BAGIAN 73 |

368K 36.8K 37.1K
                                    

Vote🔥🔥🔥

Happy reading🔥🔥🔥

Ramein bagi yang mau aja ya :''

-----

     "MAGMA!!"

     "ASSALAMUALAIKUM! MAGMA?"

     "Magma? Magma?"

     "Ooiii promag??"

     Pintu terbuka. Menampakkan sosok Magma yang keluar dengan bertelanjang dada dan boxer hitam sepahanya. "Aisss berisik. Bokap gue di rumah, ntar kalian di marahin."

     "Kita mau main!" Seru Recky.

     Magma memicingkan mata ke satu persatu di antara mereka bertiga. Tumben-tumbenan sekali ketiga orang ini main kerumahnya di siang bolong begini. Hampir sore pula.

     "Hm." Magma berdeham acuh, dia pun membuka pintu dengan lebar, membiarkan mereka masuk.

     "Yey. Aduh, aduh. Mana nih tuyul di rumah lo?" Tanya Cakka sambil terus berjalan masuk.

     "Nggak tau. Nggak salah tadi dia pergi belajar ngaji."

     "HAHAHAHA. Lava ngaji?" Cakka tertawa lantang. Bayangkan, Lava ngaji? Memakai mukenah kebesaran, duduk berdempetan dengan yang lebih besar darinya, membaca iqra', aduh, pasti lucu sekali.

     "Kenapa lo? Adek gue islam."

     "Ya tau juga kali. Cuman lucu aja dia ngaji di bayangan gue tadi."

     Iya juga sih, Magma juga ikut tertawa jadinya jika di pikir-pikir. "Tau gue, dia yang minta ke Mama. Bukan Mama yang negasin dia buat belajar ngaji."

     "Kalah lo, Mag."

     Mereka berempat akhirnya duduk di sofa panjang ruang keluarga rumah Magma. Arash dan Recky akhirnya menyalakan komputer dan peralatan play station-nya. Mereka akan main PS hari ini.

     "Tunggu di sini, gue ambilin kalian minuman."

     "Amer dong." Pinta Recky. Tak di dengarkan, Magma sudah melengos menuju dapur.

     "Boro-boro amer, di kasih soda aja kita udah sukur ntar. Takutnya gue di kasih susu stroberi juga. Kan nggak lucu, ngegame sambil minum susu." Ujar Arash. Iya juga sih.

     Recky lalu memundurkan kepalanya mencari sosok Magma di dapur sana. Setelah di pastikan aman, dia pun kembali berujar dengan pelan. "Oh iya, Glora gimana Rash?"

     "Udah pergi dari tadi dia. Menurut gue sih, dia udah nyampe sekarang. Tapi WA nya masih centang satu. Gue kan bingung, harus ngelakuin apa lagi sekarang."

     "Mau sampe kapan coba ngundur-ngundur waktu gini? Bongkar, bongkar aja dari sekarang. Makin cepat Magma ngamuk, makin baik." Sahut Cakka.

     "Nggak gitu, Cak." Celah Arash. "Pokoknya tuh, kita harus kasih tau Magma nanti, di waktu yang pas. Dimana, Magma lumayan bisa tenang pas tau kabar dari kita. Ya meskipun gue juga nggak tau sih, caranya gimana. Hahaha."

     "Yang penting, bukan hari ini aja ngasih taunya. Magma masih sakit. Kasian gue, nggak tega." Ujar Recky. "Atau enggak, biarin deh ini Glora yang ngurus. Kan dia cuman mau jinak sama Glora tuh. Ntar Glora aja yang ngebongkar langsung. Tugas kita cuman ngulur wakt---AHH!!" Recky mendesah lantang saat Arash mencubit pinggangnya. Derap langkah Magma mendekat, Recky pun langsung paham. "Ahhh, ahhh, si ceweknya pun mendesah. Tamat." Alibi nya.

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang