Hati anak mana yang tak sakit melihat ibunya sakit? hati anak mana yang tak sakit ketika mendengar umur ibunya hanya tinggal sebentar? hati anak mana yang rela melihat ibunya kesakita? tidak ada, apalagi Senja yang notabenya sangat dekat dengan Inez.
"Sen-"
"Kenapa ayah nggak cerita? kenapa ayah nggak pernah ngasih tahu Senja? yah, kenapa? kenapa?"
"Maafkan ayah Senja, aya-"
"Ayah kenapa? ayah mau bilang ayah ngelakuin ini buat Senja? nggak yah, ayah salah. Hati Senja bahkan sekarang lebih hancur, Senja merasa nggak bisa jagain ibu, Senja merasa nggak becus, Se-" Senja tak sanggup lagi meneruskan perkataanya hatinya terlancur hancur.
"Hiks ... hiks ... hiks ...."
Abi hanya bisa memeluk erat tubuh rapuh putrinya. Abi menyesal, apa saat ini tak ada yang dapat ia lakukan? Abi tak ingin melihat Senja seperti ini. Abi tak ingin melihat putrinya hancur di depan matanya sendiri dan salah satu penyebabnya adalah dirinya.
"Maafkan Ayah. Ayah nggak bermaksud untuk merahasiakannya, Ayah ingin menceritakannya padamu, tapi pada waktu yang tepat. Tapi, ternyata kamu tahu dulu, ayah bener-bener minta maaf. Ini juga permintaan ibu kamu, dia nggak mau kamu sedih."
"IYA! BERHASIL BAHKAN SEKARANG HATI AKU HANCUR, YAH!"
"Maafkan Ayah, sayang!" Abi terus memeluk Senja yang coba melepaskannya.
Dari luar Varent mengintip Abi dan Senja. Mereka berdua sedang membutuhkan waktu berdua, jadi Varent memilih untuk di luar. "Kamu sedang apa, Rent?"
"Kenapa bang Gara masih di sini?"
"Iya, tadinya memang mau pulang sih, tapi temen abang minta ditemenin sampe ibunya dateng."
"Loh bukannya itu-"
"Siapa bang?"
"Dia mirip Daddy!" tunjuk Gara pada Abi. Posisi Abi tertutup badan Senja, jadi bisa dipastikan wajahnya tidak terlihat.
"Masa sih, dia itu Ayahnya Senja," ucap Varent sambil menutupi kegugupannya.
"Bang balik yuk atau lo masih mau nemenin temen lo?"
"Balik, lagian nyokapnya udah sampe tadi," jawab Gara. Varent pun membawa Gara pergi dari sana. Ini juga strategi agar Gara tak semakin curiga bahwa yang berada di dalam memang benar-benar Abi-Daddynya.
Gara dan Varent kini telah tiba kediamannya. "Assalamualaikum!" seru keduanya bersama.
"Waalaikumsalam, anak Mami udah pada pulang," sambut ibu keduanya, Adena Adipramana.
(Minta tolong komen dong, Arissa pernah nggak sih ibu Varent ini ngomong? terus manggilnya apa? minta tolong banget nih, lupa soalnya🙏)
"Iya, Mam aku ke atas dulu!" pamit Varent dan meninggalkan kakak dan ibunya.
"Kamu mau makan dulu, bang?"
"Boleh, abang juga udah laper," cengir Gara. Dena pun menggandeng putranya ini. Tinggi Dena hanya sebatas pundak Gara saja, itu pun dibantu oleh high heelsnya.
"Abang mau makan apa?"
"Abang mau ikan aja, Mam!" Dena mengambilkan nasi dan lauk yang diinginkan oleh putranya.
"Yang lain ke mana?"
"Papi, Daddy, dan Abangmu masih kerja, kalau Mommy udah di kamarnya," jelas Dena sambil menyerahkan piring pada Gara.
Gara berdoa sebelum makan. "Mami udah makan?"
"Udah, Mami udah makan bareng Mommy tadi. Mami mau ke kamar dulu ya, Abang nggak papa kan sendiri?"
"Iya Mam, Sekarang Mami istirahat aja!"
Dena pun mengecup pipi Gara sebelum pergi, ternyata tak lama Dena pergi Dipta Adipramana atau ayah kandung Gara pulang. "Hai son!"
"Hai Pi," jawab Gara disela makannya.
"Yang lain?" tanya Dipta sembari duduk di sebrang Gara.
"Mami baru aja ke kamar, kalau Mommy udah istirahat dan yang lain belum pulang."
"Adikmu belum pulang?"
"Varent? kalau dia pulang bareng aku tadi, Pi."
"Tumben!" tidak biasanya Gara dan Varent pulang bersama seperti ini. Padahal Dipta sangat mengenal sifat kedua putranya itu sangat bertolak belakang. Maka dari itu Dipta tak pernah memaksa keduanya untuk sejalan atau memaksa keduanya untuk berada di jalan yang sama. Apalagi sampai menyamakannya.
Dipta mendidik kedua putranya dengan cara berbeda, tapi dengan porsi yang sama. Dipta mendidik sesuai dengan kemampuan masing-masing anaknya. Bahkan ia tak pernah sekalipun membanding-bandingkan kemampuan antara Gara dan Varent. Apalagi dibandingkan dengan Aezar dan Hayden Ilman Adipramana putra kedua dari Abi.
Sementara disebuah kamar seorang wanita tengah menangis sambil memandangi foto. "Sampai kapan kamu akan menutupi ini?"
"Kalau aja hiks ... kamu cerita hiks ... insyaallah aku hiks ... akan terima, mas. Apalagi hiks ... dia tak ada salah sama sekali hiks ... dia hanyalah korban hiks ...."
"Tapi di sisi lain, aku nggak bisa gitu aja. Karena aku pun berada disebuah tekanan!"
****
"Maafkan Ayah, Senja!" ucap lirih Abi? Memandangi wajah damai putrinya.
Setelah puas menangis, tak sadar Senja tertidur dalam pelukan Abi. Perasaan bersalah terus saja memenuhi benak Abi. Apalagi hingga kini Inez belum sadar, membuat Abi menjadi kacau.
Waktu terus berjalan dan saat ini sudah malam hari. Sebenarnya Abi ingin sekali pulang, tapi ia tak tega meninggalkan Senja sendirian begitu saja. Apalagi tidak ada orang dewasa yang mengawasi, membuat Abi memutuskan untuk menginap lagi.
Senja sudah diletakkan di sofa panjang dan Abi duduk di sampingnya. Ia sedang makan malam dengan laptop yang masih berada dipangkuannya. Pasalnya sedari tadi ponselnya terus bergetar karena pesan dari keluarganya. Bukannya Abi ingin menghindar hanya saja waktunya sekarang kurang tepat.
Jika ada yang mengetahuinya bisa-bisa akan terjadi masalah. Nanti bukannya sembuh kondisi Inez justru semakin memburuk dan akan membuat Senja semakin terpuruk. Abi tak ingin itu terjadi, maka dari itu merahasiakannya adalah keputusan yang terbaik untuk saat ini.
"Maaf semua, aku akan menceritakannya segera!"
Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.
Order Novel Arissa yuk, judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?" tertarik😉? bisa pesan dengan :
Form pemesanan
•> Nama lengkap :
•> Alamat lengkap:
• Jalan :
• Rt/Rw :
• Kelurahan :
• Kecamatan :
• Kota/kabupaten :
• Provinsi :
•> Judul buku :
•> Nama paket :
•> No hp :
•> Ekspedisi :Kirim ke no +62 857-3351-8064
Yuk buruan diorder!!😇
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja " Di Siang Hari "
Teen Fiction(FOLLOW AUTHORNYA DULU OKEY!!) Senja seorang gadis berusia 16 tahun, dia adalah gadis yang ceria dan ramah. Ia memiliki orang tua yang lengkap, namun ada yang yang janggal. Ayahnya tak pernah menginap di rumah selama 16 tahun Senja hidup. Memang set...