RINTIK TEMU 15

518 57 0
                                    

Betapa mulia nya wanita dengan tampilan hijab nya.

RINTIK TEMU

Setelah aksi baper-baperan selesai. Barulah Aisyah dan Wildan menampakkan wajahnya dihadapan Keisya.

Miris banget sih hidup gue, udah baper, terus di jatuhin gitu aja, terus apes lagi! Keisya bangkit dari duduk cantik ala berbie nya. Dengan sangat terpaksa Keisya menampakkan senyumnya dihadapan Wildan dan juga Aisyah. Aisyah pun ikut tersenyum, ia mulai mendekat kearah Keisya.

"Kata Kemal hidung kamu berdarah, terus kamu pingsan. Kenapa bisa?" Tanya Aisyah sambil menuntun Keisya untuk kembali ketempat tidurnya.

Zaky yang menyaksikan itu sempat kagum sekaligus takjub. Kenapa ia baru tau sekarang kalau Keisya punya Ibu Bak Malaikat yang berhati lembut?

Keisya hanya menampakkan senyum terpaksa nya. Ia pun harus pura-pura nurut dengan Aisyah, karna Keisya tidak mau image nya buruk dihadapan sang Mantan. Kalau Zaky tau yang sebenarnya nama nya nggak suprise dong. Yakan? Btw Suprise apa ya?

"Mangkanya, jadi anak itu jangan bandel! Kalau orang tua ngomong di dengerin! Bego kok dipelihara." Dengan entengnya Wildan mengucapkan kalimat itu. Mungkin bagi Wildan itu biasa saja, tapi bagi Keisya itu sungguh menyakitkan.

"Mas ...." Aisyah menatap Wildan dengan tatapan memohon. Seolah mengisyaratkan jangan gitu, kasihan Asma. kira-kira begitulah arti tatapan Aisyah.

"Maaf," Lirih Keisya sembari menundukkan kepalanya. Ia tak berani melihat kedepan, nanti pertahanan sandiwaranya runtuh! Keisya harap, Zaky dan Kemal tidak tau sifat iblis nya terhadap Aisyah.

"Maaf, Om, Tante, kalau gitu Saya pamit dulu." Zaky merasa kehadirannya membuat keluarga ini terganggu, jadi Zaky memutuskan untuk pamit pulang saja.

"Mari Om." Zaky menyalimi tangan Wildan. Dan dengan senang hati Wildan menyambut uluran tangan itu.

"Hati-hati di jalan, nggak baik anak cowok pulang malem. Bukan perempuan aja yang nggak boleh pulang malem-malem, tapi cowok juga." Wildan menepuk-nepuk pundak Zaky. Sehingga menambah kecanggungan bagi Zaky.

Kali ini Zaky beralih ke Aisyah. Perempuan bercadar, yang bahkan tutur katanya sangat lembut sekali. Zaky yakin, Ibu nya Keisya pasti tidak pernah menyakiti hati siapa saja. Karena bisa dilihat dari tutur katanya yang amat penuh kasih sayang. Beruntungnya Keisya, pikir Zaky.

Tapi Zaky tidak tau dulu nya Aisyah seperti apa. Andaikan Zaky tau, tentu Zaky tidak akan menganggap Aisyah baik. Lihat lah, lagi-lagi Allah sangat baik, Allah menutupi semua aib hamba-Nya. Sehingga yang tampak hanya yang baik-baik saja.

"Umi, Zaky pamit dulu yah." Zaky menangkupkan kedua tangannya. Ia mengerti, pasti Orang seperi Aisyah tidak akan mau di ajak bersalaman. Ilmu itu Zaky dapat dari Ayah nya yang seorang Ustadz.

Aisyah hanya tersenyum saat mendengar panggilan "Umi," dari bibir seorang Remaja seperti Zaky. Sangat jarang sekali lelaki menghormati perempuan. Apalagi sekarang zaman nya serba modern, semakin berkembangnya Zaman, maka manusia juga berlomba-lomba untuk mengikutinya.

"Assalamualaikum, Umi, Om, Keisya, Dan Pak guru." Zaky mengulas senyuman manis yang jarang ia perlihatkan. Ia akan menampakkan nya disaat tertentu.

"Waalaikumussalam," Jawab Wildan, Aisyah, dan Kemal.

Sedangkan Keisya hanya diam mematung. Kenapa setelah jadi Mantan, Gue semakin penasaran sama Zaky sih?

"Ck, Muka dua." Gumam Keisya pelan, tapi Aisyah mampu mendengar ucapan itu.

Aisyah membuka bungkus plastik yang telah ia bawa, tapi seketika sorot matanya jatuh pada kotak makan berwarna biru itu.

"Loh, kok makanan nya nggak di makan?"

Keisya melirik sekilas, kemudian kembali berdecak.

"Yang ngasih nggak Ikhlas!"

"Kenapa gitu? Nih habisin dulu, abis itu Asma baru boleh makan masakan, Umi ya." Aisyah menyodorkan kotak bekal yang di bawa Zaky tadi. Disana tampak empat butir roti tawar dengan toping berbeda-beda.

Keisya menelan saliva nya, pasti setiap roti tawar isinya berbeda-beda. Dengan secepat kilat Keisya merebut kotak bekal itu dari tangan Aisyah, dan memakannya dengan lahap.

"Bener kan filling gue! Isinya Pisang yang dipotong-potong, abis itu ditaburi coklat sama keju."

Keisya hampir saja menangis saat merasakan kelezatan roti ini. Bentuk nya memang sederhana, hanya roti tawar bakar yang ditaburi coklat. Namun siapa sangka, isinya lebih menggiurkan dari pada tampilannya.

Sama hal nya dengan penampilan seseorang. Dari luar memang terlihat kurang menarik, tapi ketika menyusuri lebih dalam, ternyata orang nya baik juga ya. Itulah penting nya Don't judge by cover. Karna cover tidak menentukan isi. Ada yang cover buku nya menarik tapi isi nya biasa saja, ada yang cover nya biasa saja tapi isi nya mengejutkan.

Kini roti di tangan Keisya tinggal satu, Keisya sempat melirik kearah Wildan, tapi Wildan malah membaca Al-Qur'an. Keisya pun melirik lagi ke arah Kemal, sama saja, Kemal sedang memejamkan matanya. Dan terakhir tatapan Keisya jatuh pada wanita bercadar, yang masih fokus menatap dirinya.

Yang akhir-akhir ini menyita perhatian nya.

"Tante Mau?" Keisya menyodorkan Roti tawar pisang kepada Aisyah, namun Aisyah menolak dengan halus.

"Nggak, Umi udah kenyang. Asma aja yang makan." Jawab Aisyah dengan nada bicara ciri khasnya. Lembut nan sopan.

"Kalau gini, lama-lama gue bisa luluh," Rengek Keisya dalam hati.

Melihat ekspresi Keisya yang mau menangis, membuat Aisyah membuka mulutnya.

"Umi bercanda, Umi mau kok! Asalkan yang nyuapin Umi, Bidadari."

"Bidadari pala lo! Cari aja noh, di kali. Yakali lo bakalan nemuin bidadari." Benar bukan, sifat kasar Keisya kumat lagi. Tapi itu tidak membuat Aisyah goyah.

"Ih gemes." Aisyah mencubit pipi Keisya lembut, tapi malah ditepis oleh Keisya.

"Jangan pegang-pegang! Nanti ketularan pelakor nya!"

Kemal yang tadinya memejamkan matanya kini menoleh ke arah Keisya. Kemal tidak tau apa yang sedang terjadi. Aisyah sempat terdiam beberapa saat. Kemudian ia mengulas senyuman manis untuk Keisya.

"Senyuman ini lagi, Ck!" Keisya berdecak kesal. Kenapa Aisyah selalu baik sih!

"Nih, makan! Nanti Tante ikut sakit, gue nggak mau ya kalau tante sakit!" Keisya memasukkan Roti yang ia pegang tadi kedalam cadar Aisyah, dan Aisyah pun mengunyahnya.

Benar. Masakan ini benar-benar lezat. Pikir Aisyah.

"Bagus dong, jadi Umi bisa bermanja-manja deh sama Asma."

"Hilih, ogah!"

* * *

Palembang, 8 April 2020

RINTIK TEMU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang