45

237 67 225
                                    

'Ibu curang, Ibu ninggalin Jay duluan' ----Jayden Nikolas

45. Jayden berduka

Bagi Jayden, Lia adalah dunianya. Setelah Kia, sang adik meninggal, Jayden mati-matian menjaga sang Ibu dari ancaman apapun.

Jayden harap, Ibunya kelak bisa melihat dirinya sukses dan membanggakan. Bisa mengajak Lia keliling dunia dan menikmati waktu tuanya bersama Jayden.

Harapan-harapan itu musnah kala dokter memvonis Ibunya terkena kanker setahun lalu. Tidak adanya uang menjadi faktor utama keterlambatan penanganan dan pengobatan Ibunya.

Jayden yang saat itu masih kelas sepuluh harus banting tulang demi pengobatan Lia.

Di sinilah Jayden menemani Ibunya. Setelah beberapa hari yang lalu ia absen dua hari, Jayden harus kembali absen untuk menemani sang Ibu. Kini, kondisi Lia yang menurun membuat lelaki itu kalang kabut dan takut.

Jayden memandang tubuh ringkih Lia yang tengah tertidur sambil ditemani Lintang. Wajahnya semakin tirus, kulitnya semakin keriput, garis wajah dan kantung mata wanita itu juga terlihat jelas. Rambut yang semula lebat kini kian menipis seiring berjalannya kemoterapi.

Jayden menghela napas lelah. "Tang, gue binggung banget. Gue harus cari uang kemana lagi." Jayden frustrasi. Ia binggung mencari uang dimana untuk membayar biaya pengobatan sang Ibu.

Lintang menghampiri Jayden. Lintang  berdiri di sebelah Jayden yang menatap Ibunya. "Jay, lo enggak perlu takut. Gue, sama anak black gold yang lainnya, bakal bantuin lo. Lo enggak perlu sungkan masalah biaya." Lintang berusaha menenangkan temannya.

Jayden menggeleng. "Kayaknya enggak perlu lagi deh, Tang. Gue udah banyak nyusahin lo dan black gold selama ini."

"Kata siapa? Lo bagian dari kami. Dan kita adalah keluarga, jadi lo enggak perlu takut." Lintang berujar sembari menepuk bahu Jayden sebanyak tiga kali. "Jay, gue balik dulu, ya. Gue ada mata kuliah bentar lagi. Ntar sore gue balik lagi," pamit Lintang dan meninggalkan Jayden.

Pukul tiga sore, kondisi Ibu Jayden kian mengalami penurunan. Setelah bangun dari tidurnya, Lia mengalami muntah hebat dan kejang-kejang. Melihat hal itu, Jayden langsung menekan tombol darurat. Hingga beberapa menit kemudian, dokter dan beberapa perawat datang memeriksa keadaan Lia.

"Dokter, tolong Ibu saya dong," pinta Jayden.

Tak mendapat respons, Jayden mendatangi sang perawat,  "Sus, tolong selamatin Ibu saya sus," ucap Jayden. Sang suster hanya diam dan menarik tangan lelaki itu untuk keluar dari ruangan tersebut. "Kami bakal bantu sebisa kami. Kamu, tunggu diluar dulu," titah suster itu.

Sepeninggal perawat itu kaki Jayden tak mampu menahan bobot tubuhnya. Badannya meluruh begitu saja. Kakinya menekuk, wajahnya ia sembunyikan diantara kedua tekukan kakinya. Hingga tak sadar seorang gadis berlari menghampirinya.

"Jayden," panggil gadis itu. Ia berjongkok guna menangkup wajah Jayden yang disembunyikan lelaki itu.

Jayden mengadah. Menampakan matanya yang memerah. "Kenapa kamu disini?" tanya gadis itu. Bukannya menjawab, Jayden malah memeluk gadis itu, menenggelamkan wajahnya diceruk leher sang gadis. "Lin," ucapnya parau.

Tak mau mengganggu Jayden, Caroline hanya diam sambil mengelus surai hitam lelaki itu. Memberi kekuatan walau ia sendiri pun tak tahu apa penyebab Jayden seperti ini.

Setelah merasa tenang, Jayden mengurai pelukannya. Caroline membantu Jayden berdiri dan mengiringnya menuju kursi di depan ruang inap.

"Ada apa Jay?" tanya Caroline lembut.

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang