20

560 51 0
                                    

Hijrah nya pelan-pelan. Jangan main ngebut aja. Hijrah lah secara perlahan. Self reminder. Perempuan yang sesungguhnya ialah yang memiliki rasa malu, kalian tidak akan menemukan satu foto pun di sosial media miliknya. Sebab, mereka yang menjaga hanya untuk yang terjaga.

* * *

"Pak Ke--Kemal?" ujar Keisya dengan raut terkejut. Alisnya membentuk lengkungan, seperti menyatu. Mulutnya diam, tak bisa berkata apa-apa

"Iya Kemal itu masih saudaraan sama kamu sayang. Bisa dibilang apa ya ... sepupu kalau nggak salah." itu suara Naya. Terlihat dengan jelas bahwa keduanya sama-sama terkejut.

Naya meletakkan camilan nya di meja, kemudian ikut duduk bersama Aisyah dan Keisya.

"Kemal, sini dong."

"Iya Um."

Kemal mendekat kearah Aisyah, Naya, dan Keisya. Ia berusaha untuk tidak terkejut. Sekarang kepingan puzzel yang ia cari mulai tersusun satu persatu.

Fakta kedua dari Keisya: dia sering dipanggil Asma. Dan ternyata dia sepupu Saya.

"Kalian udah kenal lama bukan? Terlihat dari Asma yang sedikit terkejut." Ujar Naya curiga.

"Emm, tidak terlalu Umm. Waktu itu kebetulan sekali saat Pak Kemal pertama kali datang kesekolah Nusantara, dan dikerubungi oleh cewek-cewek. Terus Asma yang dulunya masih bar-bar melawan semua cewek itu. Dan menyelamatkan Kemal."

Kemal memutar bola matanya malas saat mendengar penjelasan Keisya. Rasanya ia mau membantah. Nolongin dari mana? Yang ada Keisya membuat kehidupan Kemal menjadi tidak tenang.

"Wahhh, Kamu hebat." Naya mengacungkan jempolnya. Dan Keisya hanya tersenyum.

"Oh iya, sebentar lagi bakalan ada temen masa kecil Kemal. Nanti Umi kenalin sama Asma ya. Dia seumuran juga sama Asma. Tapi kayaknya dia 17 tahun, umur Asma berapa?"

"17 Umm." Jawab Asma dengan nada tak suka.

Tidak cukupkah dirinya ditampar dengan kenyataan Kemal sepupunya. Lalu sekarang dia akan dikenal kan dengan teman masa kecil Kemal.

Kalau cowok sih Masih wajar ya, kalau cewek? Apakah Hati Keisya bakalan kuat.

"Emm, setelah lulus nanti Asma mau ngelanjut kuliah dimana?"

"Asma nggak tau Umm. Belum kepikiran, mungkin Asma nggak bakalan bisa kuliah. Mengingat Asma punya penyakit yang cukup serius." wajah Asma bertambah lesu. Kenapa ia sedih? Padahal, Asma tidak perduli dengan penyakitnya. Bahkan sering mengabaikannya.

Semua orang terdiam. Tidak ada yang berani bicara, termasuk Aisyah. Matanya berubah menjadi sendu menahan tangis. Sedangkan Naya hanya bisa melirik mereka dengan perasaan iba.

"Hei ayo dimakan cemilan nya. Bronis nya enak loh! Mari-mari." Naya mengambil sepotong bronis. Kemudian ia berikan kepada Keisya dan juga Aisyah. Keisya hanya tersenyum. Ia melahap bronis itu sampai habis.

"Assalamualaikum Umi, Kemal!"

Pandangan mata semua orang terfokus dengan seorang gadis cantik yang tengah melambaikan tangannya.

Sangking cantiknya, Keisya tidak dapat berpaling. Kemal benar-benar beruntung. Kehidupannya dikelilingi orang-orang cantik, berbeda dengan Keisya yang hanya sebutir debu yang tengah kesasar.

"Wa'alaikumussalam. Eh ini dia orangnya, masuk sini."

Gadis berbalut hijab syar' i itu masuk kedalam rumah Naya dengan senyum yang merekah. Aura positif terpancar dari raut wajahnya. Gadis ini menyalami Aisyah dan juga Naya. Tak lupa pula dia tersenyum kearah Keisya. Sesekali ia melirik kearah Kemal yang tengah menundukkan kepalanya.

RINTIK TEMU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang