46. What?

1.2K 34 0
                                    

Hari sudah hampir gelap, setelah pulang dari pantai tersebut, Simon sempat mengajaknya makan terlebih dahulu.

Dan dengan pelan-pelan serta was-was memasuki rumah. Audy menelusuri semua seisi rumah untuk melihat ada tidaknya keberadaan Handy. Sungguh, Audy takut karena pulanhnya tidak sesuai yang diharapkan Handy.

Audy dengan pelan-pelan membuka pintu kamarnya agar tidak terdengar oleh Handy yang mungkin akan mendengarnya. Bagaimana tidak? Kamar mereka berdua itu berdekatan.

Dengan sangat pelan Audy menggendap-endap bagaikan maling saja.

Krriiett .....

"Hmm ... Hmm ...."

Suara deheman seseorang berhasil membuat Audy terkejut dan membekh di tempatnya. Audy dengan pelan berbalik untuk memandang seseorang yang sudah sangat yakini adalah kakaknya.

Handy melipat tangan kedepan, "Darimana, Dy?" tanya Handy.

Audy membalas dengan cengiran lugunya, "Eh ... ada kakak aku yang tampan dan juga baik hati," sahut Audy.

Handy memutar bola matanya malas, adiknya yang satu ini sangat pandai dalam mengalihkan percakapan.

"Darimana kamu?" ulang Handy.

Audy menggigit bibirnya gugup, "A-Audy dari ... dari ..."

"Dari?" beo Handy.

"Eh, kak, ada cicak di baju kakak," bohong Audy ingin membuat Handy panik.

Audy kemudian ingin masuk ke kamarnya terburu-buru. Tapi, tidak sempat. Handy langsung menahan lengannya agar tidak kabur. Handy sama sekali tidak panik dengan kecohan Audy.

Audy merosotkan bahunya kebawah lemas, sungguh Audy tidak bisa lari lagi sekarang. Harus bagaimana menghadapi Handy sekarang, Audy sangat pusing.

Handy memandang adiknya itu dengan tatapan kesal. Bagaimana lagi mengatasi Audy, Handy sangat bingung.

"Iya kak, maafin Audy!" ujar Audy merasa bersalah karena tatapan kesal Handy sudah terpancar seperti mengeluarkan laser dari matanya yang siap membunuh Audy kapan pun.

"Jujur atau kamu besok tidak sekolah!" ancam Handy.

Audy melebarkan pupil matanya terkejut. Ancaman Handy sangat menyulitkan diri Audy saja. Ini adalah salah satu alasan sebenarnya Audy tidak ingin satu sekolah dengan kakaknya yang displin ini.

"Ih ... jangan gitu dong, kak!" keluh Audy.

"Jujur!"

"Iya deh, Audy jujur! Se-sebenarnya Audy sama Si-Simon pergi ke pantai, kak," sahut Audy.

"Ta-tapi, kak. Itu bukan sepenuhnya salah Simon. Soalnya Audy juga yang gak mau cepat pulang," lanjut Audy.

Handy mengernyit heran, bagaimana bisa Simon mengajak Adiknya itu bersamanya. Handy juga dapat melihat jaket yang Audy kenakan adalah milik Simon.

Handy tersenyum miring, "Sepertinya tuh anak suka sama, Ody!" batinnya.

"Gue, punya sesuatu buat lo, Simon," batinnya.

Audy melihat Handy yang tiba-tiba melamun dan tersenyum seram, hal tersebut membuat Audy mengernyit heran.

"Kak! Kakak kesurupan?" tanya Audy.

Handy kemudian tersadar dari pikirannya. Handy kemudian menatap adiknya itu, mungkin ini adalah kesempatannya untuk menurunkan jabatannya pada Audy.

The Famous (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang