BAGIAN 58 |

262K 36K 47.4K
                                    

Ada mulmed nih. Puter dulu coba. Aku lagi keracunan lagunya.🥺

Absen yang udah vote🔥🔥🔥

Jangan jadi silent readers yaa ❤🔥🔥🔥

Happy reading🔥🔥🔥
Ramaikan tiap paragraf🔥🔥🔥

[ WARNING: PART INI MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN ]

-----

     Suara adzan magrib dari masjid terdekat berkumandang. Langit memerah dengan matahari yang hampir terbenam sore ini. Angin pun bertiup menyibak rambut Magma dengan sayup.

     Cowok itu duduk di depan kap mobilnya. Menunggu kedatangan Glora di depan sana yang ikut berhenti melangkah saat menemukan keberadaan Magma.

     Dari kejauahan memang. Tapi mata Magma masih normal untuk dapat melihat raut wajah gadis itu sekarang. Gadis itu tampak sembab baru selesai dari menangis, hidung yang memerah, mata berair, bibir basah, dan beberapa helai rambut yang melengket di area pipi nya. Menangis karena apa lagi? Apa karena mendengar omongan Magma bersama Ayah Cindy tadi?

     Glora berusaha meredakan isakannya. Dia mengatur nafas agar kembali normal, kemudian melangkah menghampiri cowok itu. Magma dengan raut tenang nya tanpa merasa bersalah sedikitpun, atau paling tidak harusnya dia panik minta maaf untuk menjelaskan semuanya pada Glora, kan? Ini malah seakan dia yang tak membutuhkan itu. Merasa diri nya sudah benar dalam posisi sekarang.

     Selangkah Glora tiba di hadapan cowok itu, Magma langsung merubah posisinya menjadi berdiri. Entah siapa yang paling emosi dan tersakiti sekarang. Magma menatap Glora seakan Glora telah melakukan banyak kesalahan saja padanya.

     Lama mereka saling berdiaman begini, Glora tak tahu harus melakukan apa. Bahkan menatap Magma di atasnya saja tidak berani. Tidak berani bukan karena apa, hanya karena takut dia akan menangis lagi nantinya.

     Berkebalikan dengan hal itu, Magma masih tampak menunggu. Dia merunduk ke bawah melihat wajah ceweknya itu masih diam mematung di tempat. Tidak kah terniat untuk angkat bicara? Menjelaskan semuanya pada Magma?

     Glora akhirnya menarik nafas. "Mau, mau ngapain nyuruh aku kesini?" Tanya Glora akhirnya. Sedikit menutupi kegugupannya agar air mata ini tidak mengalir lagi.

     Magma yang mendengar itu jadi berdeham pelan. "Mana Eza?"

     Glora langsung mendongak ke atasnya.

     "Iya. Eza. Kenapa lo ninggalin dia? Kenapa nggak ajak dia aja kesini?"

     "Keliatannya.. Dia butuh banget sama lo. Atau lo yang niat sendiri pengen ngerawat dia?" Glora terdiam di buatnya. Dalam situasi seperti ini, dalam keadaan rumit begini, Magma masih menyalahkannya?

     "Kak Magma. Ini nggak--"

     "Mau jelasin alesan kenapa bisa sama Eza di sini? Karena Eza itu masuk rumah sakit gara-gara lo?"

     Glora menelan ludahnya sendiri. Menatap cowok ini begitu tidak percaya.

     "Lo masih ada rasa sama dia, kan Glora?" Tanya Magma begitu mendesak. Sedari tadi padahal Glora belum melakukan apapun tapi cowok itu terpancing emosi begitu saja.

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang