Aku meninggalkan Umi dan Abi didalam sana. Kenapa semuanya terasa berat? Dipaksa melepaskan yang bahkan menggengamnya saja aku belum pernah.
Andai saja aku menyadari lebih awal kalau aku menyukai Keisya. Sudahlah, semua sudah berlalu.
Perlahan kaki ini memasuki masjid, rasanya begitu tenang dan damai. Aku memejamkan mata beberapa kali, semua beban hilang walau sejenak. Dengan terlatih aku melaksanakan solat tahiyatul masjid, aku begitu khusyu, hingga tak terasa air mata mengalir dipipiku.
Kutadahkan kedua tangan ini, kini aku hanyalah seorang hamba yang berlumur dosa, aku memang tidak pernah menunjukkan bahwa aku menyukai Keisya, tapi masjid ini akan menjadi saksi bahwa aku selalu melangitkan doa untuk dia yang jauh disana, hingga pada akhirnya Allah menjawab semua doa-doa ku.
Dia mempertemukan diriku dengan Keisya, tanpa diduga dan direncanakan. Semuanya terjadi begitu saja. Aku sadar, mau sejauh apapun dia pergi jika kamu adalah tulang rusuk nya maka dia akan kembali. Biarlah dia pergi sejauh mungkin, dan jika ia kembali maka itu bukanlah sebuah kebetulan, melainkan Takdir yang sudah di gariskan.
Jujur saja, sejak pertama kali melihat dirinya aku merasa tidak asing. Seperti aku mengenali sosok wanita ini. Dan setelah Umi cerita, ternyata Keisya sama seperti Umi dulu. Pantas saja Aku tidak merasa asing.
Aku akui rumor yang mengatakan bahwa sebagian laki-laki menyukai perempuan itu karna mirip dengan ibu nya benar adanya. Buktinya aku, aku menyukai Keisya karna dia mirip seperti Umi ku.
"Ya allah, engkau tau mana yang terbaik untuk hamba. Maka dari itu berilah hamba yang terbaik, hamba tidak akan lagi menyebutkan namanya. Kini hamba mempasrahkan semuanya pada dirimu Ya Allah, tapi jika memang Keisya adalah jodoh hamba, maka permudahkanlah jalan menuju dirinya. Aamiin"
Tidak begitu banyak doa yang kulangitkan. Aku lelah, tapi aku tidak akan menyerah, aku akan memperjuangkan Keisya. Cinta maafkan aku. Kita lihat saja akhirnya.
* * * *
"Umi aku mau bicara berdua sama Kemal boleh?"
Aisyah mengangguk pelan, walau dia sedikit ragu. Keisya tersenyum senang kemudian menyusul Kemal.
"Bahkan dari kejauhan saja aku masih dapat mengenali punggungmu." Keisya terkekeh pelan, kemudian berjalan kearah masjid.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam." Kemal sedikit kaget dengan kehadiran Keisya, tapi dia mencoba untuk merubah rautnya kembali.
"Makasii."
Hening, Kemal masih mencerna ucapan terimakasih dari Keisya.
"Untuk?"
"Semuanya."
"Emm... Pernyataan kamu di inggris kemarin, apakah masih berlaku?"
Kemal terdiam, matanya melebar tak percaya, apakah dirinya masih memiliki kesempatan? Kemal tersenyum gembira, namun saat ia hendak menjawab dirinya melihat Cinta melambaikan tangan sambil tersenyum kearahnya.
"Maaf, Saya sudah punya calon."
Bagaikan tersambar petir, dada Keisya terasa nyeri, air mata mengalir begitu saja tanpa permisi. Setelah dibuat terbang dirinya dijatuhkan begitu saja. Bodoh! Harusnya Keisya tidak menagih janji Kemal. Dasar Buaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK TEMU [END]
Teen Fiction[Belum direvisi, dialog tag masih berantakan, dan tidak beraturan] [Spion of Takdir Cinta. Perubahan judul dari Takdir Cinta 2 menjadi Rintik temu.] Menjadi kuat tidaklah mudah, usaha dan do'a harus ada di dalamnya, tak lupa menyertakan campur tang...