Happy reading🔥🔥🔥
-----
"Ini taroh dimana Bu?" Tanya Glora. Memegangi buku-buku paket yang baru siap di pakai kelasnya tadi dan sekarang ia harus antarkan bersama Bu Setri ke perpustakaan.
"Yang kamu pegang itu taroh aja di rak bawah. Sisain satu di meja Ibu nanti."
"Oh, iya." Glora mengangguk. Kemudian membenarkan posisi rambutnya ke belakang telinga dan menyusun buku-buku itu dengan rapi.
"Glora ikut seleksi OSIS tahun ini kan?" Tanya Bu Setri.
"Hmm.. Iya." Glora lalu mengambil satu buku paket itu dan menaruhnya di meja Bu Setri.
"Bagus loh, Glora. Ikut aja. Nggak usah ragu-ragu. Ibu yakin pasti bakal lolos kamu mah. Dari awal Ibu tau kamu di Mipa 7, Ibu udah liat kalo kamu itu cocok jadi OSIS. Mana pinter, cantik lagi. Besok kalo di adain pemilihan putri sekolah, kamu ikut juga ya? Ibu dukung selalu."
"Ya ampun." Glora terkekeh. "Makasih banyak loh, Bu."
"Ibu ada anak cowok loh. Udah kerja di kelautan sekarang. Kamu mau nggak jadi menantu Ibu?" Goda Bu Setri menyenggol lengan Glora.
"Bu Setri!"
Keduanya sama-sama menoleh saat Eza datang dan masuk terus kedalam perpustakaan. "Eh, Arnold. Kenapa?"
"Eza, Bu." Ralatnya.
"Oh, iya. Eza. Aduh, lupa Ibu." Bu Setri menepuk jidat nya dan tertawa renyah. Lumayan malu sih. Sudah dua tahun mengajar murid kelas 11 tahun ini, masih saja tidak tau nama murid-muridnya.
"Pak Malik manggil. Nyuruh Ibu tadi ke ruangan nya tadi."
"Oh, iya kah? Ya ampun. Ibu lupa ada janji sama Pak Malik istirahat kedua ini." Bu Setri langsung melengos pergi.
Meninggalkan Glora dan Eza berdua di dalam perpus. Ya, guru itu kadang memang aneh.
"Hai, Glora." Sapa Eza. Tersenyum manis.
Glora sedikit tersentak. "Oh, hai?"
"Masih kaku aja. Udah tiga hari pacaran loh." Eza menyunggingkan senyuman lesung pipi-nya.
Glora menggigit bibir dalam. Ya harus apa lagi kan?
"Mau kemana abis ini?" Tanya Eza saat mereka berdua berjalan keluar dari perpus.
"Mau ke mushollah nih. Tadi Nindi sama Arina udah nungguin."
"Oh, sama dong. Aku juga mau kesana. Ayo bareng."
Glora mengangguk kikuk. Tidak ada salahnya, sih.
-----
"Glora mana?" Magma bersedekap di depan pintu Mipa 7. Entah pada siapa dia bertanya sekarang, yang pasti dia ingin tahu keberadaan cewek itu. Rasanya tidak cukup jika hanya bertemu istirahat pertama tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGMA
Teen Fiction⚠️ 𝐓𝐨𝐱𝐢𝐜 𝐑𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐡𝐢𝐩 ⚠️ "Cewek lo, buat gue." Magma. Cowok galak, dingin, pemaksa, egois, sombong, dan segala sikap kepenguasaannya, telah resmi jatuh cinta pandangan pertama pada Glora, yang merupakan pacar musuhnya. Saat di kanti...