Kuyyy ramein🔥🔥🔥
Stay boom api tiap paragraf🔥🔥🔥🔥🔥🔥Vote? Udah kan?🔥🔥🔥
Happy reading🔥🔥🔥
-----
Magma berhenti menarik tangan Glora saat mereka tiba di ujung koridor. Di lihatnya hujan masih belum reda membuat Magma mendecak kesal.
Magma membalik ke belakang untuk melihat keadaan Glora. Ternyata cewek itu hanya sedang diam dan menatap ke arah lain. Seperti kesal, namun tertahan.
"Mau pulang nggak lo?" Tanya Magma akhirnya.
Glora hanya diam. Bahkan menengok ke Magma pun enggan. Kalau ini Magma jadi yakin, pasti seterusnya cewek ini akan mendiamkannya. Memang, senjata para cewek pasti diam, menunggu kaum cowok membujuknya. Dan Glora ini sudah termasuk ke tipe akut. Magma yakin dia tidak akan bisa di bujuk begitu saja. Magma pun bukan seseorang yang seperti itu. Dia sangat tidak pandai jika untuk bermulut manis ke para wanita.
"Glora, denger nggak?!!"
Ingin rasanya Glora melepaskan tangan dari Magma, namun rasanya pegangan itu begitu kokoh.
Info Gempa tadi, gudang belakang sekolah, foto bersama Cindy, tragedi di perpus barusan, tentu tak akan semudah itu untuk Glora lupakan.
Magma akhirnya menghadap Glora. Langsung mendekat membuat Glora mundur.
Benar kan. Glora marah padanya? Ya jelas. Magma pun tahu Glora sedang marah.
"Gue nggak suka di diemin." Ujar Magma. Dingin namun tegas.
Glora tetap tak bersuara. Apa yang Magma tidak suka, maka akan dia lakukan.
Magma ingin tertawa. Jujur, menetralkan emosi tadi bukanlah hal mudah dan Magma belum bisa normal sepenuhnya. Apa perlu Magma bertindak kasar?
"Lo mau gue ke perpus lagi?" Tanya Magma melepaskan tangan Glora. Glora mengusap bekas cekalan tadi karena lengannya cukup melemas.
"Minta maaf itu bukan gue banget. Gue belom pernah minta maaf sama seseorang. Apalagi orang itu musuh gue." Pikir Magma salahnya hanya karena tidak mau minta maaf. Magma benar-benar cowok seenaknya.
"Oke. Lo masih diem." Magma hendak berlalu di sebelah Glora namun Glora langsung menahannya.
"Mau kemana lagi hah?!"
Magma kembali dengan senyuman nya. "Perpus. Lo pikir mood gue lagi baik hari ini hm? Kan udah gue bilang, gue nggak suka di diemin."
"Bunuh aja Kak Eza sekalian."
"Bisa. Gue bisa aja ngelakuin itu kalo lo masih berhubungan sama dia."
Glora diam menahan sumpah serapah dalam dirinya. Magma pikir hanya dia saja yang berhak marah? "Jangan bikin gue makin benci sama Kak Magma."
Raut Magma sedikit berubah. "Lo kan yang bikin gue kayak gini? Lo yang masih berhubungan sama Eza padahal lo tau, gue nggak bisa nahan emosi kalo udah berhubungan sama tuh cowok. Berarti lo sendiri yang minta gue buat kasarin dia. Selama kemauan gue belum bisa lo penuhi, berarti Eza masih belum aman."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGMA
Novela Juvenil⚠️ 𝐓𝐨𝐱𝐢𝐜 𝐑𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐡𝐢𝐩 ⚠️ "Cewek lo, buat gue." Magma. Cowok galak, dingin, pemaksa, egois, sombong, dan segala sikap kepenguasaannya, telah resmi jatuh cinta pandangan pertama pada Glora, yang merupakan pacar musuhnya. Saat di kanti...