Kita semua pasti pernah merasakan titik terendah, tapi jangan Khawatir dan tetaplah semangat. Kuatkan tekad, buktikan kalau kamu bisa. Karna Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.
•
•
•
RINTIK TEMU
Setelah aksi sorak menyorak itu, tiba-tiba saja Keisya merasakan sakit yang luar biasa dibagian kepalanya. Tubuhnya begitu kaku untuk di gerakkan, kakinya begitu berat untuk melangkah, kepalanya terasa berat untuk melihat kedepan. Tak terasa Keisya sudah terjatuh di lantai dengan hidung yang mengeluarkan darah."Keisya!" suara teriakan Fanny mampu mengundang semua siswa, seketika itu juga pandangan semua siswa langsung tertuju kepada Keisya yang tergeletak di lantai dengan hidung yang penuh darah.
"Keisya, bangun key, Key." Fanny menepuk-nepuk pipi Keisya, sesekali Fanny mengelap darah yang keluar dari hidung Keisya.
Kemal membalikkan badan nya, seketika itu juga mata nya membulat sempurna, saat melihat darah segar mengalir di lantai yang lumayan usang itu.
"Cepat, panggil anggota, Pmr." Kemal memerintah salah satu siswa laki-laki nya.
Sekitar lima menit berlalu, para anggota Pmr muncul di hadapan Kemal. Ada beberapa orang yang memeriksa keadaan mereka. Raut wajah anggota Pmr panik saat itu, ia bingung harus berkata seperti apa kepada pak guru nya ini.
"Pak ... Saya saranin dia langsung di bawa ke RS saja, soalnya lumayan parah pak," Ujar salah satu anggota Pmr itu.
Kemal hanya mengangguk, tapi tetap saja Kemal menyuruh para Pmr itu membantunya. Ya, membantunya memasukkan Keisya kedalam mobilnya.
"Pak, aku boleh ikut?" Tanya Fanny dengan ekspresi sedih sekaligus berantakan.
"Gak." Kemal berlalu begitu saja. Meninggalkan rasa penasaran bagi para siswa dan siswi. Bisik- bisik tetangga mulai terdengar. Aroma bumbu lemes akan segera menyebar, dan Kemal harus mempersiapkan mentalnya.
"Hiks ... Aku mau ketemu Keisya," Cinta--- yang melihat Fanny menangis pun langsung ia bawa kedalam pelukannya.
"Keisya baik-baik aja kok. Dia aman," Cinta menampilkan senyuman tulusnya.
Meskipun ia sering meledek Keisya, tetap saja Cinta memiliki rasa kemanusiaan, ia akan bersedih jika salah satu temannya terluka.
***
Desas-desus tentang pingsan nya Keisya telah menyebar luas. Bukan masalah Keisya yang terlalu populer. Tapi saat pelajaran siapa Keisya pingsan.
Seperti sekarang ini, Zaky berusaha untuk memastikan apakah benar Keisya yang pingsan?
Zaky menunggu cukup lama di depan kelas Keisya. Selang beberapa menit nampaklah sosok yang ia cari.
"Fanny!" Zaky melambaikan tangan nya saat melihat Fanny telah keluar dari kelas. Tapi sepertinya Wajah Fanny sedang tidak bersahabat.
"Lo kenapa?" Tanya Zaky penasaran. Sebenarnya Zaky sudah tau penyebabnya. Namun ia gengsi untuk langsung To the Point. Pertanyaan Zaky hanya dijawab dengan gelengan kepala.
"Btw, Keisya beneran pingsan?"
"Iya, Hidungnya mengeluarkan banyak darah," Fanny mulai berjongkok. Sebagai seorang sahabat ia merasa bersalah karena telah mendiami Keisya seharian ini. Ia masih terbayang-bayang wajah pucat Keisya yang di lumuri oleh darah. Tubuhnya dingin seperti mayat.
"Ohh, kalau boleh tau Mantan gue dibawa ke RS mana?"
"Nggak tau! Cari sendiri aja!" Fanny meninggalkan Zaky yang masih mematung ditempatnya. Salahkah kalau dia bertanya?
Jika salah, dimana letaknya?
***
Sesampai nya dirumah sakit, para suster dan perawat langsung mengerumuni mobil sekolah Bakti Nusantara.
"Ayo, sus kita harus cepat menangani pasien!"
"Iya, bukan nya ini pasien yang mengidap penyakit -----" Ketika suster itu hendak mengatakan nya. Suster disampingnya meletakkan telunjuk di bibir suster itu.
"Diam! Dan tangani pasien secara profesional." Tegur Suster dengan wajah yang mulai menegang.
"Baik!" Dengan semangatnya Suster itu memindahkan Keisya keatas tandu rumah sakit. Dan segera membawanya ke ruang UGD.
Kemal hanya diam tak bergeming sembari mengikuti kedua sister ini. Tak lupa pula ia mengucapkan terimakasih kepada anak PMR yang sudah mau membantu dirinya.
Mengidap penyakit apa? Tanya kemal dalam hatinya.
Sudahlah, itu juga bukan urusan ku. Tugasku hanya mengatar dia, dan menghubungi orang tuanya.
"Maaf, bapak tidak boleh masuk." Ujar salah satu perawat disana saat Melihat Kemal hendak masuk ke ruang UGD.
"Oh." Setelah mengatakan itu, Kemal segera menghubungi kepala sekolah dan meminta nomor ibunya Keisya.
"Halo?"
"Assalamualaikum,"
Ah iya, Kemal lupa mengucapkan salam sangking paniknya. Karna yang menjawab telponnya seorang perempuan.
"Waalaikumsalam,"
"Ada apa ya?"
"Maaf bu sebelumnya. Apakah ini Wali muridnya Keisya Asma Wiranda?" Tanya Kemal ragu-ragu.
"Ya, saya ibunya. Kenapa?"
Terlihat sudah raut cemas diwajah Aisyah. Firasatnya memang benar, pasti ada yang tidak beres dengan Keisya.
"Sebaiknya ibu segera ke Rumah Sakit Hermina sekarang."
Sambungan dimatikan secara sepihak. Padahal Aisyah masih ingin tau keadaan Keisya.
Aisyah meremas gamisnya, dadanya terasa sesak sekarang. Air mata nya jatuh begitu saja. Entah mengapa saat mendengar Keisya masuk rumah sakit lagi, hatinya berasa hancur berkeping-keping.
"Nak, kamu harus bertahan! Kamu harus hidup demi Umi dan Abi!" Aisyah menghapus air matanya. Ia tak mau berlarut-larut dalam kesedihan. Sebab Aisyah tau, semua yang terjadi itu adalah Qodratullah.
Bahkan daun yang jatuh pun sudah Allah tetapkan takdir nya. Jadi mengapa kita mengkhawatirkan hal yang sudah di tetapkan? Kematian itu pasti datang, hanya saja tinggal menunggu giliran.
Selagi masih diberi kesehatan, gunakan sebaik mungkin. Jangan pernah tinggalkan sholat. Sholat adalah tiang agama. Hidup akan serasa luntang lantung jika tidak melaksanakan sholat. Sholatlah sebelum engkau di sholat kan.
"Sebenarnya kamu sakit apa Key? Dan apa hubungan kamu sama keluarga, Saya?"
Kemal menatap ruangan UGD. Benak nya penuh dengan tanda tanya. Apa ini sebuah kebetulan?
***
Palembang, 6 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK TEMU [END]
Teen Fiction[Belum direvisi, dialog tag masih berantakan, dan tidak beraturan] [Spion of Takdir Cinta. Perubahan judul dari Takdir Cinta 2 menjadi Rintik temu.] Menjadi kuat tidaklah mudah, usaha dan do'a harus ada di dalamnya, tak lupa menyertakan campur tang...