BAGIAN 07 |

516K 48.2K 23K
                                    

Vote vote vote

------

     Glora akhirnya memasuki labor bahasa istirahat kedua ini.

     Katanya sih, Glora di panggil anak OSIS untuk ikut berkumpul dengan mereka setelah rapat OSIS di laksanakan beberapa menit yang lalu. Jadi, ya Glora hanya menurut saja. Siapa tahu penting kan?

     "Assalamualaikum."

     Semua mata tertuju pada Glora. Tepat di sebuah meja panjang, terdapat seluruh anak OSIS yang berkumpul dan menanti kedatangan Glora.

     "Wa'alaikumsalam."

     "Glora, duduk." Ujar Arnold.

     Glora mengangguk kaku, kemudian melihat bangku kosong di sebelah Eza. Glora segera melangkah dan duduk di sana.

     "Ini Glora udah dateng." Ujar Azizah.

     "Kenapa ya manggil gue kesini?" Tanya Glora. Jika misalnya untuk seleksi OSIS tahun ini, lalu kenapa hanya Glora sendiri yang berasal dari kelas 10 sekarang? Kenapa Nindi temannya tidak di panggil juga?

     "Semuanya kita serahin ke ketua." Ujar Nando.

     Sejenak mereka kembali memperbaiki posisi duduknya. Ada Arnold di meja seberang Glora yang duduk dengan penuh wibawa.

     Glora hanya menunggu itu dengan tenang. Apa ini akan ada kaitannya dengan Magma dan pertandingan kemarin?

     "Glora." Akhirnya Arnold membuka suara. Seluruh mata jadi menyorot pada cowok itu. Sama-sama menanti topik obrolan di buka.

     "Lo tau, siapa itu Magma?"

     Beralih mata menyorot Glora. Glora sendiri malah ragu-ragu. Maksudnya siapa apanya? Apa tentang keluarga cowok itu atau pergaulan cowok itu?

     "Kak Magma?" Glora mengerjap beberapa saat. "Aku cuman tau namanya, tapi belum terlalu tau orangnya. Yang aku tau, dia termasuk murid bad boy di Batavia ini."

     "Bener!" Sahut Dika menjentikkan jarinya.

     "Ada lagi yang lo tau tentang Magma?" Tuntut Arnold.

     Glora menggumam untuk berpikir. "Aku cuman tau, dia itu adik dari Pak Gempa."

     "Lagi?" Desak Arnold.

     "Nama keluarganya unik. Ilmu gunung semua." Glora terkekeh.

     "Lagi? Lagi?"

     "Arnold! Astaga!" Ocha hampir melemparkan pena ke wajah cowok itu karena sebal.

     Glora tertawa pelan menanggapi Ocha. "Udah Kak Ar. Aku nggak tau lagi tentang dia. Aku belum pernah kenal dia sebelumnya."

     "Terus kenapa bisa Magma suka sama lo?" Tanya Zera.

     Glora menggeleng. Dia pun tidak tahu jawabannya.

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang