RINTIK TEMU 1

2.9K 99 5
                                    

RINTIK TEMU

"Intinya Qila ndak mau kak Emal pelgi, titik!" Qila merengek kepada Naya, sesekali Qila menarik baju gamis Naya yang berwarna biru laut itu.

Qila mulai melakukan aksi Merajuknya, "Kak Emal, aat ama Ila. Kak emal mau ninggain Ila. Kita kemusuhan sealang!" Qila mengembungkan pipinya yang Cubby itu, dengan perasaan kesal.

Kemal tertawa pelan melihat aksi ngambek adiknya. Kemudian Kemal berjalan mendekati Qila yang tengah menutup wajahnya.

"Qila, Hei."

Tak ada respon dari Qila justru Qila malah membelakangi Kemal sekarang.

"Kak Kemal hanya pergi sebentar." Kemal mendekap tubuh mungil adiknya. Sungguh kemal tidak tega meninggalkan adik kesayangannya sendirian dirumah ini, meskipun umur kemal masih 12 tahun saat ini, Kemal sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak.

"Qila, sini liat Bunda." Naya menangkup kedua pipi Qila, kini terlihatlah wajah sembab Qila. Dengan ekspresi sedih Qila langsung memeluk bunda nya.

"Kak Emal aat Bunda, Kak Emal nggak mau main sama Ila, lagi," rengek Qila dipelukan Naya.

"Emang Ila, nakal ya Bun?" tanya Qila dengan penuh sesal.

"Nggak, Qila nggak nakal siapa yang bilang Aqila nakal? Sini biar Bunda marahin."

"Kak Emal yang bilang Unda. Malahin Kak Emal aja, bial Kak Emal ndak jadi pelgi ke pondok," ujar Qila sambil menunjuk kemal.

"Nggak Bun, beneran Kemal nggak pernah bilang gitu," ujar Kemal pura pura takut akan laporan Qila.

"Pukul aja Bunda, Ila iklas," ucap Qila tanpa sadar.

"Apa apaan ini, Qila curang Bun. Masa Kemal yang dipukul."

"Hayo Sini kamu! sini!" Naya pura-pura mengambil sapu lidi menuruti perintah Qila. agar gadis kecil ini merasa senang.

Melihat Naya yang sudah memegang sapu lidi ditangan dan siap memukul Kemal, Qila langsung berlari mendekati Kemal.

"Unda jangan ukul kak Emal, Ila ayang cama Kak Emal, Unda ukul ila aja ya." Qila merentangkan kedua tangannya didepan Naya, yang memberitaukan kalau Naya tidak boleh memukul Kemal.

"Baiklah kalau begitu." Naya menurunkan sapu lidi nya, kemudian tersenyum senang.

Qila berjalan mendekati Kemal yang masih terharu dengan tindakan adiknya. Kemal berjongkok menghadap Qila. Sungguh kemal benar benar sangat menyayangi Aqila.

"Maafin kak Kemal ya, kak Kemal janji, nanti kalau kak Kemal udah pulang dari pondok, kak Kemal bakalan ajak Qila jalan jalan sepuasnya. Gimana? Mau nggak?" tawar Kemal.

Qila menggeleng pelan, bukan ini yang dia inginkan. Qila hanya menginginkan kakak nya tetap berada disisinya.

"Kemal ayo kita berangkat." ucapan Dirga terhenti saat melihat Qila dan Kemal yang tengah menangis.

Dirga menatap Naya heran, namun Naya justru menyuruh Dirga untuk diam dan ikut menyaksikan Kakak beradik itu.

Seketika rasa sesak muncul dalam benak Dirga. Bukannya Dirga ingin memisahkan Qila dan Kemal, namun Dirga sangat takut akan pergaulan anak zaman sekarang. Apalagi pacaran. Dirga benar-benar tidak ingin melihat Kemal berpacaran.

Yang Dirga inginkan hanyalah Kemal menjadi anak yang Sholeh. Yang bisa membimbing keluarganya nanti. Bukan hanya membimbing, Dirga juga ingin bersama Anak-anaknya di Surga. Setidaknya Dirga telah berusaha untuk menjadi orang tua yang baik.

"Qila cuma mau kak Emal di ini, temenin Ila. Ila atut tidul cendilian, Ila atut main cendilian, Ila akut kelual cendilian, ila atut," tangis Qila pecah saat itu saja. Bukan tangis Qila saja yang pecah, tangis Kemal, Dirga, dan Naya pun pecah saat itu juga.

"Maafin kakak ya Qil, kakak janji, setelah kakak pulang dari pondok kakak akan menjaga kamu, kakak pamit ya Assalamualaikum." Kemal melepaskan pelukannya dari Qila. Kemudian memeluk Naya erat, dan barulah setelah itu Kemal mengajak Dirga keluar rumah.

Baru saja Kemal ingin membuka pintu mobil, tangan kecil mencegahnya untuk masuk.

"Kak Emal halus anji ama Ila. Kalau kak Emal bakalan kabalin Ila ceiap hali." Qila memberikan jari Kelingkingnya kepada Kemal. Kemal hanya tersenyum dan menyambut jari kelingking mungil itu.

"Janji." Kemal memeluk Qila sesaat lalu masuk kedalam mobil. Tanpa terasa air mata Naya juga menetes saat itu. Entah kenapa Naya juga ikut sedih.

"Unda kenapa cedih? Unda angan cedih. Ila ada di ini diamping Unda." Qila mengusap air mata Naya dengan sangat lembut. Membuat Naya semakin terharu.

Palembang 24 Februari 2020

RINTIK TEMU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang