BAGIAN 28 |

419K 44.4K 10K
                                    

Vote🔥🔥🔥

Ramaikan paragraf dengan emot api-mu🔥🔥🔥

Semangat komen? Semangat update.🔥🔥🔥

Happy reading 🔥🔥🔥

-----

     "Kak Rana."

     Glora keluar dari kamar dan mencari keberadaan Rana. "Kak Rana." Panggilnya ulang.

     Akhirnya Glora bisa menemukan cewek itu sedang telentang di sofa. Membaca majalah hanya dengan tanktop saja, maskeran, ngemil, dan telinga yang tertutup headphone.

     "Kak Rana." Rana baru menyadari keberadaan Glora saat cewek itu berdiri di depannya. Segera dia lepas penyumbat telinganya tadi dan duduk.

     "Apa? Mau kemana lo?" Rana melihat Glora dari atas sampai kebawah. Memang sih, gayanya biasa saja. Tapi, ini masih pagi. Biasanya Glora jam 11 begini masih mengenakan daster tidurnya. Dan sekarang dia sudah memakai sweatshirt dan celana levis sepaha. Rana heran.

     "Izin pergi."

     "Kemana?"

     Glora antara ragu ingin jujur atau tidak. Jika Glora berbohong, nanti ketahuan bagaimana?

     "Mau pergi sama Magma kan lo?" Tanya Rana.

     Glora hanya diam. Dia tampak ragu ingin menjawab.

     Rana terbahak. "Bucin kan lo? Apa gue bilang hah? Cari cowok tuh kek Magma, kek Lio."

     "Bucin? Gue cuman nemenin dia jemput adeknya doang."

     "Jemput adeknya doang pake di temenin segala? Apa namanya kalo nggak bucin?"

     "Hufft. Terserah Kakak deh."

     "Lo gue bilangin Papa mau lo?" Rana menunjuk Glora dengan sinis. Ini ancaman yang tepat. Kapan lagi akan seperti ini kan? Mumpung, Glora punya pacar sekarang. Rana bisa mengandalkan kesempatan ini.

     "Ha? Ini baru siang, Kak Rana."

     Rana tersenyum sinis. "Oh, yang semalem? Lo lupa?"

     Glora membelalak cemas. Memang sih, semalam tidak terjadi apa-apa. Tapi rasanya, omongan Rana seperti sudah menyatakan Glora 'terjadi apa-apa' saja semalam. "Ya udah kalo nggak di izinin nggak apa-apa."

     "No! Gue nggak mempermasalahkan masalah lo semalem. Biasa. Gue juga sering kek gitu. Santai. Jakarta bebas. Itu udah biasa buat pecinta dunia malam kayak gue sama Magma." Rana mengibaskan tangannya acuh. "Cuman sekarang lo udah tau kan? Gimana rasanya di posisi gue? Karena lo udah punya cowok sekarang. Dan yang gue mau, lo jangan pernah urus hidup gue lagi, jangan pernah ngelarang gue lagi, jangan ancem gue, jangan ember sama Papa soal kelakuan gue, atau enggak yang semalem bakalan gue bongkar abis-abisan. Atau kalo perlu gue tambahin."

     "Kak Rana!"

     "Sstt. Gue ngajak mutualan. Lo gue bebasin sama Magma, lo bebasin gue juga. Terserah gue mau ngajak cowok gue nginep di sini kek, gue nginep di mana kek. Jangan pernah tunjukin sikap nggak suka lo kalo Lio di sini karena itu bakalan bikin dia kesinggung. Lo juga bebas. Magma nginep di sini, gue biarin."

     "Nggak. Gue nggak mau ngikutin Kak Rana."

     "Ya udah sih terserah lo. Ntar malem, malem minggu. Lio bakal nginep di sini. Lo cuek aja seakan ini udah hal biasa. Lo bocorin ke Papa? Inget juga kesalahan lo semalem." Rana tersenyum sinis.

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang