BAGIAN 03 |

617K 59.9K 24.5K
                                    

Selamat membaca ❤
------


     Jangan kira jika Tim OSIS memiliki seorang kapten fustal, maka mereka bisa menaklukan permainan. Tidak, itu sama sekali bukanlah pengaruh bagi anak-anak Habeas. Yang kapten hanya Eza sendiri kan? Sedangkan tim mereka ada 5 orang. Tidak mungkin Eza terus-terusan yang menguasai bola.

     Permainan berlangsung 10 menit.

     Radit menggiring bola untuk sampai ke gawang, namun sebuah kesialan saat Arash dapat mengambil alih bola dari kakinya itu. "Magma." Arash melakukan chipping hingga bola tersebut melambung ke arah Magma.

     Magma menangkap bola dengan sigap. Baru saja akan membawa bola itu namun Dika berlari mengintai. Magma hanya menatap bingung cowok itu. Saat Dika hendak mengambil bola dari kaki Magma, Magma menghindar. Dia membawa lari bolanya dari Dika, namun..

     Magma hampir terjatuh, karena sebuah kaki menyandungnya.

     Prittt!!

     Peluit di bunyikan. Membuat permainan terjeda sejenak. Magma langsung membalik ke Dika dan mengangkat kerah baju cowok itu. "Eh, maksud lo apaan hah???" Magma mendorongnya dengan penuh emosi.

     Arash dan yang lainnya berkumpul. "Woy. Sportif dong! Jangan curang! Wisnu! Pelanggaran!" Bentak Arash.

     "Lo nggak apa-apa?" Tanya Cakka.

     "Nggak. Nggak suka aja sama cowok ini." Kesal Magma.

     "Gue nggak sengaja." Jawab Dika acuh.

     Ingin rasanya Magma menghajar wajah tanpa dosa cowok itu, namun karena mengingat mereka masih dalam zona pertandingan, dia urungkan. Magma akan selesaikan ini nanti. Lihat saja. "Tunggu ntar kalo permainan kelar." Ancam Magma.

     Wisnu mau tak mau harus mengangkat kartu kuning sebagai pelanggaran untuk Dika.

     "Ka. Kita emang benci sama mereka. Tapi sportif kali ini." Ujar Eza.

     "Ck, biarin gue di keluarin sekalian. Yang penting Magma udah bisa gue lumpuhin. Gue yakin cuman Magma yang mereka andelin." Jawab Dika.

     Semuanya kembali berkumpul ke tempat semula karena permainan akan di lanjutkan.

     "Magma!"

     "Magma!"

     "Magma!" Sorak Cindy, Sella, Leona, dan Beby.

     "Kak Eza! Kak Eza! Kak Eza!"

     "Ezaaa!!! Semangat!"

     "Eza!!" Sorak Arina, Nindi, Zera, dan Ocha. Cindy cs langsung mendelik tak suka, namun hanya mereka abaikan.

     Cakka tersenyum sinis melihat ke arah Dika dan Eza. Oh, jadi Dika berniat untuk membuat Magma keluar karena Magma peran utama tim mereka? Lalu bagaimana dengan Eza? Eza juga peran utama tim OSIS kan? Bagaimana jika.. Cakka ikut melumpuhkannya?

     Cakka berlari ke arah bola yang sekarang sedang ada di kaki Arnold dan Magma. Saat Cakka hendak mengambil bola itu, Eza lebih dulu mendahulukannya.

     Pas saja.

     Cakka menerjang kaki cowok itu dengan keras membuatnya terjatuh dan mengerang lantang.

     "Eza!!!"

     "Woy!!!" Bentak Arnold. Eza terduduk kesakitan memegangi kakinya.

     "Satu sama kan?" Cakka mengangkat tangan acuh. "Kartu merah. Oke, gue terima. Gue keluar, yang penting Eza udah gue lumpuhin." Cakka menatap sinis pada Dika. Terima kasih, Dika. Sudah memberikan ide untuk Cakka.

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang