Peringatan!
Bacanya kudu tiati yeHappy reading
40. Observarsi berujung drama
Dari zamannya homo sapiens sampai zamannya manusia modern. Jurusan IPA dengan jurusan IPS itu pasti ENGGAK pernah akur. Banyak rumor dan spekulasi yang membuat dua kubu jurusan tersebut seakan-akan memiliki benteng penghalang.
Contohnya, jurusan IPA itu katanya hanya berisikan anak ambis. Yang dimana muridnya berlomba-lomba mencetak prestasi. Sedangkan anak IPS kebanyakan berisikan siswa hits yang hobinya mencari sensasi. Kedua, anak IPA itu tipikal introvert yang hobinya membentengi diri. Sedangkan anak IPS tipikal murid ekstrovert yang hyperaktif. Ketiga, satu hal yang membuat anak IPS marah adalah, ketika anak IPA mengatakan 'Jurusan IPS itu susah cari jurusan kuliah. Enggak kayak anak IPA yang bebas kemana aja.' tapi ujung-ujungnya, mereka milih linjur alias lintas jurusan.
Seperti saat ini, Reyhan, Zidan, Ari, Fathur, Zio beserta beberapa anak IPS lainnya sedang menatap nyalang kumpulan anak 11 IPA 1. Terutama Zio, menatap tajam mata sang rival.
"Kalian lupa, Ini kawasannya anak IPS," tanya Zidan pada kumpulan anak IPA. Kelas mereka tengah mengadakan observarsi mandiri. Dimana Pak Anis, guru Biologi mereka tengah berhalangan hadir. Membuat kelas Regan itu melakukan tugas sendiri.
Sekumpulan siswa yang katanya anak ambis itu diam dengan memegang buku catatannya masing-masing yang bewarna hijau lumut. "Apa kalian lupa, ini jam pelajaran?" sindir Raka.
Zio dan keempat temannya menggeleng. "Enggak, kok. Kita enggak lupa," balas Zio.
"Terus lo kenapa malah bolos?" tanya Dyra marah. Zio mengangkat sebelah alisnya, "Masalah buat lo? Ada urusan sama lo?"
"Ya seenggaknya lo jangan ganggu kita buat observarsi. Ini tuh penting buat penilaian kita nanti," Rora, gadis jutek nan kasar membuka suaranya.
"Ups! Gue lupa, anak IPS kan enggak pernah peduli sama nilai," ejek Rora sambil menutup mulutnya. Ucapan itu membuat beberapa anak IPA bersorak menyetujui dan kubu IPS yang mengelak.
"ANJING LO!" Ari maju hendak menarik kerah seragam Rora dan memberikan pelajaran pada gadis bermulut boncabe itu.
Rora pun maju, menatap nyalang Ari. "Berani kok sama cewek. Laki bukan?" sindir Rora menekan kata laki. Fathur maju, "Wah nih cewek ngadi-ngadi, mau gue tunjukin burung gue?" tantang Fathur.
Rora memutar bola matanya. Menatap aneh kumpulan lelaki itu. "Dah guys! Lewatin aja anak dakjal ini."
Kelas IPA, tengah disibukan dengan observarsi lingkungan hidup. Materi klasifikasi hewan dan tumbuhan yang mengharuskan mereka mencatat dan juga memisahkan nama-nama tumbuhan yang sejenis.
Oleh sebab itu, mereka turun dari lantai atas menuju halaman depan kelas wilayah anak IPS juga BAHASA yang wilayah tersebut di tanami beberapa tumbuhan hasil acara go green tahun lalu.
Sebenarnya, bisa saja mereka mengunjungi green house di sana, hanya saja, Bu Euis, pembina ekstra PLH, hanya memberikan izin penggunaan ruangan itu jika ada wali kelas atau guru mata pelajaran yang menemani. Tipikal guru rese.
Zidan berdecak, "Nih cewek songgong banget ya, udah bilang kita gak ada mikirin nilai, ngatain anak banci lagi. Makin gedeg* gue lihat nya."
"Ya habis kalian nyebelin banget. Nimbang lihat tanaman doang enggak bikin lo semua mati, kan? Bentaran doang elah," bela Aldo, sang ketua kelas IPA.
Zidang yang disebut ketua komplotan tersebut menggeleng. "Sekali enggak ya enggak. Kenapa kalian enggak ke wilayah anak BAHASA aja?"
"Zidan, tadi kami udah dari sana sebelum ke sini. Tapi hasil dari observarsi kami masih belum cukup. Boleh, ya kita pinjem halamannya? Janji enggak dirusakin kok." suara lembut Caroline mengalun indah. Gadis itu menyodorkan kelingkingnya sebagai tanda perjanjian.
"Sekali enggak tetep enggak."
Otak cantik Caroline mulai bekerja. Perlahan ia maju mendekati Zio. Tangannya bergelayut manja di lengan lelaki itu. "Zioo," panggilnya. Sedangkan Zio hanya diam sebagai reaksi. Kakinya tiba-tiba lemas seperti jelly. "Zio, ih!" panggil gadis itu lagi. Kali ini ia agak berteriak.
Menyadari dirinya dekat dengan mantan sang rival, Zio mengambil kesempatan dalam kesempitan. "Ada apa, hm?" tanyanya. Tangan yang bebas dari lingkaran tangan Caroline mengusak rambut itu pelan.
"Masa Zidan enggak bolehin aku observasi disini. Nanti kalau aku enggak dapet nilai terus dimarahin Pak Anis, gimana?" gadis itu mengadu pada Zio bagai anak kecil yang dilarang bermain.
Mata Zio menatap tajam Zidan yang melihat drama keduanya. "Boleh, kok boleh," lontar Zio. Senyum lebar Caroline terbit, hingga matanya menyipit. "Temen aku juga boleh, kan?"
"ENGGAK!" teriak Zidan. "Cuma lo yang boleh, temen lo yang lain gak boleh. Apalagi tuh cewek." tunjuk Zidan pada Rora.
Caroline memajukan bibirnya. "Yahh, kok enggak boleh?" tanyanya agak sedih. Sebenarnya bisa saja hanya dirinya yang mengerjakan, tapi ia takut dikata tidak setia kawan.
Zio menatap Zidan dengan pandangan menyidik. Agaknya ia paham, Zidan pasti malas bertemu sang mantan bernama Rora itu.
Caroline berjinjit. Menyamakan tinghinya dengan lelaki itu. Dan ....
CUP!
Zio mematung. Itu barusan Caroline mencium dirinya, kan? Ini bukan mimpi, kan? Jika ini mimpi please jangan bangunkan raja halu kita.
"Masih enggak boleh kita observasi disini?" tanya gadis itu. Zio mengangguk kaku sebanyak dua kali. "Bo-boleh. Boleh banget," jawabnya terbata.
Hal itu membuat beberapa anak kelas berterima kasih pada Caroline. Tugas mereka akan segera selesai berkat gadis itu.
Sedangkan Regan, lelaki itu meremas gulungan bukunya. Ia seperti de javu. Bedanya kali ini, Caroline yang melakukan bukan menerima.
"Sialan," desisnya tertahan.
Zio sendiri masih menyentuh pipinya yang barusan dicium Caroline. "Dan, ingetin gue jangan cuci muka seminggu."
T B C
Buat temen-temen yang jurusannya IPA atau IPS aku enggak bermaksud menyinggung, ya. Itu hanya just for fun.
Gedeg itu semacam dongkol, kesel yang kelewat batas.
Si Caroline udah kena virus Regan yang hobi nyosor. Astaga nakkk, gue enggak ngajarin lo gitu ye. Kepolosannya sudah berkurang 5% pemirsahhh.
Yuk kasih nasehat buat Linlin biar enggak menyosor kek gitu lagi.
Mau 15 komentar bisa enggak?
Chap depan kita liat drama lagi yuks!
KAMU SEDANG MEMBACA
Regan & Caroline (LENGKAP)
Teen Fiction[Boleh follow dulu baru membaca. Supaya simbiosis mutualisme] Cover by pinterest Mula-mula, Regan sangat membenci Caroline. Lelaki itu dibutakan oleh cemburu akibat sang bunda yang terlalu menyayangi gadis itu. Tapi, semua itu berubah ketika Caroli...