BAGIAN 02 |

695K 57.1K 9.6K
                                    

Selamat membaca ❤

-----

     Glora mematung di tempat. Otaknya masih tidak bisa bekerja dengan baik menanggapi cowok itu. Maksudnya apa?

     Glora terdiam menatap punggung yang berjalan keluar kantin untuk meninggalkannya. Jelas-jelas cowok itu sudah memukul cowok Glora tadi. Glora tidak boleh berpikir lain. Dia harus sadar, bahwa cowok itu adalah cowok berandal yang berbeda jauh dari cowoknya sekarang.

     "Hei, ngapain masih bengong?"

     Glora tersentak saat Eza menjentikkan jari ke depan wajahnya. Dia langsung menoleh, dan meneguk ludah. "Eh? Kak Eza. Masih sakit?" Tanya Glora terbata-bata.

     Glora hendak memegang pipi cowoknya itu, namun Eza malah menurunkan tangan Glora dan menggenggamnya. "Ayo aku anter ke kelas. Udah mau bel nih."

     Meskipun masih gugup, namun akhirnya Glora mengangguk. Eza menggandeng tangannya agar berjalan meninggalkan kantin. "Yang tadi itu.. Cowok-cowok nakal ya Kak Eza?"

     Glora mendongak, ingin mencari tahu ekspresi Eza. Namun Eza malah datar dan terus menatap depan. "Ya. Nggak bisa lagi di ceritain. Pokok nya jangan pernah ngomong, deket, apalagi bermasalah sama mereka."

     Glora hanya mengangguk menurut. "Kalo... Nama yang, engh.. Nama cowok yang mukul Kakak tadi siapa?" Tanya Glora kepo. Bukan hanya ingin tahu tentang pelaku pertengkaran bersama Eza tadi, tapi Glora juga ingin tahu.. Bagaimana aslinya cowok itu. Kenapa dia mengedipkan mata menggodanya? Apakah cowok itu play boy, fuck boy, bad boy, dan semacamnya? Atau Glora yang salah lihat bahwa dia benar-benar tersenyum pada Glora tadi?

     "Oh. Itu. Dia Magma. Dia emang gitu, bersikap seolah dia penguasa sekolah. Orang yang paling membangkang siapapun. Udahlah. Kamu nggak usah tau. Kamu nggak bakal suka sama dia."

     Eza berhenti melangkah. "Masuk sana."

     Glora baru sadar, ternyata mereka sudah sampai di depan pintu kelas Mipa 7. Glora tertawa malu menyadari. "Oh, iya. Ya udah Kak. Aku masuk dulu. Makasih ya?"

     Eza mengangguk, dan Glora langsung masuk kedalam kelasnya.

     "Ekhem.."

     "Cie, di anterin doi. Umu umu.. Glora udah nggak jomblo sekarang."

     Dua teman Glora. Yaitu Anindi—teman sejak SMP-nya. Dan Arina—teman semasa PLS-nya.

     Arina tersenyum menyebalkan pada Glora yang duduk di depannya. Sedangkan Anindi menyangga kepala di sampingnya. Hal itu membuat Glora sedikit sebal. Dia tidak suka di goda begini.

     "Ngapain liat gue begituan?" Tanya Glora risih.

     Tawa Arina dan Anindi pecah. "Nggak, nggak ada. Di anter sampe depan kelas kayaknya."

     "Iihhh!" Glora langsung menyentil jidat Arina.

     Anindi menggigit bibir untuk menahan tawa agar tidak di perlakukan sama oleh Glora. Akhirnya, dia pun mencoba mengalihkan topik. "Eh, Kak Eza berantem tadi ya di kantin?"

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang