"Apa kamu mau jadi istri Saya Keisya Asma Wiranda?" kali ini Kemal bicara serius, secara logis umur nya juga sudah cukup untuk menikah. Tidak ada salahnya kan dia berkata seperti itu kepada Keisya?
Keisya menatap Kemal tak percaya. Bisa-bisa nya Kemal melamar dirinya disaat seperti ini.
"Hei, gimana?" Kemal mengerutkan dahi nya menunggu jawaban dari Keisya.
Kalau boleh jujur, lamaran Kemal tadi bukanlah apa-apa bagi Keisya. Ia tidak memiliki perasaan lagi pada Kemal.
"Maaf." Lirih Keisya.
Kemal mengerti, mungkin Keisya butuh waktu. Tapi Kemal benar-benar tidak perduli lagi dengan kasus Rania itu. Kemal tidak masalah seperti apa masa lalu pasangan nya nanti. Karna mereka akan hidup di masa depan, bukan di masa lalu.
Setelah menyatakan penolakan, Keisya buru-buru pergi dari ruangan itu. Saat sampai di depan pintu tak sengaja matanya menangkap televisi yang terpampang cukup lebar disana.
"Selamat siang, saya Marlini ingin memberitahukan bahwa terjadi kecelakaan pesawat pukul 14.37 di daerah Jawa, diperkirakan pesawat tersebut akan menuju ke Indonesia-Jakarta. Sekian berita dari saya terimakasih."
Suara riuh mulai mengelilingi ruangan itu. Seketika badan Keisya menjadi lemas, refleks ia langsung terduduk. Berulang kali Keisya mengucapkan istighfar, dan tak henti-hentinya juga ia berterimakasih kepada Allah.
Bukannya Keisya senang pesawat itu jatuh, jika saja ia dan Kemal jadi pergi tadi, maka nama mereka juga pasti ada di daftar korban.
Kemal menyusul Keisya keluar, ia heran saat mendengar bisik-bisik perawat tentang pesawat jatuh. Kini tatapan Kemal jatuh pada televisi yang ada di depan nya. Benar saja, itu pesawat yang sempat ingin dirinya naiki, namun ia batalkan gara-gara Keisya menolak pulang ke Indonesia.
Mendadak suara ponselnya berbunyi, Kemal merongoh saku celana nya, dan mengangkat telfon tersebut.
"Halo, Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam, Umi."
"Ya allah Kemal alhamdulillah, syukurlah kamu selamat nak, umi khawatir sekali, umi dengar ada pesawat jatuh, katanya pesawat itu akan menuju indonesia-jakarta, umi jadi teringat kamu nak."
"Alhamdulillah Umi, Kemal tidak sempat menaiki pesawat itu karna tiketnya sudah Kemal batalkan."
"Alhamdulillah kalau begitu, yasudah nanti saja kamu pulang ya, Umi masih syok denger berita pesawat ini."
"Iya umi, kalau begitu Kemal tutup ya telfon nya, Assalamualaikum."
Kini Kemal beralih menatap Keisya yang masih terduduk. Tanpa sadar Kemal pun ikut berjongkok menatap Keisya yang tampak nya syok akan berita tadi.
"Allah adalah sebaik-baik penolong. Insyaallah mereka baik-baik aja." ujar Kemal dengan nada bicara yang rendah.
*****
Satu minggu telah berlalu. Hari ini adalah hari dimana Kemal dan Keisya pulang ke Indonesia. Mereka tengah bersiap-siap menunggu pesawat yang akan mengantar mereka nanti.
Sebelum pergi, Keisya sempat menemui Prilly dan mengucapkan terimakasih karna telah menjadi temannya selama di inggris. Keisya akan selalu mengingat kebaikan Prilly. Dimana saat semua orang menatap nya aneh, tapi justru Prilly terang-terangan mengajak Keisya berteman.
Tak terasa air mata jatuh begitu saja. Keisya mengusap nya perlahan dan menghela nafas.
"Huuhh, ini sungguh berat."
"DOKTER!!!"
Keisya menoleh kebelakang, ia kenal suara itu, siapa lagi kalau bukan Prilly. Prilly ambruk dalam pelukan Keisya, begitupun Keisya. Mereka sama-sama merasa kehilangan.
"Dok, jangan pergi, hiks... hikss..." Prilly mengelap air mata nya. Lihatlah ia terlihat seperti anak kecil yang dimarahi oleh ibu nya.
"Maaf."
hanya kata itu yang bisa Keisya ucapkan sekarang.
"Pesawat nya sudah sampai, ayo." Suara Kemal membuat Keisya sadar dan melepaskan pelukan nya dan Prilly. Dengan amat terpaksa Keisya melepaskan tangan Prilly yang sempat mencegah nya pergi.
"Prilly, saya tunggu kamu di Indonesia." teriak Keisya dari jauh. Dan Prilly, ia hanya bisa menangis sambil berjongkok. Benar-benar menyedihkan. Setelah Keisya pergi, siapa yang akan ia ajak biacara nanti.
****
Keisya tidak menyangka kalau kursinya dan kursi Kemal akan bersebelahan. Apalagi Kemal mengaku bahwa mereka suami istri.
"Kamu apa-apaan, ngapain kamu ngaku-ngaku jadi suami saya? Sejak kapan kita nikah?!" refleks Keisya melontarkan kata-kata pedas nya pada Kemal. Namun Kemal terlihat biasa saja, justru Kemal memasang earphone di telinga nya.
"Kemal farukh alaydrus, saya sedang bicara sama anda!" Keisya menggerutu kesal, ditambah lagi keringat yang mulai bercucuran di dahinya. Membuat Keisya ingin menelan Kemal hidup-hidup.
"Ya saya sendiri, kenapa Bu Keisya?" Tanya Kemal pura-pura polos.
"Kenapa kamu ngaku-ngaku jadi suami saya? Sok-sok an ngaku jadi suami, nikahin saya aja belum?!"
Tanpa sadar, perkataan Keisya seperti memberi kode pada Kemal.
"Jadi kamu minta di nikahin nih?" goda Kemal.
"Eh? Siapa yang bilang?"
"Loh tadi?"
"Saya nggak bilang gitu ya."
"Ah sudahlah, pulang dari sini saya akan nikahin kamu secepatnya. Tenang saja, saya akan tanggung jawab, saya tau kamu pasti marah dengan tempat duduk yang tidak dipisah, tapi ini juga demi kebaikan kamu. Saya tidak mau calon istri saya duduk dengan laki-laki lain. Dari pada duduk dengan laki-laki lain mending dia duduk sama calon suami nya aja." Kemal tersenyum puas. Benar-benar lega setelah mengucapkan kalimat panjang itu.
Sedangkan Keisya menganga tak percaya. "Ini beneran Kemal? Sumpah? Wah, parah." Keisya menggeleng tak percaya. Untung saja Kemal tidak dengar perkataan nya barusan.
"Syukurlah, saya tau anda budek Kemal." Keisya tertawa pelan. Dan tanpa disadari, earphone yang Kemal pakai tidak ada suaranya.
Kemal tersenyum tipis. Saya tau kamu masih mencintai saya Keisya.
****
Halo Assalamualaikum Gimna kabarnya? Semoga selalu diberi kesehatan ya dan umur yang panjang, aamiin
Palembang, 11 april 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK TEMU [END]
Teen Fiction[Belum direvisi, dialog tag masih berantakan, dan tidak beraturan] [Spion of Takdir Cinta. Perubahan judul dari Takdir Cinta 2 menjadi Rintik temu.] Menjadi kuat tidaklah mudah, usaha dan do'a harus ada di dalamnya, tak lupa menyertakan campur tang...