BAGIAN 47 |

346K 37K 14.4K
                                    

Vote now🔥🔥🔥

7 k komen : up besok

Happy reading🔥🔥🔥

-----

     Glora langsung duduk melihat kedatangan cowok itu. Magma sekarang sudah berdiri di depannya tanpa suara dan ekspresi. Dia malah menatap Glora tanpa arti.

     "Kak.." Panggil Glora pelan. Dia mendongak ke atas melihat beberapa luka dan lebam di wajah cowok itu.

     "Kemana aja dari semalem? Kok nggak aktif? Aku nungguin sampe tengah malem."

     Magma menarik kursi tadi lalu duduk. Dia bersandar lemas dan beberapa kali menghela nafas.

     "Kak Magma.." Sebal Glora.

     "Diem atau gue pergi dari sini?"

     Glora terdiam di buatnya. Hatinya mencelos seketika. Kenapa Magma tampak marah?

     "Udah. Istirahat lagi. Gue temenin."

     Ragu-ragu akhirnya Glora kembali berbaring dengan pelan. "Marah gara-gara Kak Eza nolongin aku tadi?"

     "Nggak."

     Magma melepas sandaran bertumpu pada kasur itu untuk mengusap wajahnya sendiri dengan kasar. Kemudian tiba-tiba dia ikut merebahkan kepalanya di samping pinggang gadis itu.

     Glora masih bergeming. Ingin rasanya dia menanyakan tentang Cindy semalam, tapi sepertinya mood Magma sedang tidak bagus. Jika begini, tidak usah di ungkit saja. Toh, Magma tak akan berhubungan dengan Cindy nanti.

     Magma masih membuka mata. Tatapan itu lurus ke tangan yang sekarang tepat berada di depan wajahnya. Tangan yang masih memakai gelang hitam milik Magma dulu. Putih dan lentik. Tak tahu kenapa, Magma menggapai tangan itu pelan. Menyentuh nya perlahan dan mulai mengusapnya lembut.

     Glora tertawa. Dia segera duduk dan beralih menggenggam tangan cowok itu. "Dih, masih manja aja meskipun bad mood."

     Terasa sesuatu yang menempel di telapak tangan Magma membuat Glora langsung menoleh ke bawah dan membalikkan telapak tangan itu. "Loh, ini kenapa?" sebuah kapas dan plester luka yang menempel di sana, itu tandanya telapak itu baru saja terluka.

     Magma menutup kepalan, dia menyentak tangannya dari Glora dan mengangkat tubuhnya agar duduk tegap kembali.

     Baru Glora bisa lihat ternyata mata cowok itu sudah basah. Dia membuang muka dan memejam tenang, lalu kembali menatap Glora tidak suka. Mungkin, marah karena Glora melihat luka itu tadi.

     "Tuh kan Kak Magma nggak baik-baik aja sekarang. Kenapaaa?"

     Magma meneguk ludah dengan rahang yang mengetat kokoh. Tapi tetap saja, cowok itu belum membuka suara. Otaknya buntu untuk mengatakan yang sebenarnya.

     Glora segera menepis selimutnya dan menghadap ke samping ranjang, ke depan Magma. "Kak Magma jangan bikin aku panik. Kenapa? Ada apa? Ayo cerita."

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang