BAGIAN 18 |

430K 42.6K 16K
                                    

Udah vote belom nih?
Budayakan vote sebelum membaca yaaa🔥🔥🔥🔥❤❤❤

Spam komen tiap paragraf pake api biar rame.

Hohoho🔥

------

     Cup.

     "Makasih Kak Magmaaaa... Lava masuk dulu. Muach." Dia tersenyum lebar setelah mengecup singkat pipi Magma.

     Dapat Magma cium semerbak bau bedak bayi yang tidak merata di wajahnya. Itu semakin terlihat menggemaskan.

     Magma menyunggingkan senyuman simpul dan mencubit sekali pipi gembul Lava sebelum dia keluar dari mobil Magma.

     "Dadahh Kak Magmaaa.." Lava melambaikan tangan sampai kaca mobil kembali tertutup. Mobil Magma akhirnya pergi meninggalkan halaman SD Pertiwi.

     Dari SD Pertiwi ke SMA Batavia bukanlah suatu jarak yang jauh. Hanya butuh 10 menit, maka Magma akan sampai ke sekolahnya.

     Magma memelankan kecepatan mobil saat gerbang mulai mengantri untuk masuk.

     Sebuah persetanan merusak mood Magma pagi ini saat melihat motor Eza di depannya. Tangannya mengepal begitu saja melihat cowok itu lambat sekali karena mengantri. Apakah dia tidak tahu Magma muak berlama-lama melihatnya? Apalagi motor itu tepat berada di depan mobil Magma.

     Jalanan kembali bebas saat Magma sudah berhasil masuk. Dengan sebuah senyuman devil, Magma akhirnya menambah kecepatan hingga mobilnya menabrak motor Eza.

     Bruk.

     Magma tersenyum puas. Motor Eza jatuh sekalian dengan cowok sialan itu. Beberapa orang sekitar sempat memekik kaget melihatnya dan langsung menepi saat Magma hendak berlalu lagi.

     "WOY!!!" Itu pekikan Eza. Magma mengerem dan melihat belakang hanya lewat kaca spion. Eza berusaha berdiri lagi dengan motornya.

     Tak Magma hiraukan. Dia akhirnya berhenti setelah mobilnya terparkir. Lalu turun dan menyandang tas-nya.

     "MAKSUD LO APA HA?"

     Magma tahu ini akan terjadi. Lihatlah bagaimana wajah merah padam milik Eza yang berjalan cepat kearahnya dengan membawa helm.

     "Gue nggak sengaja tadi." Balas Magma acuh dengan dagu yang sedikit terangkat. Sama sekali tidak takut dengan kemurkaan Eza padanya.

     "Nggak sengaja ha? Masih punya dendam apa lo sama gue?" Eza refleks mendorong bahu Magma membuat Magma langsung menepisnya. Seakan haram tangan itu menyentuh Magma.

     "Harusnya gue yang dendam sama lo. Lo udah ambil cewek gue."

     Glora lagi. Padahal Magma belum kepikiran dengan Glora pagi ini.

     "Eh," Eza berakhir tertawa renyah. "Gue kok belom denger kabar kalian jadian?"

     "Glora nggak mau sama lo ya?" Dada Magma makin bergemuruh ulah nya. Ternyata pintar sekali Eza membalas Magma. Tidak dengan main kekerasan seperti yang Magma lakukan tapi dengan ejekan. "Ya jelas lah. Dia baru jadian sama gue udah lo klaim buat lo seenaknya. Iri lo ya? Gue bisa dapetin cewek secantik dan sepinter Glora? Gue duluan daripada lo?"

     Rahang Magma tertahan dengan ludahnya yang di telan kasar. Satu persatu emosinya mulai berkumpul dan naik.

     "Tanpa gue bertindak buat ngerebut dia dari lo lagi, dia pasti tetep balik ke gue. Liat aja ntar."

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang