BAGIAN 25 |

410K 40.5K 7.2K
                                    

Vote udah kan ges🔥🔥

Happy reading 🔥🔥🔥

Spam api yang banyak yaa. Mari ramaikan🔥🔥🔥

-----

    
     Hujan berlanjut.

     Magma dan Glora masuk kedalam mobil setelah menghadang hujan sepanjang hotel ke parkiran.

     Magma bersandar. Di liriknya kesamping ada Glora yang menghembuskan nafas.

     "Basah?" Tanya Magma.

     Glora menahan mual sambil menggeleng. Dia tersandar ke kursi dan memejamkan mata. Ngantuk, tapi tidak juga. Lebih ke pusing.

     "Kak Magma,"

     Magma yang juga merasa lemas hanya bergumam. "Hm?"

     "Gue pusing.. Itu minuman apa tadi?" Glora sedikit merengek.

     "Kita pulang."

     Glora mengangguk. Magma pun menyalakan mesin dan melaju untuk pulang.

     Bahkan sekarang keadaan Magma mendapat bumerang sendiri. Dia yang ingin membuat Glora mabuk, dia juga yang tak kalah mabuk. Percuma. Segelas minuman Glora tadi ternyata setara dengan sebotol minuman Magma.

     Layar ponsel Magma menyala. Menampilkan nama Rana, kontak baru nya tadi sedang memanggil.

     Magma tahu ini akan terjadi cepat atau lambat nantinya. Dan benar kan? Tapi Magma mengabaikan panggilan itu dan mematikan volume ponselnya. Magma tahu Rana sedang mengkhawatirkan Glora. Dan Magma sendiri yang menjamin bahwa Glora akan baik-baik saja selama bersamanya saat ini.

     Mobilnya memasuki pekarangan basecamp Habeas. Dia langsung memasukkan mobilnya ke dalam garasi dan mendapati isi garasi sedang kosong. Itu tandanya teman-teman Magma belum pulang dari ngumpul. Ya wajar, malam libur mereka memang akan pulang lambat nyaris pagi.

     Dia melihat mata dengan bulu lentik tersebut masih tertutup. Magma mendekat dan menyentuh pelan pipi itu membuat Glora akhirnya mengerjapkan mata. "Bangun." Serak Magma.

     "Kak Magma. U-udah nyampe?" Glora linglung. Dia kembali merasakan berat di kepalanya.

     "Udah. Ayo keluar."

     Magma keluar dan berjalan ke bangku Glora. Membukakan Glora pintu. "Sini gendong."

     Magma mengangkat tubuh Glora dan menggendongnya. Sedangkan Glora, sudah pasrah dan ikut menumpukan dagu di pundak Magma. Membayangkan bahwa ini adalah Papanya dan Glora nyaman bisa di manjakan begini.

     Magma tiba di kamar. Dia masuk dan mengunci pintu dari dalam.

     "Gue sayang sama lo, Glora." Magma mengecup pundak Glora yang ada di dekatnya.

     Magma menurunkan pelan tubuh Glora di atas kasur. Mata Glora kembali tertutup dan dengan mudahnya dia lanjut tidur lagi? Menggemaskan. Magma menggeleng heran namun suka.

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang