Vote🔥🔥🔥
Ramaikan dengan spam komentarmu 🔥🔥🔥
Happy reading🔥🔥🔥
-----
Setelah kepergian Yuan, sekarang hanya tersisa mereka berdua di lantai ini. Suasana pun jadi canggung. Glora tak tahu harus berbuat apa saat Magma diam menatapnya.
Jarak mereka cukup jauh, namun segaris lurus saling berhadapan.
Baru saja Glora akan membuka mulut, namun suara berat Magma sudah memecahkan keheningan. "Ada perlu apa kesini?"
Glora cukup terkejut dengan pertanyaan itu. Ada perlu apa katanya? Bahkan jika orang lain berada di posisi Glora sekarang pasti juga tak akan bisa menjawab sama sepertinya.
"Glora, pulang."
Glora menarik nafas menetralkan keadaan. Oke, oke. Dia tau bagaimana caranya meluluhkan Magma. Magma tak akan langsung mau cerita jika Glora bertanya to the point. Magma bukannya berubah. Dia hanya frustrasi dengan bebannya sampai-sampai mood nya berantakan hari ini.
Glora mendekat beberapa langkah.
"Gue lagi nggak pengen becanda. Sebelum gue marah, pergi dari sini."
Perlahan senyuman manis itu terulas di depan wajahnya. Tangan kecil dan lembut itu menggapai tangan kiri Magma, kemudian menggenggamnya pelan. Dia cukup tahu tadi mana tangan Magma yang terluka.
"Glora.." Magma menarik nafas. "Pulang sekarang, atau tetep di sini dan lo nggak bakal gue izinin pulang lagi nantinya."
"Heum, tetep di sini aja deh." Glora makin menggodanya.
"Shit, genit." Magma deg-degan. Senyuman menyebalkan Glora makin meruntuhkan benteng pertahanannya dari tadi.
Glora hampir berhasil. Ayo sedikit lagi! Kaki Glora menjinjit ke atas dan menatap wajah Magma lekat-lekat. "Ayo, 20 menit kemaren belom kejadian. Hehe."
Nafas Magma menggebu. "Lo mancing gue? Lo tau ngendaliin diri itu susah?"
Ya Tuhan. Glora langsung berubah panik jadinya.
Dengan sekali tarikan Magma langsung menyenderkan tubuh itu ke pembatas rooftop. Glora membelalak kaget. Ya iya nanti jika Magma hanya menciumnya. Tapi jika sampai kemana-mana dan sudah tidak terkendali bagaimana?
Magma masih melihat Glora dengan ragu. Dia memegang tengkuk itu tapi belum kunjung melakukannya.
Glora menelan ludah. Di tengah-tengah ketakutannya, dia malah terpesona dengan cowoknya ini. Magma kenapa ganteng banget?
"Ck, nggak jadi." Magma berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Ingat! Ini Glora. Magma tak boleh merusaknya. Bukankah dia dulu berjanji tidak akan menjadi toxic untuknya kan?
Magma menjauh. "Glora, ini buat yang terakhir. Kali ini gue serius. Jangan coba-coba senyum kayak tadi lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGMA
Teen Fiction⚠️ 𝐓𝐨𝐱𝐢𝐜 𝐑𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐡𝐢𝐩 ⚠️ "Cewek lo, buat gue." Magma. Cowok galak, dingin, pemaksa, egois, sombong, dan segala sikap kepenguasaannya, telah resmi jatuh cinta pandangan pertama pada Glora, yang merupakan pacar musuhnya. Saat di kanti...