55. Usai?

525 24 5
                                    

Simon sudah mengetahui bakal ada hal yang tidak beres yang akan terjadi pada Audy, sehingga ia sudah memanggil bawahan papa nya untuk datang dengan menggunakan mobil ke lokasi yang sudah di sharelock oleh Simon seperti yang sudah diperintahkan Simon jauh sebelum mereka sampai ke tempat di mana ia menemukan Audy.

Simon sedang duduk dibelakang mobil bersamaan dengan Audy. "Hei ... murid baru, buka mata lo," panggil Simon dengan sedikit menepuk pelan pipi Audy terus menerus.

Emosi Simon sangat tidak beraturan untuk kali ini, sungguh kesabarannya sangat diuji untuk kali ini dan one night ini ditambah lagi sang supir yang sangat payah menyetir membuat Simon rasanya ingin membanting sesuatu benda keras ke kepalanya.

"Pak, bisa cepat sedikit gak?" ujar Simon dengan mencoba meredam emosinya.

"Sabar ya nak Simon, ini sudah cepat kok," sahut supirnya.

Simon berdecak kesal, "Stop, pak. Bapak turun saja di sini, bapak naik angkot saja pulangnya," suruh Simon sembari mengusir supirnya keluar dari mobil dan tidak lupa memberikan uang cukup banyak untuk ongkos supirnya.

Dengan kecepatan tinggi Simon mengendarai mobilnya membelah jalanan raya, tidak peduli beberapa umpatan yang dikeluarkan pengendara yang ia lewati yang dilontarkan padanya.

Tidak perlu memakan banyak waktu, Simon langsung sampai di salah satu rumah sakit terkenal, membawa Audy dan menjerit seperti orang kesetanan, "DOK ... SUS ... TOLONGIII!!" teriak Simon.

Tetapi, belum ada satu pun yang keluar hal yang membuat Simon semakin gila sembari menggendong Audy. "WOIII ... INI RUMAH SAKIT ATAU BUKAN SIH ANJINGGG, GUE BAKAR JUGA NIH RUMAH SAKIT," teriak Simon semakin menjadi-jadi. Suaranya yang menggelegar sontak membuat semua terkejut heboh.

Salah satu dokter keluar dan melihat keributan, dokter tersebut pun membelalak terkejut saat melihat keberadaan Simon yang sangat ia kenal. Dokter tersebut tanpa basa-basi langsung berteriak memanggil perawat segera untuk membawa brankar. Dokter tersebut ialah Dr. David, teman dekat papa Simon. David sendiri sangat mengetahui sifat Simon yang kalau sudah marah, bahkan sanggup membakar rumah sakit ini. Apalagi, semenjak ia kehilangan ibundanya, Simon tidak peduli lagi bahkan kalau dia di gantung mati. Tapi, melihat ia saat ini sedang membopong seorang gadis dengan wajah gusar, David tahu bahwa pasti gadis ini sangat berarti untuk Simon.

Dengan cepat para perawat yang diperintahkan David bergegas membawa brankar, lalu akhirnya mereka membawa Audy ke ruang pemeriksaan. "Kenapa? Ada apa dengan gadis ini?" tanya David pada Simon.

"Saya juga gak tau paman, tolongin dia paman," ujar Simon mulai sopan, mengingat David adalah sahabat papanya.

"Baik, kamu tunggu di sini saja," ujar David lalu meninggalkan Simon.

Simon mondar-mandir menunggu kabar dari David, sungguh ia tidak sabar bagaimana keadaan gadis itu. Tidak lama kemudian, Handy dan orangtuanya datang untuk melihat keadaan gadis kecil mereka – Audy. Begitu pula dengan Calvin, Jourell dan Davi juga datang menemani bosnya itu.

"Gimana Audy?" tanya Handy pada Simon.

"Gue belum tau, dia masih diperiksa dokter," sahut Simon.

Mama Audy menangis sesengguk, "Bagaimana keadaan putri kita, pa," tanya Mama Audy pada suaminya.

"Sabar, ma. Kita tunggu saja," sahut suaminya menenangkan.

Simon yang merasa dirinya sudah tidak dibutuhkan lagi pamit undur diri meninggalkan keluarga Audy yang pastinya lebih dibutuhkan ketimbang dirinya yang ngeselin. Tapi, saat Simon hendak pergi sebuah tangan menahannya, "Lo gak mau tau keadaan adik gue setelah perjuangan lo ini?" tanya Handy.

Simon tersenyum tipis, "Ceritanya lo udah restuin gue gitu," jahilnya tersenyum puas. Sontak membuat Handy tertawa renyah, "Bangsat juga lo ya sialan," balasnya pelan sambil tertawa garing agar umpatannya tidak di dengar kedua orang tuanya.

"Gue lapar, lagian lo dan bos lo udah di sini, tuh murid baru lebih butuh keluarganya," terang Simon. Handy mengangguk, "Kalau udah ada kabar, gue bakal ngabarin lo. Jadi, tetap di rumah sakit ini belum gue izinin lo pulang ke rumah lo tidur, ngerti!" pungkas Handy yang mendapat anggukan kecil dari Simon lalu pergi bersama ketiga sahabatnya.

Setelah kepergian Simon, muncullah dokter David yang memeriksa Audy, "Apakah ibu dan bapak keluarga pasien?" tanya David.

Mama dan papa Audy mengangguk, "Bagaimana keadaan putri saya, Dok?" tanya papa Audy.

"Untung saja putri bapak tidak mengalami overdosis akibat mengonsumsi obat tidur yang berlebihan, hanya saja dia terlelap tidur dan kemungkinan tidak akan mengingat kejadian apa yang terjadi padanya akibat obat tersebut. Jadi, saya sarankan untuk tidak menanyakan apa yang terjadi untuk sementara waktu karena ini akan membuatnya sakit kepala yang berlebihan. Dan kami sudah melakukan penanganan terhadap Audy agar tidak terjadi hal lainnya. Untuk sementara, dia akan kami bawa ke kamar inap," terang David.

"Baik, Dok. Terima kasih banyak," sahut Mama Audy.

"Oh iya, Simon ada di mana?" tanya David.

"Dia ada di kantin rumah sakit ini, Dok," balas Handy.

"Saya hampir saja kewalahan melihat tingkah anak itu," sahut David, hal tersebut sontak membuat keluarga Audy mengernyit bingung.

David yang melihat wajah bertanya keluarga Audy pun tersenyum, "Pasien Audy ini diantarkan oleh Simon. Sewaktu mengantar pasien, Simon hampir saja membakar rumah sakit ini kalau kami telat sedikit saja tidak membawa brankar rumah sakit," ujar David sambil tertawa mengingat kejadian yang sudah terjadi.

"Oh maaf, saya permisi dulu ya. Keluarga boleh masuk untuk melihat pasien," ujar David lalu meninggalkan keluarga Audy yang mencerna cerita David.

"Handy, anak yang tadi pernah ke rumah itu bukan sih dengan temannya?" tanya Papa Handy. Kemudian dijawab anggukan Handy.

"Hohohoho ... Anak muda," ujar papa Audy mulai mencerna cerita David.

"Maksudnya gimana ya, Pa?" tanya mama Audy masih bingung.

"Gapapa sayang, ayo kita lihat putri kita dulu," sahut papa Audy gemas melihat istrinya nan cantik itu sangat lamban.

"Tapi, Pa. Aku gak bakal maafin yang sudah nyakitin putri kita," pungkasnya.

"Tenang aja, papa sudah urus semua pelakunya sebelum ke sini dengan rekan kerja papa," balas suaminya,

"Pa, Handy pergi bentar dulu ya," ujar Handy yang di balas anggukan kedua orang tuanya.

Kalian sudah pasti tahu kemana Handy akan pergi. Ya, benar ia tidak melupakan janjinya untuk memberi tahu kepada Simon kabar tentang Audy.


****


Heyooo ... maafin kelamaan up, soalnya banyak banget persoalan yang harus di hadapin di real life, maafin

Jangan lupa vote dan komen pendapat dan perasaan kamu gimana tentang part ini?

see you

The Famous (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang