BAGIAN 65 |

277K 32.2K 29.1K
                                    

Vote. Happy reading 🔥🔥🔥

-----

     Pukul 22.00

     Glora berjalan keluar kamar, matanya celingukan sana-sini dengan was-was takut ketahuan Ayahnya. Di jam segini, pasti Ayahnya akan curiga ketika mendapati Glora akan keluar rumah. Jangan sampai itu terjadi.

     Memakai sweater rajut-nya cepat-cepat, dan membuka pintu utama teramat pelan. Dia pun menjatuhkan sepasang sendal jepit nya untuk segera ia pasang dan langsung menuju gerbang.

     "Huffhh.." Glora baru bisa bernafas lega saat sudah tiba di gerbang. Berarti aman karena sudah sedikit jauh dari rumahnya.

     "Hai.." Glora tersenyum manis. Dia lalu membuka pintu gerbang dan keluar. Menemui..

     Magma yang sudah menunggunya sejak lama. Ya, lumayan lama cowok itu menunggu lantaran kesulitan ketika harus mau bagaimana memberi tahu Glora bahwa dia di sini dari tadi. HP mereka berdua berada di tangan Magma.

     "Panik banget." Magma tersenyum singkat. "Segitu nggak bolehnya lo pacaran sama Bokap lo?"

     Glora hanya mengangguk ragu serta mengiyakannya. Asal Magma tahu saja, Glora hanya tidak ingin Rey tahu bahwa yang datang ini adalah seorang Magma. Keluarga yang di ceritakan Rey pagi tadi.

     "Ralat." Magma mengalihkan pandangan.

     "Nggak pacaran lagi ternyata."

     Ekspresi Glora berubah seketika. Dia langsung menengok ke Magma yang lebih tinggi darinya.

     Cowok itu juga diam, dia tahu Glora sedang menatapnya tapi dengan sengaja dia tidak membalas tatapan itu.

     Ya, sebenarnya ini wajar. Kan kemarin Glora yang meminta penyelesaian itu? Glora tahu itu. Dan sakit ini datang begitu saja. Melihat Magma yang tersenyum pahit, tatapan yang lurus lagi kosong, cowok itu saja tidak berani menatapnya. Apalagi Glora, gadis yang mendengar ucapan itu. Fakta namun menusuk. Glora pikir dengan sikap Magma di sekolah tadi, hubungan mereka ia harap akan membaik, namun sepertinya.. Magma mungkin hanya baik karena merasa bersalah. Karena Magma sudah tahu kesalahpahaman yang terjadi beberapa hari ini. Bukan berarti dia ingin balik lagi ke Glora. Buktinya, Magma belum minta maaf kan? Berarti Magma tidak niat untuk baikan lagi.

     Suasana mendadak canggung dan senyap. Glora benar-benar terganggu hanya dengan ucapan tadi. Mungkinkah Magma sudah bosan padanya?

     "Oh," Magma kembali memecahkan keheningan. Dia sekarang sudah memberanikan diri menghadap Glora. "Nih, HP lo. Gue balikin."

     Lama menetralkan keadaan, Glora akhirnya mengangguk pelan. Dia menerima ponselnya itu. "Kak Magma pake apa kesini?" Tanya nya basa-basi.

     "Taksi."

     "Ooh.. Iya deh." Glora mengalihkan pandangannya ke semen bawah. Harusnya dia senang, ponselnya sudah kembali.

     Keduanya masih sama-sama diam. Magma tak melanjutkan obrolan, Glora pun sudah buntu untuk berbuat apa.

     Cowok itu menghela nafas. Sepertinya jika begini terus hanya akan semakin sesak. "Oke. Gue pulang dulu. Udah malem. Lo istirahat."

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang