BAGIAN 29 |

420K 44.8K 24.9K
                                    

Mau masuk konflik part berapa?

Mau ending part berapa?

Btw, cerita ini konfliknya nggak bakal serumit Movgata kok.

Cuman, lebih rumit aja.
Canda rumit😌

Enggak lah. Santai.
Abis konflik kelar, langsung ending.

Happy reading🔥🔥🔥

Spam api tiap paragraf🔥🔥🔥

-----

     "Lava tuh gerah. Lava pengen ngiket rambut tapi Lava nggak bawa iket rambut. Gimana dong?"

     "Ada karet nggak?" Tanya Glora pada Magma. Magma menggeleng. Untuk apa juga karet di mobil ini?

     "Mama Lava tuh suka banget gerai-in rambut Lava pas mau berangkat sekolah. Katanya makin cantik. Padahal kan ini hari sabtu. Lava banyak olahraga. Aduh!" Lava mengibaskan tangannya sendiri.

     "Ya udah. Lava pake iket rambut Kakak aja nih."

     Bocil itu menahan kikikan geli. Dia memang mengode Glora sedari tadi dan Glora akhirnya peka.

     Glora melepas ikat rambutnya dan mengikatkan itu ke rambut Lava. Menyisir rambut sepunggung itu dengan jemarinya, lalu menguncirnya ke atas.

     Lava makin cantik.

     "Yeee. Makasih Kak Ipar." Lava cekikikan dan memeluk leher Glora dengan senang.

     Magma menatap ke sebelah. Dia kemudian tertawa.

     Ia menarik tangan Glora membuat cewek itu kaget dan menoleh.

     "Muach." Magma mencium tangannya lagi dan meremas-remas jemari itu sambil terus menyetir fokus ke jalanan.

    "Kak Magma ih. Ada Lava tau." Sebal Glora pelan.

     Mobil berhenti karena sudah sampai di tempat tujuan. "Turun." Kata Magma.

     Glora sebenarnya.. Sedikit ragu untuk ke sini. Ini kan toko CC. Bagaimana jika ada Cindy-nya nanti? Dia akan melihat Glora dan Magma berdua? Akrab dengan Lava juga? Pasti Cindy akan cemburu dan tidak terima Glora mengambil Magma-nya.

     Tapi, mau bagaimana lagi? Tidak mungkin kan Glora tinggal di mobil membiarkan Magma dan Lava pergi berdua saja? Tidak enak pada Lava juga.

     "Kakak kalo makan donat biasanya bisa ngabisin berapa buah?" Tanya Lava.

     Glora menggenggam erat tangan kecil itu untuk membawanya menyebrang jalan. "Kakak bisa ngabisin satu box donat."

     "Cih, cuman satu box. Lava 3 box bisa!"

     "Ih, beneran?"

     "Tapi boong. Hayyukk. Papalepapale."

     Glora terbahak melihat Lava yang menari-nari sendiri. Jangan kan Glora, Magma pun ikut tertawa dan geleng-geleng. Dia tahu, humor anak kecil memang receh begini.

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang