Voteee 🔥🔥🔥
3 K komen : up lusa
4 K komen : up besokHappy reading🔥🔥🔥
-----
Magma bersandar penuh lelah di bangku mobilnya. Memejam sejenak dan beberapa kali menghela nafas.
Bisa-bisanya hari ini dia mengantarkan Cindy pulang.
Ya, rumor itu memang benar. Awalnya tadi Magma berniat meninggalkan gadis itu tanpa rasa peduli sedikitpun. Tapi saat sampai parkiran, entah apa yang ada di pikirannya sampai-sampai dia merasa tidak tega pada Cindy yang tadi sudah menangis di kata-katai oleh Magma.
Magma sadar, dia terlalu jahat tadi. Fine, jika dia memang tidak suka pada Cindy. Tapi tak perlu harus setegas itu kan? Kasihan juga. Bagaimana pun dulu Cindy sudah sangat bahagia ketika dekat dengan Magma dan tak pernah marah ketika Magma dapat yang baru dan mencampakkannya begitu saja. Di tambah dengan dalam Cindy bersikap. Toh, selama ini Cindy tidak pernah mengganggu Glora kan? Mencoba cari rencana untuk merusak hubungan Magma dengan Glora misalnya.
Untuk itu, langkah Magma yang membawanya sendiri kembali ke Cindy dan memberi tumpangan untuknya. Dia pun tidak tahu ini tindakan salah apa benar. Tapi Magma janji pada dirinya kalau ini akan jadi yang terakhir. Anggap saja menebus kesalahannya tadi agar dia tidak dapat karma nantinya.
Tanpa sadar, motor Bara memasuki garasi setelah Magma. Cowok itu langsung turun dan masuk ke rumahnya. Perhatian Magma jadi teralih. Darimana Bara? Sejak kapan Bara di belakangnya? Apa cowok itu mengikuti Magma dari tadi?
Sudahlah. Tak usah pedulikan. Magma pun memutuskan untuk keluar. Dia menyandang tas nya dan mengeluarkan ponselnya. Langsung menghubungi Nyonya-nya, Glora.
"Kak Magmaaa.. Dari mana aja kenapa telfon aku nggak di angkat tadi? Aku chat juga nggak di bales. Udah jam berapa ini? Pasti Kak Magma nggak di rumah ya? Makanya nggak megang HP."
"Dih, langsung nyerocos. Kangen bilang." Magma tertawa pelan.
"Kingin biling. Nye nye nye. Aku masih di sekolah nih. Nggak mau tau, jemput pokoknya."
"Loh, masih di sekolah? Dari kapan, sayang? Tau gitu gue jemput lo dari tadi. Gue baru pulang soalnya."
Tuh kan, benar. Magma baru pulang. Pasti baru pulang dari mengantarkan Cindy. "Ya udah. Ayo kesini. Ada yang mau aku omongin. Aku sengaja nggak minta jemput sama Kak Rana, sengaja nggak naik taksi demi nungguin Kak Magma."
"Berani kasih hadiah apa kalo gue jemput?" Magma memutar tubuhnya untuk balik ke garasi. Benar berniat menjemput cewek itu.
"Iih masa masih pake upah jemput cewek sendiri?"
"Berani ngasih durasi berapa lama ntar? Kalo 15 menit, gue otw nih."
"Durasi? Ciuman? 15 menit?"
"Iya lah. Lo masih punya hutang ciuman ke gue. Yang tadi siang gimana?"
"Heumm.. Aku kasih 20 menit. Tapi.."
"Tapi apa?"
"Kasih jeda buat nafas ntar ya?"
"Anjjj! Lo sengaja? Lo nantangin gue? Gue OTW. Awas kalo enggak. Kali ini lo nggak bisa kabur lagi." Magma menggigit bibir kuat-kuat menahan tawanya. Greget sekali pada gadis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGMA
Teen Fiction⚠️ 𝐓𝐨𝐱𝐢𝐜 𝐑𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐡𝐢𝐩 ⚠️ "Cewek lo, buat gue." Magma. Cowok galak, dingin, pemaksa, egois, sombong, dan segala sikap kepenguasaannya, telah resmi jatuh cinta pandangan pertama pada Glora, yang merupakan pacar musuhnya. Saat di kanti...