57. Yes or No?

165 10 0
                                    

Yes or No? Sesulit  itukah menetukan pilihan?

"Simon Revando Darren"

***

Senyum legah dan senang terbit di wajah Simon, sungguh menatap Audy sangat candu. Tanpa Simon sadari tangannya bergerak menyentuh lembut pipi Audy dan hidungnya gemas.

"Cantik!" gumamnya. "Pantesan Jerry sialan tertarik sama lo, lucu dan candu," gumamnya semakin ngawur.

"Kira-kira lo mau gak ya sama berandal kayak gue, ah bodo amatlah. Memang lo harus jadi pacar gue!" gumamnya lagi semakin menjadi-jadi.

Duarrr ...

Bagai petir di siang bolong , ia tersadar dengan ucapannya dan sikapnya bak orang sakit jiwa, bak seorang posessif . Ia menarik tangannya dan langsung menjauh dari Audy, sungguh Simon sekarang salting sendiri dengan ucapan dan tingkahnya yang gila. Ia menutup wajahnya dengan lengannya dan mengutukki perbuatan dan pernyataan gila nya itu.

Tiba-tiba, saat Simon kembali melihat ke arah Audy, ia melihat Audy mulai bereaksi menggerakan jarinya yang tadinya kaku. Simon terkejut bukan main lalu kembali mendekat ke arah Audy . Ia melihat kembali Audy berusaha membuka matanya perlahan, senang dan juga takut bercampur aduk menyelimuti Simon.

Audy yang membuka matanya perlahan pun melihat jelas dan sangat jelas wajah Simon di hadapannya. Audy terkejut dan juga pastinya senang, entah mengapa sangat sulit untuk di defenisikan. "Simon?" gumam Audy dengan lemah.

Simon dengan buru menekan bel yang ada di dekat ranjang untuk memanggil dokter. "Lo tidur dulu jangan bergerak, biar gue panggil suster dulu!" suruh Simon lalu bergegas memanggil dokter dengan tidak sabaran.

Audy menurut saja, sungguh dalam tidurnya di dalam mimpi Simon juga berada di sana menjaga Audy, tapi sekarang bukan mimpi. Audy sungguh teramat senang, "Eh? Mengapa Ody senyum?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Lalu, tak lama kemudian Simon datang dengan menarik lengan dokter, sungguh Audy ingin tertawa sekeras mungkin melihat Simon menarik lengan dokter dengan tidak sabaran layaknya seorang anak kecil yang ingin di belikkan es krim, atau mainan mungkin. Jika kalian bertanya bagaimana reaksi sang dokter, dokter tersebut yang ia tarik hanya bisa berpasrah diri dengan perbuatan Simon, ya syukur-syukur rumah sakitnya tidak jadi di bakar oleh Simon.

Dokter langsung memeriksa keadaan Audy, Dokter lalu menggeleng kepalanya heran karena Audy terbangun sangat cepat di luar prediksi dokter, dokter lalu tersenyum, "Semua baik-baik saja, tapi jangan terlalu dipaksakan ya. Jika masih pusing Audy bisa tidur lagi," ujar dokter yang segera diangguki Audy. lalu, dokter pun kembali pamit meninggalkan mereka berdua.

Simon lalu membantu menyenderkan Audy yang berusaha bangkit. "Jangan terlalu dipaksa," suruhnya.

"Bentar lagi kakak lo datang, dia lagi kamar mandi katanya," ujar Simon memberitahu, yang diangguki Audy.

"Lo benaran udah baikkan?" tanya Simon yang juga mendapat anggukan kepala Audy.

Simon mengacak rambutnya frustasi, "Lo gak bisu kan karena inikan?" tanyanya lagi.

Akhirnya Audy membuka suara, "Ody, gak apa," jawab Audy, hal itu membuat Simon lega.

"Simon, mata lo nunjukkin kalau lo itu kayaknya kelelahan deh, lo tidur aja. Ody, mau nunggu kak Handy," ujar Audy.

Simon juga pikir begitu, tapi ada yang sangat mengganjal di hati Simon. Simon menunduk sebentar, lalu ia langsung memantapkan hatinya sebelum ia terlelap ke dalam tidurnya.

"Sebelum gue tidur, gue mau bilang sesuatu sama lo! Gue tahu timingnya gak tepat, tapi tetap aja  gue yakin perasaan gue gak bakal tenang kalau gak diungkapin," ujar Simon menatap lekat wajah Audy.  Audy menatap Simon terpukau sekaligus terheran-heran, tidak biasanya preman satu ini bicara panjang lebar dengan kata-kata yang dapat dibilang serius mungkin.

The Famous (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang