"Jadi gimana kondisinya?" tanya Abi pada Inez yang berada di samping brankar.
"Jadi bagaimana dok, kondisi putri saya?"
"Putri ibu penderita asma?"
"Betul, dok," jawab Inez.
"Apa sebelumnya terjadi sesuatu? saya harap ibu paham maksud saya dan setelah ini harus diperhatikan betul-betul agar tidak mengalami tekanan emosi seperti sekarang."
"Jadi asmanya dipicu karena tekanan emosi, dok?"
"Betul, Tekanan emosi yang terlalu kuat seperti rasa cemas yang berlebihan, rasa takut, bahkan rasa gembira bisa membuat asma kemudian cepat kambuh, bu. Saya harap kejadian ini tak terulang lagi. Mengingat putri ibu yang memang sudah memiliki asma, pasti ibu sudah tahu hal-hal apa yang harus dihindari?"
"Iya dok, baik terima kasih. Saya permisi." Inez keluar dengan perasaan campur aduk.
"Bagaimana?"
"Asmanya kambuh," jawab singkat Inez.
"Maaf ini salahku," ucap Abi tiba-tiba membuat Inez mengeryit tak paham.
"Senja memintaku untuk pulang dan kau tahu aku tidak bisa, jadi mungkin ia menangis dan membuatnya drop," jelas Abi pada Inez.
"Begitu, pantas saja sikapnya menjadi diam setelah pulang sekolah," gumam Inez.
"Apa kamu juga sering kambuh?" ucapan Abi sukses membuat Inez menegang. Bagaimana Abi mengetahui hal ini? padahal tidak ada yang mengetahui hal ini kecuali dirinya sendiri.
"Apa karena aku jarang di rumah kamu mengira aku tak tahu kondisimu? kenapa nggak coba untuk operasi? bagaimana nasib Senja jika-"
"Apa operasinya dijamin berhasil? apa bisa secepatnya? dan kalau memang sudah waktunya aku ingin Senja bersamamu. Aku tahu mungkin ini akan sulit, maka hanya ada dua pilihan. Kamu membiarkan Senja tinggal sendiri bersama ART atau kamu membawanya ke rumahmu," ucap datar Inez. Ia pun berjalan mendekati brankar dan menggenggam pergelangan tangan Senja dengan lembut.
"Tapi jika dibiarkan saja-"
"Kau bersikeras karena tak mau menerima Senja? maaf aku melewati batasku," ucap lirih Inez, karena melihat Senja yang mulai tersadar.
Maksudku bukan begitu!! batin frustasi Abi.
"Kamu pusing, sayang?" Senja mengangguk lemah, Inez menekan tombol darurat.
"Dimohon untuk menunggu di luar!!" keduanya menurut dan mulai meninggalkan ruangan.
"Nez, untuk pembicaraan yang tadi aku sama sekali tidak bermaksud begitu," ucap Abi memecahkan keheningan.
"Aku tahu, di sini aku juga salah karena telah melewati batasku. Tapi yang aku ucapkan tadi kuharap kamu dapat kabulkan, karena aku tak yakin lagi dengan umurku sendiri." Setelah itu hanya ada keheningan di antara keduanya hingga dokter keluar.
"Bagaimana, dok?"
"Syukurlah, kondisi pasien sudah stabil. Jadi sekarang hanya tinggal melihat perkembangan kondisi pasien. Saya permisi!" Inez berjalan masuk ke dalam ruangan lagi.
"Masih pusing?" tanya Inez pada Senja yang masih lemah.
"Mendingan, bu. Loh, ayah ada di sini?" ucapnya kaget melihat sosok ayahnya di depan pintu.
"Hai sayang!" sapa Abi dan melanjutkan kembali jalannya.
"Gimana kondisinya? lain kali kalau mau sesuatu bilang yah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja " Di Siang Hari "
Teen Fiction(FOLLOW AUTHORNYA DULU OKEY!!) Senja seorang gadis berusia 16 tahun, dia adalah gadis yang ceria dan ramah. Ia memiliki orang tua yang lengkap, namun ada yang yang janggal. Ayahnya tak pernah menginap di rumah selama 16 tahun Senja hidup. Memang set...