44

602 52 13
                                    

Prilly menatap iba kearah Asma, ingin menenangkan Asma pun harus menggunakan suntikan. Sebenarnya apa yang Asma sembunyikan? Sepahit itukah perjalanan Asma.

Prilly membuka pelan cadar Asma, dalam hatinya ia melafalkan doa agar Asma tidak bangun dan tidak memarahinnya.

"Bismillah, dok jangan bangun dulu ya sebelum saya lepas cadar nya. Maaf ya dok, demi keselamatan dokter saya lepas bentar cadarnya. Tenang dok, nggak ada laki-laki kok." Prilly memejamkan matanya, ia takut sekali, bagaimana jika Asma bangun saat ia tengah membuka cadarnya.

Setelah membuka cadar, barulah Prilly membuka matanya perlahan. Saat membuka mata, Prilly takjub akan pahatan wajah Asma. Wajah nya berseri-seri, seperti ada sinar yang memancar dari wajahnya.

"Aduhh.... Dokter cantik banget." Histeris Prilly. Sadar akan tingkahnya, Prilly langsung membekap mulut nya.

"Mulutnya nggak bisa diem sih." Prilly memukul pelan mulutnya.

"Haloo sela----" Alif terkejut saat memasuki ruangan Asma, ternyata Asma sedang tidak memakai cadarnya. Terharu sekaligus takjub. Alif memang tidak melihat jelas wajah Asma, tetapi seperti ada sinar yang memancar dari wajahnya.

Dengan segera Alif menutup matanya. "Gue nggak liat, gue nggak liat." Ujar Alif pelan.

Prilly memicingkan matanya, kemudian mendekati Alif.

"Kalau masuk ke ruangan orang itu utamakan salam, gimana kalau Dokter Asma sadar dan sedang tidak memakai cadar, apa kamu tau reaksinya seperti apa? Sekarang keluar! Anggap saja kamu tidak pernah melihat wajah dokter Asma." Jelas Prilly dengan raut kesalnya.

Alif meringis pelan, ia memang tidak melihat wajah Asma, melainkan cahaya yang memancar dari wajahnya. "Iya-iya, gue keluar. Tapi sueerr gue nggak liat wajah Dokter Asma." Alif menaikkan satu tangannya dan membentuk huruf V

"Terserah, sekarang juga keluar!" Perintah Prilly.

Setelah Alif keluar barulah Prilly bernafas lega, ia menghampiri Asma yang sedang tertidur.

Ditatapnya dalam-dalam wajah anggun itu, sungguh ciptaan Tuhan benar-benar sempurna, walaupun Prilly tidak beragama islam, tetapi dia tetap bertoleransi kepada Asma.

"Dok, saya ingin seperti dokter, tapi saya takut." Prilly meneteskan air matanya.

Sejak pertama kali melihat Asma, hati Prilly serasa tenang dan sejuk, serasa tak ada beban hidup. Rasanya damai sekali. Saat itu pelan-pelan Prilly mencari tau tentang Islam. Ternyata agama Islam itu benar-benar indah. Hingga dimana Prilly ketahuan keluarganya bahwa sedang mencari tau tentang agama islam. Dari situ Prilly mulai berhenti mencari tau, ia tidak mau ibunya marah dan memukulnya lagi.

Tepat disaat Asma bangun, saat itu juga Kemal memasuki ruangan.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." Jawab Asma pelan.

"Dok, dokter sudah bangun." Prilly membantu Asma untuk duduk, sedangkan Kemal diam mematung.

Demi apapun jantung Kemal berdetak kencang sekarang, bagaimana bisa? Bagaimana bisa Asma semakin cantik setelah bertahun-tahun? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa wajah Asma bersinar bagaikan rembulan dimalam hari? Amalan apa yang Asma lakukan hingga wajahnya begitu menyejukkan hati.

Ingin rasanya Kemal berkata seperti itu, namun dia disadarkan kembali pada kenyataan. Bahwa Asma telah membunuh calon istrinya Rania.

"Maaf, saya tidak tau." Kemal membalikkan badan nya, membuat Asma heran.

Asma mengangkat kedua alisnya, bertanya pada Prilly apa yang terjadi.

"Aa---nuuu---- Dok---sss---aaayya---- membuka cadar Dokter." Ujar Prilly dengan mata terpejam.

RINTIK TEMU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang