8

478 117 262
                                    


Author note: Yeay! Happy 3k readers and 2k voters REGAN. Seneng banget masaaaaaaaaaa. Buat ngerayainnyaa... aku UPDATE, tapi maaf, belum bisa double update, soalnya chapter 9 belum di edit xixi.

Jadi, udah sejauh mana hubungan kamu sama dia?

Mantan?

Pacaran?

Gebetan?

Gak dianggap?

Kayaknya kalian ada di opsi terakhir deh. Ups! Canda <3. Jawab dulu yuk! Mana tahu ketemu jodoh, 'kan?

Happy Reading!

08. Kemarahan dan Kebohongan

Jam istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Kini, seluruh siswa Sma Grathion tengah berlari menuju kantin guna mengisi perut mereka. Lain halnya dengan Regan. Lelaki itu kini tengah menyeret seorang gadis menuju gudang sekolah.

"Regan, lepasin aku," kata gadis itu.

"DIEM!" bentak Regan. Ia kini tengah diliput amarah.

Setelah sampai di gudang, Regan mendorong gadis itu, hingga bahunya menabrak ujung meja usang yang berada di situ.

"Sakit," lirih gadis itu.

Regan berjongkok, mencengkram dagu gadis itu kasar, "Gara-gara topi sialan lo itu, gue dihukum sama Pak Aji," ucapnya.

"A-ku gak tahu kalau kamu bakal di hukum," jawab gadis itu.

"Olin-Olin. Gue kira lo gak sepolos itu buat tahu kalau perbuatan lo itu bikin gue dihukum."

"Lagian, itu topi aku. Kamu gak ada hak buat pake itu."

Regan melepas cengkraman tangan pada dagu gadis itu dengan kasar. "Sekarang lo udah mulai berani ya?" tanyanya.

"Siapa yang ngajarin? Huh?" lanjutnya.

Gadis itu diam. Dilubuk hatinya ia merasa takut, kejadian dulu hampir sama dengan yang ia alami saat ini.

"GUE TANYA, SIAPA YANG AJARIN LO BERANI SAMA GUE?" bentak lelaki itu.

"HIDUP LO! ADA DI TANGAN GUE BANGSA!," teriaknya.

Lelaki itu mulai menendang punggung gadis itu. Menyebabkan seragam putih yang tidak dilapisi oleh blazer kotor terkena jejak sepatu milik Regan.

"GARA-GARA LO," tunjuknya. "GUE DIPERMALUKAN," ucapnya sambil terus menendang gadis itu dengan kakinya secara bergantian.

"Regan ... maaf," lirih Olin.

Regan tak mengindahkan perkataan gadis itu, ia mengambil sebuah kursi lipat usang, mengangkatnya, lalu melemparkannya ke gadis itu. Membuat Olin mengerang kesakitan. Bangku itu tepat mendarat di kaki gadis itu. Rasa nyeri menyergap keseluruh tubuhnya, bahkan kepalanya kini dilanda pening yang amat dahsyat.

"Maaf lo gak bisa balikin harga diri gue goblog."

Kini Regan melangkahkan kakinya, lalu menjambak rambut panjang gadis itu.

"Lo seharusnya tahu, jangan berani buat hidup semua orang sama menyedihkannya kayak hidup lo." Lelaki itu menghempaskan rambut itu dengan kasar. Kini gadis itu terbaring dengan keadaan telungkup dengan air mata yang terus mengalir.

Regan berdiri, lalu menginjak kaki gadis itu, dan menekannya kuat.

"Arghh ... Regan please it's hurt." Gadis itu berkata dengan terbatuk-batuk.

"Niatnya, gue mau bikin lo mati disini, cuma kayaknya lebih seru lagi kalau lo ke kelas dengan keadaan menyedihkan ini," kata Regan sambil mengangkat kakinya dari kaki gadis itu membuat Olin mendesah lega.

"Biar semua orang tahu, kalau hidup lo teramat menyedihkan."

Lalu Regan pergi meninggalkan gadis itu dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.

***

"Nay, lo diem napa, mondar-mandir mulu gue lihat," tanya Tian menatap gadis itu yang sedari tadi.

"Hah?" tanya Nayla balik.

Naka yang gemas akibat kelemotan gadis itu pun mencium pipinya, "Lo ngapain dari tadi mondar-mandir, hm?" tanyanya.

Nayla hanya menatap lelaki itu sebentar, lalu mengalihkan pandangannya ke pintu kelas, berharap orang yang ia tunggu muncul.

"Aku nunggu Olin, dari tadi dia gak muncul," jawab gadis itu.

Mario mengerutkan keningnya, "Lah?! Emang tadi dia kemana?"

"Tadi dia bilang duluan waktu gue ajak ke kantin. Tapi, sampai bel masuk, dia belum dateng," jawab Nayla. Ia sangat takut Olin hilang atau pun celaka.

Tak lama kemudian, gadis yang ditunggu pun datang dengan langkah kaki yang tertatih.

Nayla buru-buru menghampiri sahabatnya itu. Memegang kedua bahunya, lalu memeluk gadis itu erat.

"Lin, lo kemana? Lo kok bisa gini? Siapa yang udah bikin lo kayak gini?" pertanyaan Nayla membuat pertahanan gadis itu kembali runtuh. Air matanya kembali tumpah. Bayangan penyiksaan itu kembali terbang di kepalnya.

Olin terus memeluk erat sahabatnya, menangis keras, seolah mengatakan dirinya lelah.

Dengan mengalungkan tangan Olin ke bahunya, Nayla memapah gadis itu menuju bangkunya. Lalu memakaikan blazer gadis itu yang tersampir dibangkunya. Guna menutupi jejak sepatu yang ada diseragam coklat tersebut.

Nayla menatap Olin, menangkup tangan gadis itu," Lin, ceritain, lo kenapa bisa kayak gini?

"Kenapa jalan lo pincang? Kenapa rambut lo berantakan? Terus kenapa seragam lo kotor?" lanjutnya.

Olin menghela napasnya, menatap sahabat dengan mata yang berkaca-kaca. "Tadi aku habis dari perpustakaan, terus mau ke kantin, eh malah jatuh di tangga," jawab gadis itu tanpa menatap bola mata Nayla.

"Terus baju sama rambut lo?"

"Tadi pas jatoh, ada yang injek punggung aku, terus rambut aku nyangkut di tali sepatu dia. Jadinya berantakan deh," katanya sambil menyengir.

Nayla menganggukan kepalanya, dengan sigap ia menyisir rambut gadis itu.

"Tapi, bukannya perpustakaan di lantai dasar ya?"

TBC

Kasihan banget ya kena bully.

Siapa disini yang pernah kena bully sama temannya 👉👉👉

Yuk cerita aja gapapa. Jangan lupa votmentnya

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang