Halo gais! Buat pembaca lama dan baru maaf banget alurnya musti ku ganti. Soalnya agak panjang dan belibet. Maaf banget ya.
Happy Reading All!💜Aku harap yang baru baca bisa kasih komentar.
1. Awal Kisah MerekaBeberapa tahun lalu...
Di siang hari, yang seharusnya matahari menampilkan cahayanya, kini ditutupi oleh awan gelap. Seakan mendukung suasana yang terjadi saat ini. Tak ada tawa atau senyuman. Hanya air mata dan kesedihan. Tak ada baju berwarna. Semua orang bersamaan ikut memakai baju bewarna hitam. Duka mendalam menyelimuti orang-orang di sana.
Kematian, suatu hal yang pasti akan datang menjemput kita semua. Tapi, apa kita tahu kapan kita mati? Apa kita tahu kapan Ayah, Ibu, saudara, atau teman kita meninggalkan kita?
Jawabannya pasti tidak. Kematian akan datang tiba-tiba. Hingga siapapun yang ditinggalkan merasakan duka, patah hati, hingga amarah.
Seorang gadis berusia kisaran sepuluh tahun tengah menatap kepergian sang ibu yang tengah dimasukkan kedalam tanah dengan tangis histeris.
Gadis itu terus menronta-ronta di pelukan wanita cantik yang turut sedih akibat kepergian sahabatnya.
"MAMA ... JANGAN TINGGALIN OLIN MAMA," teriak gadis itu pilu. Baginya tak ada yang bisa memahami dirinya selain sang Mama.
"Mama, maafin Olin, gara-gara Olin mama pergi, mama tukeran aja sama Olin." tangis pilu gadis itu menjadi lagu pengiring kepergian sang Mama.
"Nanti siapa yang bangunin Olin? Nanti siapa yang kepangin rambut Olin? Siapa nanti yang bantuin Olin kalau Papa marah?"
"Sayang, ayo pulang, udah sore, nanti kesini lagi ya," ucap seorang wanita yang gadis itu pikir seumuran dengan mendiang sang Mama, yang ia ketahui bernama Lana.
"Gak mau Tante, Olin masih mau sama Mama, kasian Mama sendirian disini." Gadis itu berucap sambil memeluk nisan bertuliskan Lusty Indrayani.
"Mama pasti kedinginan di dalem." Ia meletakkan selendang hitam tepat di gundukan tanah seolah-olah menyelimuti Ibunya.
"Olin sayang, sekarang pulang dulu yuk, Olin main dulu sama Regan aja," kata Lana lagi. Sedangkan lelaki yang disebut namanya hanya menatap keduanya dengan raut wajah datar.
Dengan perasaan tak rela, Caroline pergi meninggalkan pusara sang Mama.
"Mama Olin pergi dulu ya, besok Olin kesini lagi." Caroline berucap sambil mengelus nisan itu pelan.
Perjalanan dari makam menuju rumah gadis itu diisi keheningan. Baik Caroline maupun Lana dan anaknya sibuk dengan pemikirannya masing-masing.
Kini mereka telah sampai dirumah megah milik keluarga gadis itu, "Olin sayang, sekarang Olin pulang dulu, mandi dulu ya sayang. Baru main." Wanita mengelus pelan surai gadis itu yang dibalas anggukan patuh oleh gadis itu.
Caroline langsung masuk kedalam rumahnya, ia melihat sang Papa tengah menatap foto mamanya yang sedang tersenyum. Perlahan, gadis kecil itu mendekati Papanya dan duduk disebelah pria itu.
"Ngapain kamu duduk disini?" Pria itu bertanya dengan nada dingin.
"O-olin mau duduk bareng Papa," ucap gadis itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Regan & Caroline (LENGKAP)
Teen Fiction[Boleh follow dulu baru membaca. Supaya simbiosis mutualisme] Cover by pinterest Mula-mula, Regan sangat membenci Caroline. Lelaki itu dibutakan oleh cemburu akibat sang bunda yang terlalu menyayangi gadis itu. Tapi, semua itu berubah ketika Caroli...