56. Pernyataan

285 21 0
                                    

Dikantin Simon beserta sahabatnya masih setia menunggu di rumah sakit, mereka makan dengan lahap, kecuali Simon dan Calvin. Simon sibuk dengan pikiranya sembari mengepulkan asap rokok yang sekarang ia isap sedari tadi, sedangkan Calvin sibuk dengan buku tebalnya yang masih ia bawa dari jok motornya.

"Bos, lo gak makan?" tanya Jourell yang sudah melahap makanan di depannya.

"Gak. Gak nafsu gue," sahut Simon sepintas.

"Ngerokok mulu lo bos, makan nih enak banget," bujuk Davi. Tapi, jawaban Simon tetap sama.

"Gue pulang dulu ya, tugas les gue belum siap," pamit Calvin beranjak dari tempat duduknya yang diangguki Simon.

"Yaelah kutu buku," decak Jourell yang tidak dipedulikan Calvin.

Tiba-tiba seseorang menyodorkan semangku mie tepat di wajah Simon. Simon menatap siapa yang dengan beraninya menyamakan wajahnya dengan semangku mie yang sedang panas, sehingga membuat Simon menjauhkan wajahnya takut wajah tampannya itu lecet terkena air panas dari semangku mie itu.

"Anj—"

Seketika ucapan Simob menggantung saat ia melihat siapa sosok yang menodongkan semangkok mie tersebut. Ternyata ia adalah Handy—kakak Audy.

"Maki mulu lo, nih makan dulu biar mulut lo gak ganas," sahut Handy.

"Gak. Gak nafsu, apalagi dari tangan lo, tambah gak nafsu gue," ujar Simon dengan wajah tanpa dosanya.

"Kok lo gak mau, yaudah gue pergi aja. Gue juga malas ngasih kabar tentang Audy ke lo, sialan," balas Handy dengan wajah ngeselin.

Handy hendak pergi meninggalkan mereka dengan 2 mangkok yang ada ditangannya, tetapi tidak sempat karna tangan Simon langsung buru menahan Handy yang hendak pergi, tak lupa Simon langsung mengambil semangkok mie dari tangan Handy.

Simon membuang rokoknya lalu langsung lahap memakan mie nya. Ya, anggap saja Simon sudah lapar. Handy tersenyum kemenangan, Handy langsung saja duduk di samping Simon dan ikut menyantap mie yang ia bawa untuknya juga.

Jourell dan Davi saling bertatapan melihat tingkah aneh dari kedua ketua geng motor yang di takuti seontaro sekolah Lexus yang entah bagaimana bisa akur, ya walaupun tidak terlalu. Terlebih melihat Simon yang patuh langsung dengan ujaran Handy.

"Curiga gue," bisik Davi.

"Diem lo," balas Jourell dengan bisikan juga.

Handy mulai menatap Simon dan kedua temannya, "Thanks, buat kalian," ujar Handy dengan lembut. "Kalau kalian gak bantuin nyari Audy, mungkin gue bakal gila," lanjut Handy dengan senyum tulusnya.

"Selama ini gue mungkin salah sangka, mengira kalian berandalan tak bermoral. Tapi, itu kalian patahkan begitu saja. Gue dapat lihat kalian hanya covernya saja yang seperti berandalan. Gue jadi ingat satu kalimat yang menyatakan bahwa jangan menilai seseorang itu dari covernya. Dan ya, itu memang benar, gue kira itu hanya kalimat kiasan yang hanya dibuat semata saja," lebar Handy menuangkan yang ada di kepalanya.

Davi dan Jourell serta Simon tertegun mendengar pernyataan panjang kali lebar dari Handy salah satu musuh bebuyutan mereka saat di sekolah. Apalagi, Handy sering mempatroli anak bandal seperti mereka sebagai ketua OSIS teladan.

Handy yang melihat trio macan yang di depannya  itu menatapnya dengan sangat lekat lalu menjentikkan jarinya ke wajah mereka, "Lihatinnya biasa aja, ntar lo semua suka sama gue, bahayakan," ceplos Handy.

"Dih, siapa juga yang suka sama lo," sahut Davi yang tersadar.

"Tau nih, ntar berubah juga nih genre ceritanya," balas Jourell yang sudah tersadar juga.

The Famous (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang