36. Kedatangan Sang Musuh

1.6K 49 11
                                    

Happy Reading....

➖➖➖

"Berharap tak ada orang baru yang membuatmu nyaman"

➖➖➖

Seorang cowok menopang dagu nya dengan kedua tangan yang bergenggam erat, mukanya begitu kusut. Pikirannya masih saja melayang pada wanita itu, rasa bersalah menjalar begitu saja. Dan rasa lain yang mungkin membuatnya khawatir.

Dia menarik rambutnya frustasi, tak ada cara lain, pikirnya. Dia mengeluarkan handphone dari saku celana nya, mencari nama yang tertera untuk dia hubungi. Setelah dapat dia langsung menghubungi orang tersebut.

"Halo?" sahut orang dari seberang sana.

"Halo, gimana keadaan lo?" tanya cowok itu basa-basi.

"Langsung ke inti aja bos, gue tau lo gak suka basa-basi!" sahut dari sana.

Cowok itu mengeratkan genggamannya, ingin sekali dia membunuh orang itu. Tapi, rencananya akan gagal jika tidak memanfaatkannya dengan baik.

mencoba menghembuskan nafasnya sabar, "Tom, gue peringatin lo! Lo gak tau lagi ngomong sama siapa?!"

Tidak ada sahutan dari sana, hening. Cowok itu lalu tersenyum miring, karna sudah mengancamnya.

"Kirim alamat Audy sekarang!" ujar cowok itu pada orang yang dia telpon. Kemudian cowok itu mematikan telponnya sepihak.

Tak menunggu lama, orang itu menerima pesan mengenai alamat yang akan dia tuju. Orang itu kemudian tersenyum tipis, sembari memakai pakaian serba hitam, agar tidak ada yang mengenalinya.

➖➖➖

Simon tak berhentinya berjalan ke kanan-kiri dikamarnya, uring-uringan, maybe.

"Iya kali gue datang, yang ada gue malu anjir," gumam Simon sendiri.

"Tapi, gue penasaran. Argh...." lanjut Simon sambil membanting tubuhnya ke kasur empuk miliknya.

Menatap langit-langit rumahnya, seperti menimang-nimang sesuatu. Lalu bangkit seraya tersenyum seperti orang gila.

"Gue punya ide," gumamnya lalu berdiri mengambil kunci motor dan hoddie nya.

Simon menancapkan gas motornya membelah jalan raya yang mulai sepi, malam ini sebelum kerumahnya, Simon ingin membelikan sesuatu terlebih dahulu.

Setelah beberapa menit, tidak menunggu lama Simon sampai ketempat tukang bubur ayam yang terkenal karena rasanya super-duper, ah mantap!

"Kang, Simon pesan satu ya, tapi dibungkus," ujar Simon seperti sudah dekat pada bapak penjual bubur tersebut.

"Eh, den Simon. Oke bentar ya, akang buat untuk Simon diluan. Seperti biasa, bubur spesial buat Simon," ujar kang bubur itu sambil tertawa. Sudah diduga pasti mereka sudah menjadi langganan.

"Temannya yang lain sama nak Vony gak ikut?" tanya kang bubur itu.

"Gak kang, tapi kapan-kapan kita datang lagi kok," sahut Simon ramah.

The Famous (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang