32. Insiden

1.7K 41 7
                                    

Happy reading...

----

"Masa lalu yang menjadikan seseorang berubah"

----


Diruangan yang bernominasi dengan gelap, hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari cela jendela, seorang cowok berpenampilan urakan sedang terduduk dikursi goyang yang berada ditempat itu.

Seorang cowok yang sedang menatap datar lurus kedepan tatapan kosong dengan tangan yang menopang dagu nya. Pikirannya sangat kacau sekarang, dia merindukan sosok wanita yang selalu mengelus rambutnya. Dulu dia hanya sebentar merasakan kasih sayang dari seorang ibu, dikarenakan ibunya telah meninggal dunia saat dia berusia 6 tahun.

Tapi setelah itu dia kembali mendapat kasih sayang seorang ibu lagi dari wanita yang masih mempunyai darah yang sama dengan ibu-nya. Wanita itu kakak dari Mama-nya. Tapi kini, hal yang sama terulang kembali, wanita itu juga pergi meninggalkannya selamanya dikarenakan suatu hal yang sampai sekarang masih sakit untuk dia ingat.

Hingga dia melampiaskannya pada orang yang seharusnya ia salahkan. Ya, karna kesalahan orang itulah yang menjadi opini-nya.

Sesekali dia berdesis, mengepal tangannya ingin membalas musuhnya itu, apapun caranya. Entah bagaimana caranya mengalahkannya. Dia menarik keras rambutnya kebelakang.

"Arghhh" teriaknya frustasi.

Masalahnya sekarang bukanlah posisi geng yang dia tempati direbut sang musuh. Tapi, masalahnya dengan orang itu lebih menyakitkan daripada tinjuan yang dia terima malam dimana dia dihajar hampir babak belur.

Drrttt.... Drrtt...... Drttt......

Orang itu langsung mengambil Handphone nya yang bergetar dari saku jaket yang dia kenakan.

"Gimana dapat informasi?" tanya orang itu pada seseorang penelponnya

"Halo, bos. Gue dapat info penting. Tadi gue ngintip, kayaknya selain Vony, Simon juga kayak dekat sama seorang cewek, bos. Keliatannya sih," sahut penelpon itu.

"Yakin?" tanyanya.

"Sepertinya. Oiya bos nih cewek juga dekat sama musuh lo satu lagi, Handy.
Kayaknya kalau kita culik tuh cewek lebih mudah buat naklukkin tuh 2 geng," sahut penelpon itu.

"Bagus, lo urus aja. Gue tunggu tempat biasa nanti malam!"

"Baik, bos."

Lalu orang itu memutus sepihak telponnya, kemudian tersenyum miring.

----

"Helo, haii... Ada orang gak? Ayo dong lepasin," ujar Audy dengan suara khasnya yang teramat pelan. Mungkin Audy datang paling belakang saat pembagian pita suara.

Saat ini Audy diikat dikursi, tepatnya diruangan yang bernominasi gelap. Hanya ada Audy dan beberapa orang yang berada ditempat itu.

Lalu seorang cowok yang berpenampilan urakan mengambil satu kursi dan meletakkannya tepat didepan Audy. Duduk dengan mengangkat sebelah kakinya ke paha, kemudian melipat kedua tanganya bersilang kedepan. Sehingga mereka sekarang sedang berhadapan. Bisa dipastikan orang itu adalah pemimpinnya.

The Famous (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang