BAGIAN 32 |

416K 43.1K 7.6K
                                    

Vote udah kan? 🔥🔥🔥

Good. Happy reading 🔥🔥🔥

Sebarkan komentarmu sebanyak-banyaknya🔥🔥🔥

-----

     Mata Magma terbuka. Kesadarannya terkumpul dan dia baru menyadari lampu sudah menyala. Dari kapan?

     Magma duduk. Melihat ternyata di kepalanya tadi adalah bantal, bukan Glora. Kemana Glora? Di sini pun tidak ada.

     "Glora."

     "Gloraaa."

     "Gloo!"

     "Kak Magmaaa. Aku di dapur. Bentar!"

     Magma mengusap wajah lalu berjalan ke dapur. Di lihatnya ke jam tangan di tangan kiri nya, sudah pukul 10. Hujan pun terdengar sudah reda. Mungkin, sebentar lagi ia akan pulang.

     "Ngapain, Sayang?"

     Melihat Magma akan mendekat dan memeluknya dari belakang, Glora langsung membalik ke depan dan sedikit menjauh.

     Magma memutar bola matanya jengah.

     Di lihatnya Glora sedang membuatkan dua kopi susu. "Buat gue nggak?"

     "Bukan. Itu buat Kak Rana sama Kak Lio."

     "Ih, gue juga mau."

     "Iya. Nanti buat Kak Magma ada juga kok. Bentar, aku anter ini ke kamar mereka dulu."

     "Ikut."

     Magma membuntutinya menuju ke kamar Rana. Gadis itu mengetuk pintu beberapa kali. "Kak Ranaa. Ini kopi susu nya udah jadi."

     Glora mengetuk pintu lagi. "Kak Ran--"

     Pintu terbuka. "Hai Glora."

     Lio membuka pintu sedikit dan menyembulkan kepalanya. Dia sedikit kaget melihat Magma di sini. "Eh, Magma?"

     "Oi." Magma mengangkat kedua alisnya sekilas, sebagai sapaan.

     Lio tertawa dan keluar, langsung menutup pintu kembali. "Udah lama lo di sini?"

     "Udah." Jawab Magma. Dia mengode Lio dengan menatap ke pintu kamar. "Dalem gimana?"

     "Hahaha. Aman. Lo gimana nih?" Lio mengambil nampan di tanggal Glora. Glora mendelik ke Magma. Apa-apaan maksud mereka berdua!

     "Kasian, dapet cewek lugu. Udah ganti selera lo ya."

     "Nggak lah. Bentar lagi kita berdua nyusul." Magma merangkul Glora.

     "Sip. Have fun." Lio masuk lagi.

     Glora diam, Magma pun diam saat pintu itu sudah tertutup rapat.

     Glora mengembuskan nafas sabar. Tidak ingin marah-marah malam ini. Dia membalik menghadap Magma. "Jadi minta di bikinin kopi susu juga?"

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang