BAGIAN 59 |

273K 34.4K 44.9K
                                    

Budayakan vote sebelum membaca🔥🔥🔥

Nggak nyangka antusias kalian di part kemaren bakalan serame itu🤧🤧 luv luv🤧

Okay.

Ramaikan dengan berkomentar di tiap paragraf 🔥🔥🔥

Happy reading🔥🔥🔥

-----

     Suasana hening dengan deru nafas yang makin jelas terdengar di telinga keduanya.

     Magma melongo. Dia menatap bola mata yang tepat berada di bawah wajahnya sekarang.

     "Minggir." Glora dengan segala sisa tenaga yang dia punya langsung mendorong dada cowok itu agar menepi. Dia duduk dan akan membuka pintu mobil.

     Beberapa detik Magma sempat terperangah, seperti orang bodoh ia melihat pergerakan Glora dengan tatapan kosongnya.

     Baru saja tangan Glora menyentuh pintu, Magma langsung menarik tubuh itu agar tetap tetap di sini. Kesadarannya terkumpul dengan emosi yang kembali naik. "Nggak. Apa lo bilang tadi? Putus? Nggak akan pernah!!"

     Glora terisak deras tanpa suara. Sebisa mungkin dia menepis kedua tangan Magma agar bisa melepaskan dirinya.

     "Dapetin lo nggak segampang itu!"

     "Terus ngatain aku tadi segampang itu hah?"

     "Kenapa harus putus? Karena mau balik ke Eza lagi kan lo?!!" Magma menekan punggung tangan itu agar berhenti meminta di lepaskan. Dia naik dan mengurung Glora yang terduduk di bawahnya.

     Tangisan Glora makin deras dengan tangan yang terasa nyeri mulai membiru ini. "Kak Eza nggak pernah sekasar ini sama cewek. Toxic kayak gini bukan cinta lagi namanya, Kak Magma."

     "Oh, lo ngebandingin gue sama Eza?!"

     PLAK!!

     Magma terdiam kesamping kanan setelah menerima tamparan itu. "TERUS TADI APA? KAK MAGMA NGEBANDINGIN AKU SAMA CINDY JUGA KAN?" Sekali dorongan yang Glora lakukan, Magma tak kalah kalut jadinya. Cowok itu menarik rambut Glora ke belakang membuatnya menengadah kearah Magma.

     "Aarhh.. Sakit. Lepasin.. Hikss."

     Magma benar-benar hampir hilang kendali. Nafasnya menggebu tak tahu kemana akan dia luapkan. Ada satu kekurangan dalam dirinya yang memang dia miliki dari dulu. Jika dia sudah kehabisan batas kesabaran, dia akan makin bergejolak lebih parah siap membunuh lawannya detik itu juga. Dan sekarang.. Glora melakukannya kan? Magma sangat-sangat tidak suka di lawan. Keluarga nya saja jika Magma sudah marah, maka mereka yang akan mengalah sampai Magma dingin lagi. "Kalo bukan karena gue sayang sama lo..."

     Magma menelan ludahnya sendiri. "Lo udah mati di tangan gue, Glora." Ucapnya getir. Air matanya menitik detik itu juga.

     "Kenapa nggak bunuh aku sekalian? Sikap Kak Magma kayak gini aja udah cukup bikin aku kesakitan tau nggak?"

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang