RINTIK TEMU 5

765 69 1
                                    

Patah satu tumbuh seribu. Itulah pepatah zaman dulu, Keisya akui itu benar ada nya.


RINTIK TEMU


Kemal telah sampai ditempat yang selama ini ia rindukan, tempat dimana ia dibesarkan dan di didik langsung oleh kedua orang tuanya. Sayangnya Kemal terlanjur kecewa, karena orang tuanya tidak pernah sekalipun datang ke Pesantren, bahkan hanya untuk melihat dirinya berceramah pun mereka tidak ada.

Kemal membuka pintu mobilnya, kemudian mengeluarkan semua barang-barang dari dalam mobil. Rumah itu masih sama, masih terasa surga bagi Kemal.

Aura kehangatan terpancar dari warna cat rumah itu. Kemal sangat menyukai warna hijau, apalagi di depan rumahnya di penuhi dengan berbagai jenis tanaman.

Tok tok tok

Kemal mulai mengetuk pintu rumah, dan tak lama kemudian sang pemilik rumah keluar.

"Assalamualaikum, Umi." itu adalah kalimat pertama yang Kemal ucapkan ketika Naya membuka pintu rumah.

Betapa terkejutnya Naya ketika tau anak laki-laki nya sudah pulang.

"Ke---Kemal?" Naya mengerjapkan matanya beberapa kali, berharap bahwa ini adalah nyata, sebab Naya sudah pernah sepeti ini sebelumnya. Alhasil itu hanyalah ilusi semata.

"Iya, ini Kemal. Putra kecil, Umi." Kemal tersenyum manis kepada Naya. Dengan segera Kemal menaruh semua barang-barang nya dan ambruk di pelukan Naya.

"Umi ....."

"Iya, Sayang. Umi disini." Mereka berdua melepas rindu cukup lama, sehingga tidak menyadari kehadiran Dirga yang sudah lama berdiri di depan pintu

"Ekhem."

Kemal dan Naya melepaskan pelukan mereka, mata Kemal dan Dirga sempat bertemu beberapa saat, hingga akhirnya mereka berdua pun berpelukan.

"Maafin, Abi Sayang. Maaf." Lirih Dirga.

Bagi Dirga, kata maaf saja tidak akan cukup, Dirga sangat merasa bersalah kepada Kemal. Karna tidak pernah melihat Kemal selama 6 tahun. Dirga membiarkan Kemal tumbuh Dewasa di dalam pondok itu, tak bermaksud apa-apa, Dirga hanya ingin putra nya ini mandiri.

"Maafin, Abi."

"Kemal paham kok, Bi." Kemal melepaskan pelukan mereka berdua. Terlihat keduanya saling mengelap air mata. Biarlah orang berkata kalau mereka bedua lemah. Nyatanya mereka memang lemah jika dihadapkan dengan orang yang mereka sayangi.

"Yaudah, kalau gitu mari masuk mas-mas ganteng." Ujar Naya sembari menggoda Kemal dan Dirga.

"HAHA. iya, Darling." Dirga mengelus kepala Naya pelan, kemudian masuk kedalam Istana mereka.

Kemal merasakan kesejukan yang tak dia temukan di pesantren. Meskipun Pesantren tempat ternyaman, tapi bagi Kemal rumah sendiri adalah pemenangnya. jiwanya merasa tenang dan tentram saat ini, rumah yang tidak begitu megah, namun sangat menarik.

Keluarga mereka bisa saja membangun rumah bertingkat- tingkat, namun Dirga tidak mau melakukan itu, karna salah satu ciri akhir zaman ialah, membangun gedung-gedung besar. Bukankah rumah termasuk kedalam salah satunya?

"Suasana rumah ini memang tidak pernah berubah." Kemal duduk diatas Sofa. Dimana dulu ia dan Aqila sering bertengkar gara-gara ingin duduk diSofa ini.

Kemal memperhatikan semua ruangan yang ada disana, rasanya ada yang kurang. Tapi apa?

RINTIK TEMU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang