Halo! Seperti biasa vote n komentarnya aku tunggu. Jangan lupa baca a/n terakhir ya.
H A P P Y R E A D I N G
--------------------------------
60. One Step Closer
Pagi ini, dua hari sebelum keberangkatan Lana dan anaknya, ia mempersilahkan Regan melakukan apapun yang lelaki itu inginkan. Termasuk mempersiapkan bekal dengan isi kue cokelat dengan toping chocochips. Terlihat sederhana, namun, baru kali ini anaknya itu antusias, ah! Bahkan lelaki itu sudah menggedor pintu kamarnya pukul tiga pagi dengan dalih ingin kue cokelat.
Lana tidak tahu saja bahwa kue itu akan diberikan pada seseorang.
"Ini dibawanya pake kotak makan atau dus lucu gitu, Bun? Ah, kayaknya pake dus kecil warna warni lucu juga. Nanti, aku kasih surat, deh. Gemes banget, 'kan?" Tuh kan, pasti di balik niat anaknya, ada suatu hal yang terselubung.
"Iya, boleh. Itu di laci ada dusnya. Biar Bunda lipet sama masukin kuenya. Kamu tulis dulu aja kata mutiaranya," titah Lana yang diangguki anaknya. Lima menit kemudian, cowok itu kembali dengan secarik kertas yang dibalut amplop kecil.
Dengan perlahan, Regan merekatkan amplop itu di atas tutup dus kecil yang sudah di isi kue oleh Lana. "Bunda, karena kaki aku masih pincang, Bunda nanti bawa mobilnya pelan-pelan, ya, takut kuenya rusak," pesan lelaki itu.
"Iya sayang, iya."
******
Di kediaman Leo sendiri, tengah terjadi keributan. Hal itu disebabkan oleh Caroline dan Jayden.
"Pokoknya, harus pake kursi roda!" Jayden berujar di depan gadis itu yang tengah menyuapkan makanannya.
Caroline menggeleng dengan tegas. "Kaki aku udah sembuh. Bukan lumpuh, kata dokter, aku udah bisa jalan kok, meskipun pelan-pelan. Kalau mau, Kakak aja yang duduk di kursi roda." Gadis itu pun tak mau kalah.
Sedangkan sang Papa hanya sibuk mengamati perdebatan kedua anaknya tanpa mau melerainya.
"Pokoknya aku enggak mau pake kursi toda titik!" titah Caroline mutlak. Gadis itu bangkit dan melangkahkan kakinya secara perlahan menuju sang sopir yang menunggunya.
"Like father like daughter."
*****
Hari ini, semua siswa kelas 11 Mipa 1 tampak binggung. Mereka menatap aneh teman sekelasnya, Regan yang hari ini menampilkan senyum lima jarinya.
"Widih, ketempelan hantu rumah sakit lo? Senyammya lebar amat," celetuk Mario yang datang bersama Tian.
"Bukan deh, kayaknya do'i habis modus sama suster cantik, Yo." Regan merotasikan bola matanya. "Apaan sih, njing. Garing tahu gak."
Melihat orang yang ditunggu sudah datang, Regan langsung mengeluarkan kue yang ia bawa tadi dari laci mejanya. Lantas berjalan dengan tertatih dan menyerahkannya pada Caroline yang baru datang.
"Buat lo. Jangan lupa dimakan. Gue bikinnya jam tiga subuh, lho. Tenang aja, enggak gue taro racun, kok." Caroline tercenung. Menatap kotak yang berisikan kue itu. Dari aromanya, gadis itu sudah tahu, bahwa ini adalah kue cokelat yang ia sering makan.
"Ohh, ada yang celebuk nih." Dengan kompak, teman sekelasnya meledek sepasang mantan kekasih itu membuat Regan mendengkus. "REPOT AMAT SIH LO PADA!" teriak lelaki itu dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regan & Caroline (LENGKAP)
Teen Fiction[Boleh follow dulu baru membaca. Supaya simbiosis mutualisme] Cover by pinterest Mula-mula, Regan sangat membenci Caroline. Lelaki itu dibutakan oleh cemburu akibat sang bunda yang terlalu menyayangi gadis itu. Tapi, semua itu berubah ketika Caroli...