BAGIAN 36 |

367K 37.6K 6.7K
                                    

Vote vote vote 🔥🔥🔥

Happy reading 🔥🔥🔥

-----

     Glora berhenti berlari saat sudah melihat Magma duduk sendirian di taman belakang tanpa melakukan apapun.

     Dia mengatur nafas, dan mencoba melangkah menghampiri cowok itu. "Kak Magmaaa.."

     "Udah lama nungguin aku ya? Sorry."

     Magma mengangguk. "Banget." Dia menatap lurus ke depan. Mengabaikan keberadaan Glora.

     Gara-gara keluar dari BK tadi, dia berjanji untuk menemui Magma di taman belakang, namun harus tertunda karena Papanya menelfon. Mempertanyakan urusan OSIS ini dan sepertinya ia juga lebih dominan setuju jika Glora ikut OSIS.

     Glora hanya diam tak tahu lagi harus bagaimana. Dia sangat tidak ahli membujuk-bujuk cowok. Apalagi ini tipikal Magma pula.

     Tak sengaja mata Glora menangkap gelang hijau berbandul keroppi itu masih ada di tangan Magma. Alhamdulillah belum di buang.

     "Janji makan bareng istirahat pertama, batal. Alesannya ada urusan sama Pak Malik. Janji kedua, nungguin di taman belakang, lo telat. Lama banget."

     Glora mengangguk paham. Dia tahu dia salah. Jarinya mengetuk-ngetuk bekal makanan yang di janjikannya untuk Magma tadi sambil berpikir keras mencari topik. "Iyaaa. Aku minta maaf."

     Magma hanya diam. Menatap lurus ke depan.

     "Ayo makan."

     Cowok itu menggeleng. Benar, sudah tidak nafsu. Padahal bakso di kantin tadi pun hanya sedikit yang dia cicipi.

     Glora mengedarkan pandangannya gugup. "Aku.. Ak-aku suapin deh." Ujarnya. Sebenarnya dia tidak siap sih. Nanti jika ada yang lihat bagaimana? Aduh, Glora di kira bucin dan di cibiri lagi.

     Dan suatu kemustahilan bagi Glora mendapat respons tak sesuai ekspetasi berasal dari cowok itu. Bisa-bisanya Magma menggeleng menolaknya? "Serius nggak mau? Aku suapin, Kak Magma. Suapin."

     "Emang gue anak kecil?" Magma menatapnya. Sayu.

     "Hmm.. Iya deh." Tak apa lah. Syukur juga.

     Keduanya sama-sama membangun keheningan. Sepertinya Glora yang harus pintar-pintar mencari solusi.

     "Eh itu gelang aku bagus banget di tangan Kak Magma." Puji Glora kagum. Dia meraih lengan cowok itu.

     Magma masih diam.

     "Gemes. Cocok sama Kak Magma."

     "Lo ngeledek karena gue pake gelang ini? Jadi kayak anak kecil? Atau lo nyamain gue sama kodoknya?"

     "Iih bukan. Soalnya kan tangan Kak Magma putih, terus kalo pake ini jadi lucu."

     "Udahlah. Lo cuman mau ngebaikin gue aja sekarang. Gue tau."

     "Hmm.." Glora hanya pasrah saat Magma kembali menjauhkan tangannya.

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang