37

436 41 0
                                    

Tidak ada manusia yang sempurna didunia ini. Allah telah menciptakan kita dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

-Rania Assegaf-

Kita memang hidup di atas Bumi yang sama, tapi Takdir kita berbeda-beda.
-Keisya  Asma Wiranda-

🌻🌻🌻

"Kamu yakin dengan keputusanmu, Nak?" Tanya Naya dibalik pintu. Kemal hanya diam mematung, dirinya dan Rania sama-sama orang arab. Lalu, apalagi yang dikhawatirkan?

"Ummi ... Jujur, aku tidak mencintai Rania." Akhirnya Kemal mengungkapkan perasaannya. Karena memang dia tidak mencintai Rania.

"Allaah ... Kenapa nggak bilang sayang?" Naya mendekati Kemal dan memeluknya erat.

"Bagaimana aku bisa mengatakannya? Sedangkan ada perasaan yang harus kujaga."

"Kemal? Hello? Hei?"

Kemal tersadar, ternyata dia hanya melamun, dan pengakuan tadi hanya ilusi.

"Huftt." Kemal menghela nafas gusar, ia memandangi wajah tampannya. Bismillah semoga pilihan Kemal tidak salah.

"Ayo!" Naya menggandeng tangan Kemal, tentunya Naya semangat hari ini karena Putra nya akan bertunangan.

Ya. Naya bahagia, dan melupakan Keisya yang perasaannya entah sudah sejauh mana.

Dilain sisi.

Tok tok tok

"Masuk."

Keisya membuang wajahnya, untuk apalagi Aisyah datang?

"Mana yang sakit?" Tanya Aisyah dengan lembut.

Keisya menepis tangan Aisyah. Perkataan Cinta masih terdengar ditelinga Keisya.

"Cepat sembuh sayang, kamu marah sama Umi? Kenapa? Coba cerita sama Umi. Oh iya, Kak Kemal hari ini tunangan. Kalau kamu nggak sakit mungkin Umi bakalan ngajak kamu kesana."

Tanpa sadar Aisyah telah melukai perasaan Keisya, ingatan Keisya terputar saat kejadian siang tadi. Dimana Kemal langsung meninggalkan mereka, tanpa peduli keadaan Keisya yang tengah sekarat.

"Cih," Keisya berdecih pelan. Aisyah baru menyadari kalau ada perubahan dalam diri Keisya tapi apa?

"Aku mau tanya sesuatu sama Umi."

Aisyah mengalihkan pandangannya, entah kenapa perasaannya jadi tidak enak. Atau mungkin dirinya lagi sakit?

"Si---silahkan, Sayang." Jawab Aisyah gugup. Keringat dingin membasahi tubuhnya, tangannya gemetar menahan takut, bayangan Farishka terus bermunculan.

Apa ia akan ketahuan? Secepat ini? Sekarang? Benarkah? Allaah lindungi Hamba, lirih Aisyah.

Melihat reaksi Aisyah membuat Keisya tidak tega menanyakan hal yang seharusnya tidak boleh ia bahas kembali.

Keisya menarik tangan Aisyah dan memeluknya. Berharap amarah itu segera reda. "Sebentar saja Umi, Asma rindu sama Umi Farishka."

Mendadak tubuh Aisyah menjadi kaku, tapi Aisyah bersyukur karena Keisya belum mengetahui kebenarannya, entah apa yang akan terjadi kalau Keisya tiba-tiba menanyakan tentang kecelakaan itu.

Dari balik tirai Wildan bisa melihat kedekatan keduanya. Inilah alasan Wildan mengapa ia tetap ingin Keisya berada di Indonesia. Ia tidak mau memisahkan Keisya dari orang-orang terdekatnya. Cukup Farishka saja yang sudah Wildan buat pergi, tidak untuk orang lainnya.

"Farishka lihatlah putri kita, Istri penggantiku berhasil merubah sikap Putri kita. Pilihanmu memang tidak pernah salah ya." Wildan terkekeh pelan, ia seperti orang gila sekarang.

🌻🌻🌻

Rania berdiri disamping Kemal ia sudah memberikan jari manisnya. Rasanya seperti mimpi, jika saja Keisya tidak datang dalam kehidupan Kemal, mungkin Rania tidak akan melakukan tindakan bodoh ini! Tapi masalahnya Keisya begitu mengusik pikiran Rania. Hingga Rania harus melumpuhkan Keisya lebih dulu.

Kemal memberikan kotak cincin nya, begitupun dengan Rania. Mereka memakai cincin mereka masing-masing.

Rania tersenyum girang, tapi senyum itu seketika pudar mengingat Kemal yang tidak meliriknya sama sekali.

Padahal ia sudah capek-capek berdandan. Tapi malah tidak dilirik.
Setelah memakai cincin pertunangan suara ponsel Rania berbunyi.

"Aku turun bentar ya." Bisik Rania. Kemal hanya mengangguk pelan, ia tidak perduli tentang Rania. Entahlah, dimana pikiran Kemal saat ini, kenapa orang yang dia cari masih belum terlihat?

Rania mencari tempat yang sepi, dengan segera ia memencet tombol hijau yang ada diponselnya.

"Halo."

"Kak! Tolongin gue."

Rania menaikkan satu alisnya, kenapa anak ini?

"Lo kenapa?" Rania masih berusaha untuk tenang. Gawat kalau Rania panik, bisa-bisa penyakitnya kambuh.
"Gue dikantor polisi, lo harus tolongin gue pokoknya!"

"Eh---"

Tut tut

"Aish anak ini! Kenapa langsung ia matikan. Menyebalkan memang."

Rania menutup telinganya rapat-rapat. Ia terkena serangan panik sekarang.

"Siapapun tolong aku," Lirih Rania.

"Hiks ... Hiks ...."

"Hei, kenapa?"

Rania mengangkat kepalanya, disana sudah ada Kemal ternyata.

"Kemal, penyakit aku kambuh lagi." rengek Rania.

"Tenang, tarik nafas buang, kemudian ingat kepada sang Pencipta."

Rania mengikuti instruksi Kemal, ia berusaha untuk mengingat Allah.

"Allaah." Lirih Rania spontan. Seketika ketakutan Rania hilang dan ia tersenyum kembali.

"Kemal, makasih. Aku bakalan kabulin satu keinginan kamu, sekarang aku pergi dulu, karena ada hal yang harus aku selesaikan."

Rania berlari meninggalkan Kemal sendirian. Sedangkan Kemal berusaha keras untuk berpikir, kira-kira permintaan apa yang akan ia lontarkan nanti kepada Rania?

🌼🌼🌼

Udah ketebak siapa yang Rania ajak bicara?
Yang ngehujat Rania sini merapat wkkwkw, ternyata dibalik keceriaan nya Rania juga punya penyakit loh. Tapi nggak separah penyakit Keisya ^^

Palembang, 29 Mei 2020

RINTIK TEMU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang