11

507 113 218
                                        

11. Bertemu kembali dan Panggilan Sayang

Hari Minggu. Sebagian orang biasanya menghabisi waktunya dengan bermalas-malasan. Kegiatan itu berupa; tidak mandi pagi, sarapan pukul 11.00 siang, marathon film, hingga tiduran seharian di kasur.

Tapi lain lagi dengan gadis kesayangan guru di Sma Grathion. Gadis itu tengah membuat bunga dari beberapa sedotan yang ia kumpulkan. Ia terus menggunting adan menghias beberapa sedotan itu menjadi bunga plastik yang indah.

"Wih, cosplay jadi pemulung lo?" Dengan tak sopannya, seorang lelaki masuk ke kamar gadis itu. Entah apa yang akan ia lakukan.

"Kamu tahu sopan santun gak? Bisa ketuk pintu dulu, 'kan?"

"Ah elah. Gitu doang," ucap lelaki itu. Namun tampaknya, gadis itu tetap sibuk dengan bunga sedotan yang ia rangkai.

"Dih, kayak anak kecil. Mainannya gituan," cibir Regan, tapi Olin tak mengindahkan cibiran lelaki tersebut.

"Ngapain sih lo bikin begituan?" tanya lelaki itu.

"Kuker banget," tambahnya.

Tapi, gadis itu hanya diam. Tak menjawab pertanyaan dan cibiran yang terlontar dari bibir lelaki itu.

Setelah bunga plastik itu sudah terangkai dengan indah, Olin bangkit dari duduknya. Mengambil handuk juga pakaian.

"Aku mau mandi, bisa tolong keluar?" tanya gadis itu pada lelaki yang tengah duduk diranjang kamarnya.

Lelaki itu menggangguk. Gadis itu memasuki kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhnya.

Setelah beberapa menit terlewat, gadis itu keluar dengan memakai atasan kemeja putih dan rok lipit putih diatas mata kaki.

Kini ia duduk di depan meja riasnya. Menata penampilannya serapih mungkin. Setelah dirasa penampilannya pas, Olin mengambil sling bag-nya memasukan ponsel dan dompet miliknya.

Gadis itu mengambil rangkaian bunga plastik yang tadi sudah ia hias sedemikian rupa. Lalu turun kebawah guna meminta izin pada Lana, sang pemilik rumah.

***

Kini Olin telah sampai di seberang pemakaman umum. Meskipun kejadian itu sudah berlalu. Tapi, tetap saja rasa bersalah, rasa takut, dan rasa sedih itu masih ada.

Banyak kata seandainya, seharusnya, dan semestinya yang membentang di pikiran gadis itu. Bayang-bayang bagaimana sang Mama ketika kejadian itu selalu terlintas dipikirannya. Meskipun kematian sang Mama sudah berlalu beberapa tahun, namun gadis itu masih belum mengikhlaskan dengan sepenuh hatinya.

Ketika hendak menyebrang, sebuah motor sport melintas dengan sangat kencang, membuat gadis itu terjatuh. Dan parahnya, bunga yang ia bawa kini hancur.

Sang pemilik motor itu kini menghampiri dirinya, "Kalau nyebrang itu pake-" umpatan dan amarah pemilik motor itu terletan begitu saja saat melihat gadis cantik dihadapannya.

"Bidadari," pujinya melihat gadis itu. Matanya berbinar. Mulutnya menganga, seolah baru pertama kali melihat gadis cantik. Tipikal fuckboy.

Sedangkan gadis yang dipuji sibuk meratapi nasib bunganya. Bagaimana bunga itu rusak dan tak berbentuk lagi. Kini, apa yang harus ia berikan pada Ibunya?

"Eh, eh kok malah nangis," kata lelaki itu.

Gadis menyeka air mata yang hendak turun. Saat gadis mendongkakan pandangannya, ia terkejut menyadari bahwa pemilik motor tersebut adalah...

"Kamu bukannya cowok yang waktu itu? Yang diarena balap itu, 'kan?" tanyanya pada orang itu.

Lelaki itu menggangguk. Dengan pelan, gadis itu mundur beberapa langkah menjauhi lelaki yang menjadikannya taruhan pada malam itu.

"Eh, jangan jauh-jauh dong. Gue sesak napas nih," katanya.

"Hah?! Kok bisa gitu?"

"Karena, lo adalah ... separuh oksigen yang Tuhan kasih buat gue supaya gue bisa bertahan hidup."

Mendengar perkataan yang menurut Olin alay, ia langsung merotasikan bola matanya. Cowok caper, pikirnya.

Menyadari bahwa guyonannya seperti kerupuk yang sering digoreng Mamanya, lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Rip your kidding boy!

"Kita belum kenalan. Gue Arzio Lakasana. Cowok paling ganteng se-Sma Rajawali. Anak kesayangan Pak Narto. Satu-satunya anak Bunda Sarah. Gue gak punya adik, tapi bakal punya anak. Cita-cita gue nikah sama bidadari dan jadi pengusaha permen kaki yang sukses dan mendunia. Kalau lo tahu Justin Beiber? He is my twin," ucap lelaki itu memperkenalkan diri dengan panjang seraya mengulurkan tangan kanannya. Sedangkan Olin, gadis itu menatap lelaki itu dengan cengo. Itu mah bukan lagi perkenalan. Tapi, penjelasan.

Olin membalas uluran tangan tersebut, "Caroline Clenara. Panggil aja Olin."

"Kalau gue panggil lo sayang, boleh?"

TBC

Gimana?! Azrio langsung panggil sayang-sayang aja. Kan aku juga mau.

Pengen tahu dong, kisah ter-wattpad kalian;

Kisah aku yang menurutku terwattpad itu pas lagi LDKS habis lari pagi, sarapan bubur kacang hijau. Tapi, karena aku susah makan pagi, jadinya gak abis. Pas waktu makan udah habis, tinggal aku doang yang belum habis. Dan, kalian tahu, bubur kacang hijau itu ditumpahin ke kepala aku itu ditumpahin sama siapa coba? Sama my crush.

Regan & Caroline (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang