BAGIAN 39 |

374K 39.3K 13.8K
                                    

Vote vote vote🔥🔥🔥

Suka banget sama antusias kalian semuaaa huaaa🔥🔥🔥

2 K komen : up lusa
3 K komen : up besok

Happy reading dear🔥🔥🔥

-----

     "Argh.." Magma menuruni tangga rumahnya dengan tas yang tersampir di bahu kanannya. Demi apa? Dari semalam Magma spam call ke Glora, tapi tak di angkat. Mengirimi pesan nyaris ratusan, tapi tak di balas. Dan pagi ini Magma cek lagi roomchat itu. Ia melihat Glora yang sudah membaca pesannya sejak 30 menit yang lalu. Tapi sekarang tak membalasnya?

     Oke. Bersiaplah Glora untuk Magma interogasi nantinya.

     Magma menyimpan ponsel itu dan langsung ke meja makan. Wah, ada yang berbeda pagi ini. Keluarganya lengkap, karena ada Bara juga.

     Tumben-tumbenan. Magma kira dia sudah pulang dari kemarin. Ternyata masih ada di sini.

    "Hei.. Morning Sayang."

    Magma mencium pipi Rinjani. "Hm. Morning."

     Lalu dia berdiri di sebelah Lava. Tepat sekali di depan Bara. Tatapannya tak kunjung terlepas pada cowok yang sedang makan dengan santai itu.

     "Magma mau makan apa?"

     Magma menggeleng. "Nggak makan." Dia mengambil sebuah apel dari keranjang buah dan memakannya.

     "Wah.. Gelang Kak Magma bagus banget." Lava berhenti makan. Matanya langsung berbinar melihat gelang yang terpampang di depannya saat cowok itu mengambil buah tadi.

    Sialan. Magma langsung menyembunyikan tangannya ke belakang.

    "Iih Lava mau dong. Sini buat Lava. Papa... Lava mau gelang Kak Magma. Gambar kodok."

    "Sini lo gue jadiin gelang. Muka lo kan rada kayak kodok." Sahut Lahar.

    "Ishh! Nyebelin." Lava tak mempedulikan cowok itu lagi. "Lava mau liat gelangnya lagi dong."

    Bara menyuap dan melihat ke arah mereka. Magma pakai gelang perempuan? Cih, sebegitu bucinnya kah dia?

    Magma merunduk dan berbisik di telinga bocah itu."Mau gue bunuh langsung apa gue karungin terus buang ke air?"

    "Iih kasar pake 'gue-gue'."

     "Pamit pergi dulu." Magma kembali mencium pipi Rinjani.

     "Eh, bajunya di masukin, dasi pasang yang bener."

     "Hm."

-----

     "Hmm.. Masakan anak Papa enak banget. Papa suka." Puji Rey menikmati nasi goreng buatan Glora pagi ini. Ya, sebenarnya rasanya biasa saja sih. Tak ada yang istimewa dari sebuah nasi goreng. Dimana-mana pasti rasa nasi goreng tak akan jauh berbeda. Tapi, ini adalah buatan Glora. Rey patut mengapresiasikannya.

     Glora tertawa pelan. "Papa bisa aja."

     Rey minum segelas air putih. Dia menyudahi makannya. "Ayo Papa anter ke sekolah."

     "Loh, Papa baru selesai makan. Duduk dulu lah."

     "Nggak apa-apa. Papa kan bakal duduk juga nanti di mobil."

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang