BAGIAN 04 |

609K 57.7K 22.1K
                                    

Vote and comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote and comment.

-----

     Magma membawa Glora ke parkiran untuk sampai di mobilnya. Mendorong cewek itu cukup kencang hingga punggungnya harus membentur body mobil. Glora mengaduh kesakitan. Ini kah yang pantas di jadikan cowok? Pada perempuan saja tak pernah bersikap lembut.

     "Kita nggak pernah kenal. Bahkan ketemu Kakak aja baru tadi siang." Glora mulai gugup. Hendak berpaling ke arah lain, namun Magma menyangga tangannya di samping Glora. Masih dapat di ingat ikat tangan hitam yang selalu menjadi sorotan saat Magma bertanding futsal tadi, dan sekarang ada di sebelah Glora saat ini.

     "Itu alasan lo nggak mau jadi cewek gue?"

     "Kenapa harus nonjok anak orang segala?"

     "Karena kalo nggak gitu, gue nggak bakal bisa dapetin lo.

     "Terus kalo kayak gitu, Kak Magma bisa dapetin gue?"

     "Iya! Gue berhasil sekarang kan? Eza udah ngasih lo buat gue. Berarti lo udah resmi jadi hak gue sekarang."

     Glora terdiam. Cowok ini benar-benar pemaksa dan keras kepala. Apa dia pikir berpindah hati itu mudah? Jelas-jelas Glora menyukai Eza saat awal PLS terlaksana dan baru bisa jadian hari ini. Tapi belum sampai sehari mereka jadian, Magma sudah memisahkan? Memaksa Glora untuk padanya padahal jelas-jelas Eza lebih baik darinya.

     "Meskipun Kak Eza udah ngasih gue buat Kak Magma, tapi keputusan tetep di tangan gue kan?!"

     Magma mengepalkan tangan. "Dan lo tetap nggak mau?"

     "Emangnya gue cewek apaan langsung mau gitu?"

     "Oh," Magma tersenyum sinis. Mundur selangkah. "Lo kayaknya belom tau siapa gue."

     Walaupun tetap terlihat tenang, tapi Glora tak dapat pungkiri dalam hati kecilnya sedikit tersirat ketakutan. Yang dia nilai dari hari ini, Magma adalah seseorang yang emosional. Jadi.. Bagaimana jika ternyata Magma juga akan menghabisi Glora seperti Magma menghabisi Eza tadi?

     "Gue kasih lo waktu dua hari buat mikirin ini semua. Lusa, gue nuntut keputusan lo."

     Glora sedikit melotot. "Cuman dua hari?"

     "Ralat. Sehari."

     Glora spontan memukul dada cowok itu. Mengambil keputusan sendiri? Benar-benar egois. "Oke, dua hari." Putusnya. Kemudian kaget sendiri dengan ucapannya barusan. Kenapa dia menyetujui Magma? Itu sama saja memberi cowok itu kesempatan untuk meraih keinginannya.

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang