43

403 47 2
                                    

"Dokter!" teriak Prilly keras, sesekali ia membenarkan sepatunya yang belum sepenuhnya terpakai.

"Dok, tunggu!" Prilly menghadap mobil Asma yang hendak keluar dari parkiran. Dengan berat hati Asma membuka kaca spionnya.

"Dok, maaf. Tapi pliss saya nggak mau jalan kaki lagi dok." bujuk Prilly dengan wajah melasnya. Asma menghela nafas gusar, "masuk." dengan senang Prilly membuka pintu mobil, hampir saja ia jalan kaki hari ini.

"Jangan senyam-senyum, sekali lagi telat, saya nggak akan segan-segan ninggalin kamu, Paham!"

Prilly melirik Asma yang masih fokus menyetir, ia hanya menganggukkan kepalanya. Sejak pertama datang kerumah sakit itu, Prilly kira Asma adalah orang yang ramah, nyatanya salah, Asma adalah orang yang Dingin dan tegas. Tapi, dibalik sikap dinginnya Prilly yakin Asma adalah orang yang baik.

Entah memang sifanya yang dingin, atau memang dokter ini lagi ada masalah Prilly tidak tau, yang jelas Prilly sudah melihat kebaikan Asma secara murni. Tanpa dia buat-buat.

Malam itu  Prilly tidak sengaja berhenti didepan supermarket, ia melihat Asma tengah membantu seorang nenek tua menyebrang. Tidak hanya itu, Asma juga mengantar nenek itu pulang.

Jangan tau dari mana Prilly, sebab Prilly adalah penguntit setia Asma haha. Bercanda gais.

Sejak saat itu Prilly memberanikan diri untuk mendekati Asma dan mengajaknya bicara, walau sering rewel, Asma tidak pernah protes akan sikap Prilly. Berbeda dengan dokter lain, Prilly berbicara sedikit saja langsung disembur.

"Eh? Ini bukan rumah Saya, Dok." Prilly terkejut bukan main, saat ini mereka tengah berada direstoran yang bisa dibilang cukup mahal.

"Dok, saya tunggu dimobil aja ya." melihat isi dompetnya yang mulai menipis, dan dia juga harus menghemat uang bulanan yang diberikan orang tuanya.

Asma tidak memperdulikan ucapan Prilly, ia justru keluar dari mobil. "Keluar, saya yang traktir," mendengar kata traktir buru-buru Prilly keluar. "Dok, ya ampun makasih banyak ya." Prilly menampilkan wajah cerianya.

Asma hanya tersenyum, melihat wajah ceria Prlliy ternyata mampu menghilangkan rasa sedihnya.

Benar, Nabi Muhammad pun ketika sedih melakukan hal ini.

Sekarang Asma dan Prilly sudah berada di restauran termahal di inggris ini, disini, direstauran ini hanya Asma satu-satunya wanita yang memakai cadar. Pantas saja dari awal mereka masuk sudah menjadi pusat perhatian.

"Ohh, jadi gini ya dok jadi pusat perhatian." Ujar Prilly seraya menatap sekeliling. Asma tidak memperdulikan perkataan Prilly, ia justru memilih tempat duduk paling pojok.

Prilly menelan salivanya, disini banyak sekali meja yang kosong, tapi mengapa Dokter ini memilih tempat paling belakang.

"Dok, dokter tidak takut? Maksudku ini terlalu sunyi." Prilly meringis menatap meja sekelilingnya, benar benar sunyi.

Asma menatap Prilly tajam, membuat Prilly ketakutan. Prilly menelan salivanya. "Maaf Dok."

Asma hanya mengangguk, ia kembali memilih makanan.

"Saya pesan yang ini." Asma  menunjuk salah satu minuman favoritnya kala berada di indonesia.

Coffe dengan beragam topik di atasnya. Ia ingat, Bunda Aisyah selalu membuat coffe dengan toping oreo, apalagi sering ditambah dengan astor dan roti, nikmatnya berkali-kali lipat.

Tanpa terasa Asma meneteskan air matanya, ia merindukan Bunda nya, tapi sayang, kehadirannya sudah tidak diinginkan. Terkadang kenyataan begitu menyakitkan.

RINTIK TEMU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang