganti dengan wajah panik.

"Iya-iya, Ayah minta maaf ya. Ayah justru senang dengan berat kamu sekarang," ucap panik Abi.

"Jadi, Ayah seneng aku gendut?" ucap ketus Senja membuat Abi meruntuki dirinya yang salah bicara.

"Bukan, badan kamu bukannya gendut sayang, tapi... em ...."

"Ideal maksud, Ayah?"

"Iya, badan kamu itu udah pas banget, jadi nggak perlu yang namanya  diet," sahut Abi cepat.

Senja yang mendengar ucapan Abi pun hatinya berbunga-bunga. Senyum tercetak jelas di wajahnya. Abi hanya mampu menatap nanar putrinya yang ternyata senang dengan perkataan asalnya.

Varent yang sedari tadi memperhatikan hanya mampu menahan tawa dan menatap prihatin Ayahnya itu.

"Jadi, makan?" tanya Abi pelan.

"Jadi dong, aku udah laper. Temenin yuk, Yah." Senja menarik tangan Abi dengan semangat menuju ruang makan.

"Bik, siapin makanan dong!" seru Senja.

Sore itu Abi hanya diam, karena takut salah bicara lagi pada putri tercintanya.

Poor Abi.
























Akhirnya Update😭
Maap pendek. Baru awalan nanti panjang lagi.
Ayo dong votenya bisa nambah. Nggak ada setengah dari yang baca😭
Jangan lupa vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.



Order Novel Arissa yuk, judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?"  tertarik😉? bisa pesan dengan :

Form pemesanan

•> Nama lengkap :
•> Alamat lengkap:
• Jalan :
• Rt/Rw :
• Kelurahan :
• Kecamatan :
• Kota/kabupaten :
• Provinsi :
•> Judul buku :
•> Nama paket :
•> No hp :
•> Ekspedisi :

Kirim ke no +62 857-3351-8064

Yuk buruan diorder!!😇




ORDER Novel Arissa YUK!!🎉🎉

Judul : JENDELA KAMAR

Tertarik? pesan dengan

Yang mau ikutan bisa isi form di bawah!!👇

Format pemesanan:

Nama :
Alamat lengkap :
No. Hp :
Judul Buku :
Jumlah Pemesanan :
Ekspedisi :

Kirim form di atas ke nomor +62 858-7559-8283

Yuk buruan order😇
👇👇👇👇👇👇👇

Senja " Di Siang Hari " Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang