BAGIAN 09 |

486K 47.2K 5K
                                    

Absen dulu pake emot 🖤

Ramein yaaa.. 🥳🥳

Selamat membaca🖤

-----

     Glora mempercepat langkahnya saat tahu bahwa di belakang ada sebuah mobil yang memelan seakan mengikuti langkahnya. Yakinlah 100 persen bahwa itu adalah mobil Magma.

     Glora meremas tangannya sendiri. Bayangan Magma mengamuk di lapangan futsal kemarin masih membayangi ingatan Glora. Bagaimana jika itu terjadi lagi sekarang?

     Klakson di bunyikan beberapa kali membuat Glora kaget. Glora menoleh ke belakang dan melihat Magma dia dalam sana menatapnya tidak suka. Apakah Magma menyuruh Glora untuk menghentikan langkahnya?

     Tidak. Glora tak ingin berhenti. Tapi kemudian mobil itu melaju dan singgah di depannya secara melintang. Menghabisi luas jalan menuju gerbang untuk Glora.

     Glora membelalak mendengar bunyi pintu mobil terbuka.

     Buru-buru Glora gelagapan dan lari saat melihat Magma keluar.

     "Glora!!!"

     Glora tak menghiraukannya. Dia berlari ke samping mobil walaupun dia tahu Magma akan dengan mudah mendapatkannya.

     Benar.

     Belum sampai target Magma sudah menarik tangannya.

     "Jadi bener apa yang di bilang Lahar tadi hah?"

     "Be-bener apa? Gue nggak tau."

     Magma berdecih. "Sok nggak tau. Terus kenapa lo takut sama gue? Berarti bener kan?"

     "Kan nggak jadi." Balas Glora dengan bodohnya. Sedetik setelahnya, dia sendiri merutuki kebodohan itu.

     "Terus kalo gue nggak tau lo tetep jadi pulang bareng dia?"

     Tuh kan, Glora salah jawab. "Dia yang nawarin."

     Magma makin naik darah. Jadi Eza masih berani mendekati Glora? Belum kapok juga? Padahal jelas-jelas dia sudah membuat perjanjian untuk menyerahkan Glora pada Magma sepenuhnya.

     "Terus maksud lo tadi siang apa? Lo nolak gue ajak pulang karena lo mau nungguin Kakak lo. Sekarang apa? Lo pulang sama cowok itu? Lo bohongin gue hah? Lo bisa panggil gue kalo lo nggak punya temen pulang tadi."

     Loh, loh. Bukan itu maksud Glora. Glora tidak bermaksud membohongi Magma. Memang di awal tadi Glora pikir Rana akan menjemputnya seperti biasa. "Ya.. Gue nggak tau kalo Kak Magma masih di sini. Kan sekolah udah sepi."

     "Lo bisa telpon gue. Meskipun gue udah di rumah tadi gue bakalan tetep kesini jemput lo."

     "Gue nggak tau."

     "Ya udah. Masuk sana gue anterin!"

     Glora menggeleng. Seperti tidak ikhlas saja. Menawarkan tapi dengan bentakan.

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang